bab 1

7 2 0
                                    

Saat hujan dan badai, dia ingin bisa memeluk boneka beruang pemberian orang tuanya.

Dia ingin bisa mengeluh kepada orang tuanya karena tidak mau belajar atau makan.

Dia ingin mendapat masalah karena makan permen setelah makan malam dan gigi berlubang.

Seperti Wood. Seperti Vivian...

"Aku serakah."

Ya, dia bisa mengakuinya sekarang. Fakta putus asa bahwa dia tidak bisa dicintai.

Navia perlahan meraih spreinya. Air mata menusuk matanya dan pandangannya menjadi kabur. Dia menutup mulutnya dan menutup matanya, meredam suaranya sehingga tidak ada yang bisa mendengar tangisannya. Dia tidak ingin ada orang yang melihat kehancurannya.

"Euk..."

Sedihnya, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, karena air mata mengalir tanpa henti dari sudut matanya.. Dia ingin berpura-pura bahwa dia baik-baik saja, tetapi kenyataannya, dia perlahan-lahan berantakan di dalam.

Hatinya terkatup rapat; itu mencekik. Sepertinya semua emosi yang dia pendam di dalam hatinya telah meledak tanpa peringatan.

Navia dengan susah payah mencengkeram pakaian di depan hatinya.

Dia telah menyerahkan delapan nyawa.

Navia dikagumi sebagai calon permaisuri dan dipandang sebagai bunga terindah dalam masyarakat aristokrat. Keluarga Agnes dapat memperkuat pijakan mereka dan menghilangkan semua rintangan, berkat informasi yang diperoleh Navia setelah setiap kelahiran kembali.

"Apakah kamu benar-benar percaya bahwa kamu bisa menjadi Agnes yang sesungguhnya hanya karena kamu melakukan semua itu untuk mereka?"

Dia mengabdikan seluruh hidup dan hatinya untuk keluarga, tetapi dia tidak menerima imbalan apa pun.

"Heuk...heuk..."

Navia menutupi wajahnya dengan tangannya dan menangis.

Tidak sedih, semuanya akan baik-baik saja, sedikit lagi, jika saya melakukan sedikit lebih baik...

Dia menahan pikiran bodoh itu.

Tidak, lebih akurat mengatakan bahwa dia 'dicuci otak' untuk berpikir seperti itu.

Navia tidak bisa lagi hidup seperti itu.

Sebenarnya, tidak ada yang baik-baik saja.

Itu sakit.

Itu menyedihkan.

Rasanya putus asa.

Dia berharap ini semua hanyalah mimpi.

"Aku ingin mati."

Apakah ada gunanya hidup seperti ini?

Dia hidup terlalu banyak dan sakit dan lelah. Dia muak dan lelah dengan kehidupan dan siksaan yang berulang.

'Haruskah aku mati saja?'

Maka semuanya akan benar-benar berakhir.

"Heung......"

Sebenarnya, dia ingin seseorang menghentikannya. Dia ingin seseorang menyelamatkannya.

Dia tidak akan menyimpan dendam atau kebencian. Dia ingin orang tua kandungnya tiba-tiba muncul dan membawanya pergi.

Silakan.

Can We Become a Family? (우리가 가족이 될 수 있을까요?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang