⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
╔══════ ≪ °❈° ≫ ══════╗
"Kau memang manusia tak kasat rasa.
Biar aku yang mengemban cinta."Sorai - Nadin Amizah.
╚══════ ≪ °❈° ≫ ══════╝
---
Selesai sudah.
Setelah bertahun-tahun lamanya ia habiskan malam tanpa tidurnya untuk membuat penawar yang berada di depan matanya saat ini.
Sudah berapa ratus gelas kopi yang ia tenggak demi saat ini?
Telah berapa ribu malam yang ia habiskan terjaga untuk menyelesaikan penawar ini?
Jawabannya, Ai sendiri tidak tahu.
Menghela napas, Ai mengusap rambut pirang stroberinya yang kusut.
Setelah semua ini berakhir, apa yang akan Ai lakukan? Benar juga, ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.
Tidak, ia hanya tak ingin memikirkannya.
Tetap hidup sebagai Haibara Ai tentu saja merupakan pilihan terbaik. Kudo Shinichi akan melanjutkan hidupnya, menikmati masa muda yang hampir direnggut dari dirinya. Dia akan menggapai mimpinya, menjadi detektif nomor satu dunia. Ia tidak perlu repot-repot menenggak pil untuk bertemu dengan dambaan hatinya, Mouri Ran, karena Kudo Shinichi akan selalu ada di sisinya.
Sedangkan dilain sisi, dirinya, Miyano Shiho--tidak, Haibara Ai akan mengulang semuanya dari awal.
Ia akan menjalani kehidupan sempurna tanpa perlu memutar otak demi merancang obat-obatan untuk mempertahankan nyawanya.
Kehidupan dimana ia tidak akan terlibat dengan obat-obatan, darah, ataupun organisasi kejahatan.
Kehidupan dimana ia dan Kudo Shinichi tidak saling mengenal. Mereka akan tetap menjalani kehidupan masing-masing tanpa bersentuhan, tanpa mengubah ritme kehidupan masing-masing pihak.
Kehidupan dimana ia dan Kudo Shinichi bukanlah siapa-siapa.
Entah mengapa, pikiran itu membuat tenggorokannya tercekat.
Itulah kehidupan yang selalu ia dambakan, 'bukan?
Kesempatan kedua dimana ia bisa melupakan semuanya dan memulai segalanya sedari awal.
Sudahlah, apa yang ia pikirkan? Ia tidak peduli lagi.
Ai akan memberikan penawar itu besok.
Apa reaksi Shinichi ketika menerimanya? Ah, tidak perlu dipikirkan, lagipula, ia sudah tahu jawabannya. Yang lebih penting, apa yang harus ia katakan pada Shinichi?
Kepalanya mendadak nyeri. Lihat, inilah yang kau dapatkan setelah menatap layar komputer sepanjang hari dan hanya berhenti untuk membuat segelas kopi.
Ia akan beristirahat sekarang. Lagipula, sekarang napasnya tersumbat dan tenggorokannya terasa kering. Mungkin ia terkena flu.
Apapun yang akan terjadi besok, terjadilah.
---
Dan sekarang, disinilah ia sekarang. Menunggu kedatangan Edogawa Conan, yang tak lama lagi akan kembali menjadi Kudo Shinichi.
Tanpa sadar, Ai menggigit bibir bawahnya, memainkan jari-jarinya. Menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Waktu terus berjalan, dengan berlalunya waktu, berarti saatnya untuk bersama dengan sang pemuda semakin menipis.
Sesaat lagi, ia akan menyaksikan sang pemuda pergi dari hidupnya.
Suara derit pintu yang terbuka memotong lamunannya.
"Haibara!"
Ai menoleh, mendapati Conan yang terengah-engah, tampaknya ia berlari kesini. Senyuman lebar tersungging di bibirnya, berjalan mendekati Ai yang tengah duduk di sofa.
Ai , menyerahkan kotak kecil berisi penawar APTX 4859 kepada Conan. "Dengan ini, kita impa-"
"Terima kasih!"
Kenapa Conan berterima kasih? Mengapa ia memeluknya seakan tidak ada hari esok? Bukankah ini hanyalah upaya Ai untuk menebus kesalahannya setelah ia membuat racun yang hampir menghancurkan hidupnya?
Hal ini diluar perkiraannya, sekarang ia hanya bisa membatu dengan Conan yang sedang memeluk dirinya.
Seketika otak cemerlangnya seakan lumpuh, sama sekali tidak memahami maksud, dan apa yang sedang ia alami.
Apa yang sedang terjadi?
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Terima kasih untuk membaca
fan fiction ini!
Votement dan komentar sangat diapresiasi.Nantikan chapter selanjutnya^^
-Sincerely, Mai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflowers. || Shinichi X Shiho
FanfictionBersamaan dengan bunga matahari yang bermekaran didalam dirinya, cinta itu akan membunuhnya. Pelan, tapi pasti. "Hanahaki, disebabkan oleh cinta sepihak yang menumbuhkan bunga di organ pernapasan penderitanya, bila sudah parah, dapat menyumbat perna...