Chapter 1>f+f= f or r(?)|

136 18 7
                                    

Di malam yang hanya diterangi sinar bulan, hujan turun dengan derasnya. Nampak dua orang pemuda yang sedang bercanda ria sembari mengobati luka-luka di sekujur tubuh mereka.

"Sen, Gue cape sumpah... Lo gak cape apa?" Ucap salah seorang pemuda sambil memperban luka nya.

"... Cape sih, tapi kalo emang cara ngebuat papa gue bahagia dengan cara mukul gue, ya... It's ok, but-" Jawab pemuda yang ditanyainya.

Sembari mengoleskan salep pada luka bakar yang terdapat pada kakinya, ia melanjutkan perkataannya dengan nada lirih, "Cape... jujur, gue cape banget... It feel like mending gue sekalian mati aja, tapi keinget dosa."

"...."

"Lo... nangis, Sen?"

"Kagakkk! Ini air ujan, noh liat, atapnya bocor!"

×

×

×

Rehan Arsenalio dan Nathaniel Davian Zayn, keduanya sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka selalu mendapat kekerasan dari sang Ayah, sementara sang Ibu terlihat tidak peduli.

Rehan Arsenalio, sering dipanggil Arsen. merupakan anak bungsu serta satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara. Ibu dan Ayahnya sempat berpisah, namun rujuk kembali. Meskipun memiliki banyak saudara, itu tidak membuat keadaannya menjadi lebih baik. Arsen sudah berkali-kali mencoba untuk bunuh diri, hanya saja selalu digagalkan oleh sahabatnya.

Disisi lain, Nathaniel Davian Zayn, sering dipanggil Niel. Merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Memiliki ibu yang gila kerja, dengan alasan, 'Demi kamu juga ibu begini, demi kebaikan kamu, dan hidup kamu!!.' Namun, Ibu nya bahkan tidak mencegah perlakuan kasar sang Ayah kepada Niel. Niel memiliki Adik perempuan yang sangat ia sayangi, karena itu, ia selalu berusaha melindungi Adik perempuan nya  Demi Adiknya, ia bertekad untuk terus berusaha menjalani kehidupan ini seberat apapun keadaannya.

×

×

×

Mata Niel mengernyit, "Gila lo?? Liat noh, papa lo udah buat luka di seluruh badan lo, sampe buat luka bakar di kaki lo juga. lo ini baik apa bego sih?!?!" Ucapnya dengan nada tinggi.

Arsen berbalik menatapnya, "Pfft--hahahaha, lo gimana sih? Khawatir sama orang lain padahal diri sendiri juga kena kekerasan kek gitu? Di banding gue, lo lebih goblok," balas Arsen sambil tertawa.

"Yah... wajar sih, Lo emang goblok." lanjutnya.

Niel diam tak bergeming, "Gue... takut...." gumamnya kecil yang masih mampu di dengar oleh Arsen.

Arsen mengerjapkan mata, "Lo... takut?" Ucapnya ragu-ragu

"Oh... lo takut papa lo ngelakuin apa-apa ke adek lo??" Tanyanya.

Niel menundukkan kepalanya, Arsen menganggap itu sebagai 'Iya.'

Sambil mengusap wajah nya kasar, Arsen menghela nafas, "Hahh... Niel.., yang di pukul itu lo, bukan adik lo. Bukan nya takut di pukul sama papa lo lagi, lo malah sempet sempetnya khawatir sama adek lo? Seharusnya lo juga merhatiin diri sendiri, el. Kalau lo kek gini, adek lo juga bakalan sedih." Arsen menekankan setiap kata yang ia lontarkan.

"...." Niel diam, dia tak dapat menjawab perkataan Arsen.

Suasana menjadi hening dan tenang. Tak ada lagi canda tawa yang di keluarkan dari mulut Niel.
Tak ada lagi ejekan yang di keluarkan dari mulut Arsen.
Hanya terdengar suara hujan, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

This Life Just A StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang