10: Nice To Meet You

163 31 18
                                    

Matahari semakin terik, Zeline mengipas-ipas lehernya menggunakan tangan lalu memakan es krim coklat yang baru saja dibelikan oleh Damian untuknya. Eskrim itu cukup ampuh meredam rasa hausnya dan kekesalannya sebab beberapa turis menganggapnya dan Damian adalah pasangan serasi.

Zeline sungguh mual mendengarnya. Lebih baik dia single seumur hidupnya daripada punya hubungan romantis dengan bocah bau susu bubuk itu.

"Sudah selesai?" Zeline bertanya saat Damian sudah kembali. Padahal sekitar satu menit lalu pria itu ijin untuk menggunakan toilet.

Lelaki itu menggeleng, "aku benci toiletnya.. Tidak, itu bahkan tidak layak disebut toilet. Sepertinya kandang babi punya Paul lebih bagus daripada itu."

Damian mendudukan tubuhnya di sebelah Zeline lalu menatap perempuan itu, "apa ada tempat yang ingin kau datangi lagi?" Tanyanya yang kemudian dengan tidak sopannya mengambil eskrim milik Zeline.

"Bocah-" Zeline hampir berteriak jika tidak ingat bahwa sekarang sedang berada di tempat umum.

"Aku akan mengadukanmu pada Richard," kata Zeline yang ditanggapi tawa oleh Damian. Pemuda itu jadi membayangkan Richard yang memarahinya karena sebuah eskrim, sungguh kemustahilan yang selamanya akan jadi hal yang mustahil. Pamannya itu bahkan tidak peduli saat Damian hampir merusak sistem jaringan alat elektronik di seluruh  Kanada, apalagi sekarang hanya karena eskrim.

Zeline membuang napas, "ayo kita pulang saja."

"Kenapa? kita bahkan belum menonton film dan pergi ke tempat lainnya? Atau kau ingin belanja? sebutkan saja brand favoritmu, Chanel? Louis Vuitton? Dior?"

"Kau saja sana yang belanja, aku mau pulang," Zeline berdiri namun tangannya ditahan oleh pemuda itu.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita pulang saja," ujar Damian akhirnya. Bahaya juga membiarkan perempuan itu pergi sendirian. Zeline tidak terlalu fasih bahasa perancis, dan bisa saja ada orang yang melakukan tindakan jahat padanya.

Jika sudah begitu, siapa yang akan disalahkan?

Oh, tanpa dikatakan pun sudah jelas apa jawabannya.

° ° °

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?" Zeline mengalihkan matanya dari layar komputer dan menatap kearah pintu kamar. Begitu dia dan Damian pulang, Zeline langsung masuk ke kamarnya dan kembali berkutat dengan tugasnya.

"Richard."

"Masuk," suruh Zeline kemudian.

Pintu terbuka dan Richard terlihat setelahnya. Pria itu berdiri di bingkai pintu dan hanya menatap Zeline dalam diam.

"Jika tidak ada urusan, pergi saja!" Usir Zeline. Tatapan Richard membuatnya tak tenang karena Zeline merasa dikuliti hidup-hidup.

"Aku bahkan belum mengatakan apapun," kata Richard.

"Kalia begitu bicaralah," balas Zeline.

Pria itu melangkah masuk dan kini duduk ditepi ranjang, persis dibelakang Zeline yang tengah duduk sambil menghadap layar komputer.

"Kau akan mendengarkan ku?"

"Tergantung seperti apa ucapanmu."

"Ini tentang Sonia."

Zeline langsung memutar kursinya dan menghadap Richard begitu mendengar nama adiknya disebut.

VERHETETLEN (FOURTH VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang