01: cowo aneh

9 2 0
                                        

Vote this chapter


Happy Reading

Ashanka saat ini berdiri didepan ruang kepala sekolah, ia baru saja menyerahkan berkas titipan guru lain.

Shanka membalikkan badannya dan menabrak seorang pria, tingginya hampir sejajar dengannya.

"Duh, sorry om," Shanka menyatukan kedua tangannya.

"Om am om am, gue masih sekolah dodol!"

Shanka meringis pelan, "eee, maap ya,"

Mengabaikan maaf dari Shanka, pria itu melihat papan nama yang tergantung diatas pintu, lalu memasuki ruangan kepala sekolah.

"Dih, dasar aneh!" tak ingin berlama-lama, Shanka langsung kabur kembali kedalam kelasnya.

Saat Shanka memasuki kelas, jam pelajaran masih berlangsung, hingga beberapa saat ia duduk, pintu kelas diketuk, dan pandangan siswa-siswi beralih pada pintu tersebut.

Ternyata, itu adalah pak Tono. Tapi, yang membingungkan, siapa itu...? Ah, Shanka ingat! Itu lelaki yang menabraknya diruang kepala sekolah tadi! Dia ngapain?

Pak Tono memasuki kelas, "permisi bu, maaf mengganggu waktu pelajarannya."

"Iya pak Tono, gapapa. Ada apa ya, pak?"

"Anu bu, saya nganter anak baru."

Guru tersebut menganggukkan kepalanya, "oooh, iya pak, terimakasih ya."

"Iya bu, saya permisi dulu ya."

Setelahnya, murid baru itu memperkenalkan dirinya atas perintah guru yang mengajar.

"Nama saya Langit Alvantara, pindahan SMA Gemintang."

"Baik, kamu bisa duduk dibangku yang kosong, ya." pernyataan guru tersebut, dibalas anggukan oleh Langit

Diketahui, sosok itu bernama Langit Alvantara!

Bel sekolah berbunyi, pertanda memasuki jam istirahat.

"Hai ganteng!! Boleh kenalan ga??" damn, selalu begitu.

"Tadi udah." jawaban Langit tak membuat perempuan bernama Vania itu kicep, ia masih setia beridiri ditempat yang sama.

Sial sekali bagi Langit, saat ini ia dikerumuni oleh gadis-gadis kelasnya.
Shanka memandangi itu dengan tatapan sinis, bukan tipenya sekali seperti itu.
Bagi Shanka, Langit bukanlah orang yang tampan, masih lebih tampan aktor korea dan china-nya.

"Shan!" panggilan dari Zio mengalihkan pandangan Shanka pada kerumunan itu.

Alis Zio berkerut, "ngapain, rame-rame?"

"Ada anak baru, cowo."

"Hah, segitunya??" Shanka mengedikkan bahunya mendengar jawaban Zio.

"Ngapain lo kesini?" tatapan datar Shanka lumayan membuat Zio ngeri.

"E-eh, mau nganter buku lo, lah."

Shanka berpikir sejenak, "mana? Siniin."

"Nih! Eh, lo ga ngantin?" pertanyaan Zio dibalas gelengan oleh Shanka.

"Yaudah, gue pergi yaa."

Shanka mengambil nafas panjang, "tinggal pergi, ribet amat."

Zio meninggalkan kelas itu dengan cengiran andalannya.

Antara RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang