Chapter 2>kegabutan|

50 17 3
                                    

Mereka memasuki gedung tua itu dan mendapati Radit dan Aksa yang sedang berbincang.

Raditya Dika Alfan, anak piatu, Radit kehilangan Ibu nya saat ia masih berumur 4 tahun akibat kecelakaan. sedangkan Ayahnya, merupakan seorang pecandu alkohol dan wanita.

Aksa Evano Elan, keluarga nya memiliki permasalahan ekonomi. sama seperti Ayah Radit, Ayah Aksa juga sering membawa wanita yang berbeda-beda setiap harinya. Ibu dan ayah Aksa sudah berpisah, karena itu, Aksa berperan sebagai tulang punggung keluarga. sedangkan Ibu Aksa sendiri selalu saja menuntut Aksa agar mendapatkan nilai yang sempurna.

×

×

×

"Dah nyampe ya." ucap Arsen dengan senyum tipisnya.

Salah satu pemuda itu menatap Arsen, lalu memicingkan matanya, "kan lo yang suruh cepat-cepat." ucap Radit.

Niel melihat suasana yang tak mengenakkan, dia tersenyum tipis dan berniat mengalihkan pembicaraan, "Gimana kabarnya?"

Radit mengalihkan pandangannya pada Niel, dia menatap Niel dari atas sampai bawah, seperti meneliti, "Baik kok."

Radit menyipitkan matanya saat melihat ada luka lebam di leher Niel yang sedikit tertutup kerah baju. Aksa melihat Radit berekspresi aneh, dia mengikuti arah pandang Radit dan melihat luka lebam tersebut.

Mata Aksa memanas melihat hal itu, "..Masih suka mukul...?.." tanya Aksa yang seperti gumaman.

Niel mengalihkan pandangannya pada Aksa, dia tertegun, sedikit kebingungan harus menjawab apa, "Eh.. oh, iya. Hahahahaha, gosah khawatir." tawa Niel yang terdengar seperti di paksakan.

"........"

"Lo.. ke sini, obatin dulu lukanya" ucap Radit.

Niel hanya melongo saja, itu membuat Radit kesal, temannya yang satu ini memang sangat bebal padahal otak Niel lebih bagus dibanding Radit.

Radit menggertakan giginya, dia menarik tangan Niel, "udah! Buruan sini, gue obatin!" ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi.

Niel hanya pasrah dan membiarkan Radit mengobatinya.

Aksa tahu bahwa Arsen pasti memiliki banyak luka baru. Aksa menatap Arsen, "lo, sini. Gue obatin." ucapnya dengan rendah hampir tak terdengar oleh Arsen.

Arsen hanya mengangguk, dia tidak berniat membantah. Dia segera duduk di samping Aksa, Aksa membuka baju lengan panjang yang Arsen pakai, Aksa terkejut, ia membelalakkan matanya lalu segera mengatur ekspresi seperti semula.

Radit sudah selesai mengobati Niel, dia segera bersantai sambil memainkan ponselnya, sedangkan Niel hanya fokus melihat Aksa yang sedang mengobati Arsen. Dia tersenyum tipis. Arsen, Niel, Radit, Aksa, keempatnya memiliki keadaan keluarga yang tidak baik, rasanya mereka seperti saudara yang terpisahkan, mengingat orang yang tak memiliki hubungan darah dengan mereka lebih mengerti akan diri mereka di banding keluarga mereka sendiri.

Aksa selesai memperban lebam di kedua tangan Arsen. Menghela nafas, lalu berkata, "Lain kali kalo luka tuh obati, jangan di diemin. Lo juara kelas tapi kok bego sih?"

Arsen hanya terkekeh dan memperlihatkan cengirannya. Melihat hal itu, Aksa, Niel, bahkan Radit yang sedang memainkan ponselnya hanya bisa menghela nafas melihat arsen yang sedikit pun TAK PEDULI dengan luka yang dia dapat.

Mereka yang awalnya berkumpul dengan niat untuk latihan malah berubah menjadi sesi saling mengobati. Radit dan Aksa melarang Arsen dan Niel untuk berlatih dilihat dari kondisi tubuh mereka yang penuh luka. Namun, bukan Arsen dan Niel namanya jika langsung menurut. Akibatnya, mereka sedikit beradu argumen dan dimenangkan oleh Radit serta Aksa.

Niel parah, selalu saja begitu. Alasan Niel tak ingin memberitahukan soal luka mereka pada dua temannya, kerena ini. Radit dan Aksa akan melarang mereka melakukan ini dan itu dengan alasan harus memperhatikan kondisinya. Seperti ibu-ibu saja. Padahal ibu mereka saja tak memedulikan mereka.

'Emang yang paling bener itu cuman adek gue.' batin Niel setuju pada pemikirannya.

×

×

×

"..Gabut." Arsen tiba-tiba membuka suara.

Radit dan Aksa hanya berdehem setuju lalu kembali fokus pada game yang sedang mereka mainkan.

Sedangkan Niel sedang menonton anime dengan genre isekai, mungkin? Ya, Niel adalah animelovers. dia pernah berkata 'Hidup dengan berhalu itu indah. Ga usah cape-cape mikirin kenyataan yang pahit, ahahaha.'

Niel mengalihkan pandangannya pada Arsen, "Sama. Hehe." kekehnya lalu segera kembali menonton anime. Meski Niel menonton anime, tak dapat di pungkiri bahwa dia selalu merasa bosan.

Arsen memasang wajah datar, dia tak berbohong, sangat membosankan sekali hidupnya. Hanya dipenuhi drama tidak berguna, tidak ada yang menyenangkan, semua terasa membosankan.

Tiba-tiba terlintas ide dibenaknya. Dia tersenyum kecil, "Tau tele, kan?" tanyanya entah pada Radit, Niel, atau Aksa.

Niel menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang sedang dia pakai menonton anime, "Iya, kenapa?"

Radit mendengar, lalu berkata "Tau lah, yakali gatau."

Aksa tak mengalihkan pandangannya dari game, dia sedari tadi hanya berdehem saja. Tak menghiraukan percakapan itu, karena memang dia tak tertarik.

"Buat bot yokk..!" ucap arsen.

"...Hah?"

"Ha he ha he, gue bilang kita buat bot gitu yok, kek bot anime lah,"

Arsen berpikir, "bot.. chara..."

Sementara Arsen berpikir, Niel dan Radit saling menatap, sangat jarang sekali Arsen seantusias ini. Memangnya ada apa? Pikir mereka. Namun, sepertinya hal itu membuat Arsen yang selalu bosan sedikit bersemangat.

Niel menatap Arsen, yang di tatap sadar akan Niel yang menatapnya. Arsen menatap balik dan seolah berkata, ada apa?

Melihat itu, Niel hanya menggelengkan pelan kepalanya. Dia lebih baik diam, sepertinya ada yang tak beres dengan temannya ini. Apa ada masalah lagi? Pikir Niel.

Lebih baik dia diam, meski Niel sudah mengenal Arsen sejak kecil, namun mereka tak dapat saling mencampuri urusan keluarga masing-masing. Walau begitu, mereka tetap saling membantu dengan cara saling mendukung satu sama lain, begitupun dengan Radit dan Aksa.

Arsen berpikir keras untuk menggunakan Chara anime mana yang akan dia pakai, Niel dan Radit yang melihat itu menjadi sedikit kasihan dan ikut berpikir, untuk membantu Arsen.

Niel berpikir, lalu mendapat ide, "Hm, gojo?" ucapnya.

Radit memasang ekspresi datar, sedikit menentang ide Niel, "Jangan si kotak juga lah anj*r." ucapnya.

Radit tak setuju dengan ide Niel, Padahal Radit saja tak tahu siapa itu gojo, dia hanya tahu lewat fyp Tikt*k, lalu menemukan spoiler soal gojo yang katanya menjadi kotak? Entahlah. Pikirnya.



Bersambung...

This Life Just A StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang