Hola, guys! Jangan lupa vote dan komen. Thanks. Happy reading.😁😁
⚠️Attention, please⚠️
1. Terdapat kata-kata kasar.
2. Ambil baiknya, buang buruknya.
3. Cerita berdasarkan pemikiran author sendiri, jadi bila ada kesamaan itu tidak sengaja, ngerti? Kecuali, ada yang plagiat.
4. Narasinya di baca ya.
5. Bila ada kesalahan kata, mohon di maafkan yaw😘
6. Jika ada typo, di benarkan yaw!Dari Oci : Jujur aku sempat nangis pas cek cerita aku yang ini lumayan rame sampe sekarang. Jadi ini bab tahun lalu aku ngetik belum selesai aku selesaikan dan ini aku publish buat sembuhin kangen kalian dengan ceritakuu. Masya Allah thanks ya pembacaa❤️. Doakan semoga challenge menulis 25 hari lancar biar segera revisi 'oisha'
yg berkenan kasih love '❤️' ke aku biar semangat, makasi yaa ❤️❤️
Oi 👑 8. Ngidamnya Terlaksana
Dua sejoli itu kini duduk manis di karpet empuk tenda. River nampak anteng menunggu kulit buah mangga di kupas oleh Oisha. Tadi setelah mencuci tangan, pria itu minta Orion untuk menonaktifkan sirene telolet agar lebih nyaman dan Orion langsung mengiyakan karena kasihan dengan kondisi muka Orion yang memohon.
Oisha tak hanya mengupas kulit, tapi juga memotong buah mangga menjadi kecil-kecil lalu di taruh ke piring. "Tuan, lupa ambil tusuk sate!" seru Oisha.
"Tidak apa-apa, langsung pakai tangan." jawab River, cepat.
"Tidak! Nanti tangan lengket. Cepat, ambil!" perintah Oisha dengan wajah garangnya.
"Siap!" Nyatanya nyali River ciut ketika di hadapkan dengan wajah garang Oisha.
Oisha menggeleng terhadap tingkah River yang menurutnya aneh. Perempuan itu menata piring berisi potongan kecil buah mangga serta camilan lainnya di meja putih. Ia tersenyum tipis ketika River kembali dengan sebuket bunga lavender dan kamera.
"Bunga lavender dari Ola, terus kameranya dari Xavia." River memberitahu melihat wajah Oisha yang nampak antusias menyambutnya.
"Thank you!" Oisha berseru. Ia mengambil buket ketika River menyodorkannya.
River duduk di samping Oisha dengan hati berbunga-bunga. Tapi tak di pungkiri, debaran jantungnya sedikit mengganggu atmosfer karena membuatnya canggung.
"Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan, Sha." ucap River di sela-sela melahap potongan mangga.
Oisha menatap River yang memandang pepohonan. "Nanti saja tanyanya, Tuan! Nikmati waktu kita berdua ini dengan sebaik-baiknya." ujar Oisha.
"Kau berbicara seperti itu, seperti kita tak akan bertemu lagi." River berucap pelan.
Oisha menghela nafas. "Entahlah, Tuan. Saya cukup happy untuk tidak berharap lebih." ucapnya.
"Kenapa?" tanya River. Kini, tubuhnya miring menghadap Oisha sepenuhnya. Mata lebarnya memandang teduh mata Oisha yang melihat bunga lavender.
"Orion belum mengizinkan penuh jika saya menerima anda karena keterpurukan saya beberapa hari lalu. Dan saya cukup mengerti, karena bagaimanapun wali saya ada di tangan Orion, adik saya. Tanpa si kembar, saya ini gadis yang lemah. Jadi, saya berusaha menghargai keputusan si kembar. Itupun demi kebaikan saya ke depannya." Oisha menjelaskan dengan sesekali menghela nafas panjang.
River tersenyum tipis mendengarnya. "Itu artinya, kamu sudah bisa menerima saya?" tanyanya dengan hati-hati.
"Tidak tahu. Tapi yang pasti, saya ingin lebih dari ini sama anda, Tuan." ucap Oisha. "Maksud saya, hidup bersama selamanya." lanjutnya.
"Saya tadi mendengar Orion kalau ngidamnya ingin terwujud harus akad terlebih dahulu, 'kan?" tanya River diakhiri tersenyum tipis.
Oisha mendongak dan mata keduanya bertemu. Mata itu tersirat makna yang sama namun tak sanggup di ungkapkan. "Entahlah, sekali lagi saya tekankan kalau saya tidak ingin berharap lebih, Tuan!" ucap Oisha.
River mengangguk paham. "Oke oke," balasnya.
Pria itu menyuapi Oisha kala wanita itu mencondongkan mukanya sembari mangap. Ia terkekeh kecil melihat Oisha yang menahan rasa kecut serta pipi yang menggembung. "Lucu," gumamnya.
Oisha menahan senyum mendengarnya.
"Senyum saja, Sha." ujar River diakhiri tertawa kecil.
Oisha menoleh dan menatap garang River. "Apa sih?! Mending cepat habiskan mangganya! Lalu kita berfoto." ujarnya sarkas.
River menurut meski ia ingin sekali mencubit pipi Oisha karena gemas.
"Sudah, Sha." ucapnya karena Oisha masih saja cemberut sembari menatap bunga lavender.
"Ish, Tuan! Jangan panggil aku Sha, panggil aku Mamoi!" ujar Oisha ketus. Ia menatap nyalang River yang mengerjap bingung. "Boleh sekarang nggak sih peluk ciumnya? Saya nggak sabar banget!" lanjutnya.
River menggeleng tegas. "Tidak boleh, nanti yang ada saya di depak Orion, Mamoi." balasnya.
"Ah, Orion!" kesal Oisha.
Bibir Oisha mengerucut, lucu. Hal itu membuat River tertawa kecil. "Comel banget bumilku ini," gumam River.
Telinga Oisha yang mendengar itupun kontan merona sampai menjalar ke pipinya. Ia mengulum senyum lalu beranjak sambil menenteng kamera dan bunga lavender.
"Loh, Mamoi? Tidak jadi berfoto?" River bertanya heran.
Oisha menghentakkan kakinya, kesal. "Kenapa tidak peka sih, dia?" batinnya.
River memutuskan untuk menyusul Oisha yang menjauh ke taman bunga. "Jalannya pelan-pelan, jangan cepat, Moi!" ujarnya.
Mata Oisha melirik sinis River. "Terserah gue!" desisnya, lalu tetap menurut dengan ucapan River.
Langkah River dibelakang tubuh pas Oisha. Ia menunduk untuk melihat wajah ayu Oisha yang terpancar sinar mentari hari itu. Dalam hati ia begitu bersyukur dengan hikmah dibalik kejadian one night kala itu. Oisha sangat cantik dan ia yakin anak mereka nanti pasti akan cantik pula atau tampan karena River merasa dirinya juga ganteng. Ah dasar, River Si Narsis!
"Nah, kita foto disini!" Oisha duduk disebuah tikar ditengah-tengah tumbuhan bunga.
River mengangguk saja lalu ikut duduk. Mereka tersenyum bahagia ke arah kamera yang dijepret oleh Oisha banyak sekali dengan latar belakang bunga telang yang cantik. Usai menjepret, Oisha menyampingkan tubuhnya menghadap River.
"Mau apa, hm?" River nampak bingung.
Grep! Oisha memeluknya sambil bergerak di dada River untuk mencari tempat yang nyaman. "Emmm, wangi bangeeet! Gini yang Mamoi mau! Bukan jaga jarak seperti virus corona. Ck, gara-gara Orion semuanya jadi telat!"
River tampak pasrah tubuhnya digerayangi oleh bumil agresif satu ini. Dalam hati River berdoa, "Ampuni ibu dari anak-anakku, Ya Allah. Karena dia agresif dan syukurnya aku suka."
Cup cup cup! The ril peluk cium, dong!
Bersambung...
Selasa, 18 Juni 2024
Bagaimana Bab 8 nya guys?
Semoga sehat selalu yaa, salam sayang gadis bumi pecinta makhluk fiksi❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Oisha [ Pindah Lapak ]
RomanceOisha itu princess. Princess yang harus di jaga. Keobsesiannya terhadap dunia kerajaan menjadi nyata. Nyatanya, itu adalah tipu daya Oisha yang mencari kasih sayang karena hidupnya kesepian. Tak punya teman sampai ia tumbuh remaja. Masa remaja yang...