Chapter 1

4 0 0
                                    

Seluruh tubuh Jihan saat ini benar-benar terasa panas dan berdenyut. Sudah puluhan kali gadis itu membasuh mukanya dengan air tapi tetap tidak dapat meredakan rasa panas yang semakin menjadi.

Jihan mulai tersadar bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya. Gadis itu juga tahu yang kini dia rasakan adalah efek dari obat perangsang. Entah siapa orang yang tega menjebaknya hingga membuat dirinya menjadi seperti ini.

Seharusnya Jihan menuruti nasihat mamanya agar tidak perlu hadir di klub malam hanya untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh seorang teman SMAnya dulu yang bahkan tidak terlalu akrab dengannya.

Menyesalpun sekarang tak berguna. Jihan harus segera mengurus dirinya karena rasa panas itu kian menimbulkan rasa sakit yang tidak bisa dia tahan seakan ada sesuatu yang harus segera dituntaskan saat itu juga.

Beberapa wanita kini memasuki toilet kemudian memandangnya aneh. Bagaimana tidak? Saat ini tidak hanya wajahnya yang terkena cipratan air tapi juga rambut dan sebagian kemejanya bahkan sudah terlihat basah. Tak ingin semakin menjadi pusat perhatian di saat tubuhnya semakin terasa terbakar Jihan segera melangkah keluar dengan mata memerah dan keringat yang tak hentinya menetes.

"Ji, kau baik-baik saja?" Tanya Arkan lelaki yang mengundangnya hadir di pesta sialan tersebut.

"Maafkan aku, aku harus pulang sekarang. Mamaku sudah menunggu," ucap Jihan tidak menjawab pertanyaan Arkan.

"Kau tampak kacau, aku akan mengantarmu pulang." Kini Arkan dengan lancang meraih lengan Jihan.

Menyadari respon tubuhnya yang berlebihan terhadap sentuhan Arkan, Jihan segera menghempaskan tangan pemuda itu.

"Tidak perlu!" Sahut Jihan sambil berlalu pergi.

"Kumohon, biarkan aku mengantarmu pulang." Jihan mengernyitkan kening mendapati sikap berlebihan dan memaksa dari lelaki di depannya itu.

Jihan mulai menyadari sesuatu, Arkan adalah orang yang awalnya memaksa hadir di pesta dengan kebohongan membawa nama Jiya sahabatnya yang kebetulan lost contact dengannya juga akan hadir. Dia juga yang langsung menawari Jihan minuman saat Jihan baru saja bergabung dalam pesta tersebut.

Sialan, pasti si brengsek ini yang menjebakku, batin Jihan.

Ingin rasanya Jihan menghajar lelaki di depannya itu tapi kondisinya saat ini benar-benar tidak memungkinkan. Sekarang dia seperti sedang di ambang batas yang mengharuskan dirinya harus segera menghindar dari lelaki biadab yang pasti akan memanfaatkan keadaannya saat ini.

"Sudah ada yang menjemputku. Aku harus segera pulang." Tanpa mau meneruskan atau menanggapi ucapan Arkan, Jihan langsung menggandeng tangan seorang pemuda yang baru saja memasuki klub dan menyeretnya keluar. Beruntung lelaki yang dia seret tidak menunjukkan perlawanan atau protes apapun. Hanya tatapan tajam penuh intimidasi yang Jihan sadari namun dia abaikan.

"Kumohon antar aku ke hotel dekat sini," Mohon Jihan dengan suara lirih pada pemuda yang masih menatapnya tajam saat sudah berada di luar klub.

"Kurasa kau membutuhkan rumah sakit bukan hotel," jawab si pemuda asing saat menyadari keadaan Jihan yang terlihat tidak baik-baik saja dengan keringat sebiji jagung yang menetes dari pelipisnya.

"Tidak, tidak! Kumohon," Pinta Jihan dengan suara yang semakin terdengar parau.

Melihat keadaan Jihan yang memprihatinkan tanpa banyak bicara lagi pemuda itu segera membawa Jihan ke sebuah mobil.

🐰🐰🐰

Jihan berjalan masuk menuju kamar hotel dengan dibantu pemuda yang tidak dikenalnya itu. Saat tiba di kamar yang dituju Jihan segera berjalan terburu-buru menuju kamar mandi. Segera Jihan mengguyur tubuhnya dengan air dingin di bawah shower.

Melihat aksi tak terduga tersebut pemuda yang menolong Jihan segera menyusul masuk ke dalam kamar mandi dan menyeret paksa Jihan untuk keluar dari kamar mandi.

"Apa kau gila? Kau sedang dalam keadaan tidak sehat dan kau mengguyur tubuhmu dengan air dingin!" Bentak lelaki itu.

"Aku tidak sakit, aku hanya merasa panas seseorang menjebakku dengan memasukkan obat perangsang ke dalam minumanku!" Pemuda itu kini tampak kaku mendapati jawaban Jihan yang disuarakan dengan nada frustasi.

"Tubuhku benar-benar terasa terbakar, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selain hal ini." Jihan kembali meringkuk di bawah shower dan membiarkan tubuhnya tersiram oleh guyuran air dingin.

Pemuda asing itu tampak sedang berperang dengan logika dan juga perasaannya.

"Kenapa ini begitu menyiksa, rasanya aku ingin mati saja," teriak Jihan frustasi saat rasa panas itu tak juga mereda sedangkan bibirnya sudah membiru bahkan kuku-kukunya sudah memutih.

"Sialan! Kenapa panas sekali!" Jihan kini merobek kemejanya sendiri kemudian membenturkan kepalanya di tembok beberapa kali berharap dirinya bisa pingsan dan melupakan rasa yang menyiksa tubuhnya.

"Kumohon, tolong aku!" Rintih Jihan sambil menatap lelaki yang masih berdiri kaku di dekatnya.

Saat Jihan akan kembali membenturkan kepalanya untuk kesekian kalinya pemuda asing itu menarik Jihan keluar dari kamar mandi dan menidurkannya di ranjang.

"Kumohon tolong aku, aku benar-benar tidak bisa menahannya," lirih Jihan dengan air mata mengalir dari matanya.

"Maafkan aku,"

Setelah pemuda itu mengucapkan kata maaf Jihan menutup matanya sambil mengangguk. Jihan tahu apa yang akan dilakukan oleh lelaki yang tidak dikenalnya itu dan dirinya tidak melakukan perlawanan apapun. Dirinya sudah sangat pasrah. Jihan sangat tahu bahwa lelaki itu hanya ingin menolongnya bukan memanfaatkan keadaannya.

🐰🐰🐰

Saat Jihan terbangun dari tidurnya tubuhnya telah terbalut rapat dengan selimut. Seluruh tubuhnya terasa remuk dan dia juga merasakan sakit di bagian intimnya.

Jihan sangat ingat apa yang dialaminya semalam. Setetes air mata membasahi pipinya. Ingin rasanya Jihan segera mencari keberadaan Arkan dan menghajar mantan teman SMAnya dulu itu.

"Sialan!" Umpat Jihan kesal.

Sesaat kemudian Jihan teringat bahwa saat ini lelaki yang sudah menolong sekaligus menidurinya sudah tidak ada di kamar hotel tersebut.

"Aku benar-benar seperti wanita murahan," rutuk Jihan dengan tawa miris sambil memejamkan matanya erat.

Puas dengan segala umpatan penyesalannya, Jihan memutuskan untuk segera membersihkan diri dan pulang agar tidak membuat orangtuanya semakin khawatir dengan dirinya yang semalam tidak pulang. Saat kakinya baru menginjak lantai dia melihat di atas nakas ada sebuah paper bag dengan note.

'Aku harus segera pergi. Hubungi aku segera setelah kau bangun.'

Jammie: 08123344xxxx

"Beruntung lelaki yang mengambil kesucianku bukanlah seorang pengecut." Jihan tersenyum tipis kemudian melihat isi paper bag yang ternyata sebuah dress.

"Bukannya aku tak ingin menghubungimu, Aku sebenarnya sangat ingin mengucapkan terimakasih atas bantuanmu dan juga perhatian kecilmu ini, hanya saja aku tidak ingin memperpanjang masalah ini denganmu," lirih Jihan sambil menatap note dari pemuda bernama Jammie itu kemudian menyimpan note tersebut ke dalam dompetnya.

"Semoga tidak akan terjadi hal yang buruk," doa Jihan kemudian beranjak menuju kamar mandi dengan membawa dress yang diberikan oleh Jammie.

🐰🐰🐰

IRREPLACEABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang