Bab 15 : Ciuman dan CCTV

734 126 5
                                    

Senja duduk di kursi kerjanya, memandang ke arah Langit yang baru saja keluar dari mobil bersama dengan Rhea yang kini menyambut genggaman tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja duduk di kursi kerjanya, memandang ke arah Langit yang baru saja keluar dari mobil bersama dengan Rhea yang kini menyambut genggaman tangannya. Keduanya berjalan bersama memasuki Jendela Kue dengan ekspresi riang. Senja masih menatap ke arah sana, pada Rhea yang terlihat begitu semangat berjalan di samping Langit dengan sesekali mengayunkan genggaman tangan mereka. Senja menyandarkan tubuhnya dan masih menatap ke arah luar dengan gamang.

Tidak ia pungkiri, tingkah Langit akhir-akhir ini terasa aneh. Sudah berjalan tiga bulan Langit semakin intens mendekatinya dan Rhea. Lelaki itu benar-benar serius dengan ucapannya, hampir setiap hari Langit selalu mampir ke rumahnya bahkan di waktu tersibuknya Langit berusaha menyempatkan waktu untuk menemuinya dan Rhea. Membuat Rhea perlahan merasa terbiasa dengan kehadiran Langit di hari-harinya, dan semuanya berjalan sesuai dengan kekhawatirannya.

Senja menekan dadanya, berusaha sekeras mungkin untuk menekan harapan yang bisa saja berkembang hanya karena tingkah Langit.

Mungkin Langit hanya penasaran. Mungkin Langit sedang bermain rumah-rumahan, batin Senja.

Senja sedikit terperanjat ketika mendengar ketukan pintu,  lalu tidak lama kemudian Langit masuk ke dalam ruangannya dengan menggendong tas sekolah milik Rhea yang tersampir di pundaknya. "Rhea lagi di bawah, main sama Fela. Katanya mau bikin cupcake." ucap Langit bahkan sebelum Senja menanyakan kehadiran putrinya.

Langit meletakkan tas Rhea di atas sofa kemudian merebahkan tubuh tingginya disana. "Diluar panas banget, buset." ucap Langit sambil mengibas-ngibaskan kemeja longgarnya.

Hari ini Langit mengambil jatah cutinya dan meminta izin pada Senja untuk menghabiskan waktunya bersama Rhea. Bahkan Langit sudah stand by di rumahnya sejak pagi tadi dan langsung mengantar Rhea berangkat sekolah hingga menjemput dan mengantar putrinya kemari.

"Kamu beneran nggak ada agenda?" tanya Senja, ia menatap Langit sembari menopang dagu.

Langit meneleng kemudian tersenyum tipis. "Ada. Nganter Rhea, nganter kamu kerja, jemput Rhea, nemenin kamu kerja sampai pulang. Duh sibuk banget aku hari ini." kekeh Langit.

Senja mendengus. "Maksud aku selain kamu ngintilin aku sama Rhea seharian agenda kamu tuh apa?"

Langit bergumam singkat kemudian menggeleng. "Enggak ada. Kan aku udah bilang aku mau nemenin kalian seharian."

"Emang arsitek kayak kamu nggak sibuk?"

"Kan aku lagi cuti. Gimana sih? Lupa?" ucap Langit sembari membuka toples permen di atas meja tamu dan mengambil satu permen karet dari sana.

Senja menghela napas sebelum akhirnya berdiri dari kursi kerjanya untuk menghampiri Langit yang kini duduk di sofa.

"Sini lah deketan. Jauh amat kayak orang musuhan." ucap Langit sambil menepuk-nepuk sisi kosong disebelahnya karena Senja mengambil posisi duduk di ujung sofa.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang