°Rayadinata Sandhya Si Koala°

10 5 4
                                    

Another Story On Set Me Free By Me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Another Story On Set Me Free
By Me

||Rayadinata Sandhya Si Koala||

***

"Aku lebih memilih untuk tidak peduli ketimbang ingin ikut membagi kesibukan diri sendiri. Bukan independen woman, tapi usseles Woman."

***

Aku Rayadinata Sandhya, gadis yang pemalasnya luar biasa berbahaya bahkan mungkin level dewa, tingkat mager ku yang tinggi membuat ku begitu lemas bahkan untuk sekedar berjalan kaki. Payah? Tentu saja iya!.

Disinilah aku, menuju sebuah tempat yang tidak pernah ku kunjungi. Dengan kemalasan mencoba pergi sendiri dengan niat pasti.

"Oke! Jangan lupa cari tempat ternyaman untuk rebahan!" Ucap ku sambil menatap sekitar, Hanya ada tenda, api unggun dan panggung disana. Bukan aku yang membuatnya, tapi regu lain yang sudah lebih dulu tiba.

"Ray! Bantuin bikin tenda, yang lain nyiapin makanan di belakang."

"Kok--?"

"Huaa acara Pramuka yang sedikit ga guna!" Hentak ku pada bumi, memberi tahu bahwa aku benci acara yang melelahkan ini. Apa mau dikata, ini salah satu penilaian agar aku bisa lulus sekolah.

"Lihat Raya, dia terlihat kesal dengan acara Pramuka, apalagi dia kan koala sekolah kita!" Beberapa anggota dewan menertawakan ku, aku tau itu, walaupun aku mageran, suara-suara gibahan orang akan selalu terdengar oleh telinga ku yang tajam terhadap ucapan yang tak mengenakkan.

"Manusia menertawakan manusia yang bahkan lebih baik dari dirinya yang sana sini sibuk buka warung bo sendiri. Dasar tidak sadar diri!" Langkah gontai ku berikan sambil memberikan sedikit umpatan kesal pada para anggota dewan yang suka mengganggu ketenangan ku.

Hanya sendiri, sibuk mencoba membangun tenda pribadi. Tentu karena aku tidak suka satu tenda dengan grup ku yang anggotanya tidak waras semua. Padahal aku lupa, bahwa diantara mereka ada aku yang anehnya luar biasa.

***

Malam datang, kami di kumpulkan di lapangan membentuk bulatan besar, ini yang paling di takut-takut kan para dewan dan paling ditunggu kawan-kawan. Api unggun di tengah lapang , aku sudah bersiap menyimak acara kerasukan massal di lapangan, bahkan aku sudah pw duduk di pinggir lapangan dengan banyak persiapan.

"Oke mari kita lihat serba serbi kerasukan di acara Pramuka." Persiapan ku dengan bantal dan boneka, duduk menyimak suasana, jangan lupa mantel tebalnya, aku sudah siap menonton bioskop yang akan siaran langsung didepan mata.

Ketua dewan Pramuka  mulai menyalakan api unggun, baru juga api akan membesar, ditengah upacara pembuka, beberapa siswa sudah mulai mengerang heboh sendiri. Ya! Para gadis yang mengolok-olok ku tadi kerasukan setan, padahal dia sudah setan malah kembali dirasuki setan, sungguh heran.

"Ray! Bantuin kita, kan lo pawang setan, usirin dong, ini Syafa kerasukan." Pinta salah satu anggota dewan.

"Pacar-pacar siapa! anggota-anggota siapa! yang di repotin siapa, mending turu!" Aku beranjak menuju tenda sebelum tangan ketua mencegahnya.

"Gue minta tolong," ketua nampak memelas atau bisa dibilang memaksa? dengan malas aku ikut mendampingi kekasih Ketua yang kerasukan. Bukan berarti sungguhan, itu hanya panggilan anak-anak lainnya karena Syafa wakil ketua dewan Pramuka sekolah Anjan Denjaka dengan Dewa sebagai ketua dewannya.

"Tu dua tiga, woi setan pulang ya!" Usir ku usil, tentu karena aku malas, aku asal mengajak bicara. Dan alangkah kagetnya aku, kala Syafa melotot kearah ku, oke baiklah! Pasti hantunya marah.

"Ray! Dia punya nama!"

"Hah! Kan setannya gak kenalan dulu ke kita!" Tunjuk ku pada setan! Eh bukan! Syafa.

"Bukan setannya! Tapi Syafa nya Raya!"

"Oh iya iya, Syaf bangun Syaf, udh di cariin syafaat!" Uyel ku pada tubuhnya.

"Ray!" Tegur Ketua mulai kesal.

"Raya salahnya dimana? Kan bener, Syafa di tunggu syafaat."

"Siapa tau setannya pergi ga lama lagi."
"Lagian kalo orang kesurupan gak usah diurusin, ntar kalo bosan setannya minggat kok." Gamblang ku santai.

"Pantas aja ni anak ga kerasukan, setan aja malas ngeliat auranya!" Kesal anggota dewan yang ada di sana.

"Oh iyaa lah, setan juga milih-milih, ngapain rasukin orang yang males cari perhatian." Aku berjalan pergi, tidak perduli dengan kondisi yang tidak kondusif di lapangan. Benar saja setan yang merasuki Syafa tidak lama pergi dari sana, mungkin dia juga sudah lelah cari perhatian.

Ditengah tengah ricuhnya lapangan Karena anak-anak kerasukan aku memilih ke area yang tentram, ini ketenangan yang ku nantikan. Hening nya malam yang mendampingi.

Sepertinya banyak anak yang sudah di suruh untuk kembali ke tenda grup masing-masing demi mengistirahatkan diri. Helaan napas ku keluarkan, menjadi sosok yang harus bersosialisasi itu membuat ku lelah sendiri, seakan semua energi di tarik dengan Watt yang tinggi.

"Huhhh cape juga harus jadi koala."

"Habis gerak dikit langsung tepar, gak ada tenaga lebih emang."

"Lupa sih, tiap bergerak kudu ngeluarin effort yang banyak."

"Huftt koala koala, kenapa kita ga punya sayap aja biar bisa kemana-mana pas tidur ya?"

"Tapi siapa yang paling raya, koala ya??"

"Si Dewa? Eh masaa??" Heran ku sendiri.

Memang benar, saking magernya aku kenalan dan mengurusi kehidupan, seseorang memanggil ku dengan sebutan yang seantero sekolah gunakan. Koala, itu yang Dewa alias si ketua ucapkan saat aku terus menerus ditegur oleh guru.

Koala yang bergerak lambat, lebih banyak mendiamkan diri dengan waktu yang tak pasti, sibuk menghabiskan waktu, anti sosialisasi, hidup dalam ketentraman dan ikut bergabung sesekali jika diperlukan.

Entah kepikiran dari mana, sampai sampai itu sebutan semua anak sekolah untukku, yang malah jadi favorit mereka. Tempat favorit untuk di bully tentunya, karena aku jarang merespon tiap kelakuan anak-anak yang penuh benci, kesal tersendiri dan emosi pada orang namun dilampiaskan pada diriku yang suka diam dan tiduran. Asik Berjalan dengan jalan takdir sendiri tanpa banyak ekspresi apalagi berekspektasi.

Aku memang bodo amatan, tapi terkadang kalau aku mulai kesal, kelakuan orang akan ku balas setimpal. Tentu saja, aku kalem karena aku malas, bukan berarti aku takut membalas orang yang suka menindas. Terlalu lama mengumpat dalam hati, aku malah mulai tidur di tengah-tengah lapangan yang sepi dengan perlengkapan pribadi yang ku bawa tadi. Langkah seseorang mendekat, menghela napas berat.

"Mulai malam ini, Raya bakal jadi anggota dewan Pramuka!"

"Eh Ketua! Enak aja ya, orang mager di suruh kerja! Ini mah rudal Paksa namanya!!"

TBC
25-3-23

Yo!
Singkat aja dulu, limit ide soalnya
Jan lupa bintangnya
Sampai jumpa di malam berikutnya
By Bidadari Yoa
Warn! Banyak Typo
Maklum belum revisi soalnya

Next?

Set Me Free Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang