Bab 1: Shea dan angannya

71 8 0
                                    

Hi, welcome!

selamat menikmati dan membaca karya cerita fiksi ku. Seluruh isi dalam cerita ini murni hasil karangan sendiri.
gambar / visual aku ambil dari pinterest, Instagram dan lain sebagainya.

I hope you like it and enjoy reading it!

Happy Reading☆

chapter 01: Shea dan angan.
.
.
.
Cahaya mentari pagi menembus tirai putih di kamar Shea, gadis muda yang matanya masih setengah tertutup mulai terbuka sepenuhnya. Dia menggeliat malas di atas tempat tidur yang ber-seprai biru pastel itu, lalu mengalihkan pandangan ke arah jendela di sudut kamarnya. Di balkon kecil di depannya, dua ekor burung sedang bertengger, berkicau riang seolah saling menyapa.

Shea tersenyum kecil. Dalam lamunannya, burung-burung itu berubah menjadi dirinya dan Kaizen, duduk di sebuah taman yang rindang. Dalam imajinasinya, mereka tertawa bersama, bercanda tentang hal-hal sepele, dan saling melempar senyum yang membuat dunia terasa lebih ringan dan nyata.

“Andai dua burung itu ibarat aku sama Kaizen, pasti indah sekali kalau aku bisa duduk di sebelahmu, Kaizen,” gumam Shea sambil menatap burung-burung itu dengan mata penuh harap.

Dia menghela napas, lalu menggoyangkan kepalanya pelan, mencoba mengusir pikiran halusinasinya itu. “Apa sih, Shea? Ngayal mulu. Kaizen itu artis terkenal, dia mana mau sama kamu, bahkan dia aja nggak tahu kalau kamu hidup,” katanya pada dirinya sendiri dengan suara pelan, mencoba sadar diri bahwa dia dan Kaizen sangatlah bertolak belakang.

Shea memaksakan dirinya bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan ke arah balkon, membuka pintu kaca, dan membiarkan angin pagi yang sejuk menerpa wajahnya. Kedua burung itu langsung terbang pergi, meninggalkan Shea yang memandangi mereka hingga menghilang di balik awan.

“Seperti aku dan kamu. Dua manusia dengan tujuan yang berbeda nggak akan pernah bisa bersama,” ia tersenyum masam, lalu masuk kembali ke dalam kamar.

Meski ia sekarang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan besar milik ayahnya yang dipercayakan kepadanya, Shea tahu status itu tidak berarti apa-apa di dunia Kaizen, seorang artis papan atas yang setiap gerak-geriknya diabadikan kamera dan dielu-elukan ribuan penggemar. Di dunia Kaizen, Shea hanyalah bagian kecil dari kerumunan. Bukan seseorang yang bisa diperhatikan.

Namun, di balik semua logikanya, Shea tetap menyimpan harapan kecil. Entah bagaimana, entah kapan. Mungkin suatu hari nanti, ia dan Kaizen bisa berada di satu ruang yang sama, berbicara, saling mengenal, dan siapa tahu…..

Shea menggeleng lagi. “ck, udahlah. Kerjaan lo numpuk, Sheara Andreya Louise. okey, back to reality!!” katanya sembari menyalakan ponsel untuk memeriksa jadwal harian yang sudah dipenuhi rapat. Tapi di sela-sela fokusnya, nama Kaizen terus membayang, seperti irama yang tidak mau berhenti berdenting di kepala.

✯✯✯

   Shea menghela napas panjang sambil memandangi layar laptopnya. Di jadwal yang tertata rapi, highlight merah mencolok mengingatkannya akan rapat penting dengan pemegang saham pukul sepuluh pagi. Dia menatap jam di sudut layar—hampir pukul delapan. Waktu persiapannya semakin sempit.

“Shea, fokus. Lo harus siapin semuanya biar rapat lancar,” gumamnya, mencoba mengembalikan fokus. Namun, matanya kembali melirik ke dinding kamar yang penuh dengan foto dan poster idolanya, Kaizen. Ada foto dari berbagai event, poster konser, hingga photocard edisi terbatas yang di pigura rapi. Tatapan Shea berubah lembut, penuh rasa kagum yang nyaris berlebihan.

“Shea, Shea,” katanya sambil tertawa kecil, matanya berbinar penuh khayalan. “Sayangku, aku cinta kamu. Aku kerja dulu ya buat nafkahi kamu, biar bisa beli merchandise dan album baru kamu. Terus, aku bisa menang fan-sign, ngobrol langsung sama kamu, dan… siapa tahu, kamu jatuh cinta sama aku terus kita menikah.” Ia tersenyum lebar seperti orang gila. “I love you more more more, baby Kaizen.”

Belum sempat ia kembali ke kenyataan, suara nyaring yang sangat dikenalnya menyeruak. “Halu terooozzz! Sehari nggak halu kayaknya lo menggigil deh,” kata Bara sambil menyeringai, berdiri santai di ambang pintu kamar.

Shea langsung berbalik dengan ekspresi sebal. “Apaan sih, Baraaa! datang-datang langsung ngata-ngatain gitu! Selagi halu gratis, kenapa nggak?” balasnya sambil melipat tangan.

Bara melangkah masuk, menepuk pundak kakaknya dengan keras hingga Shea meringis. “Halu itu boleh, Kak, tapi lo harus sadar diri juga. Lo tuh nggak bakal bisa jadi siapa-siapanya tuh cowok yang lo haluin. Paham?” ujar Bara dengan nada santai, tapi kalimatnya menusuk tepat di relung hati Shea.

Shea menggerutu sambil memalingkan wajah. “Ah, tai lo! Ngerusak mood pagi gue aja. Pergi lo, ganggu aja!” ujarnya dengan nada kesal.

Namun, Bara malah tertawa kecil. “Oke, gue juga nggak mau lama-lama di sini. Tapi… top up-in dana gue tiga juta dong, Kak. Hehe,” katanya dengan wajah cengar-cengir khas remaja SMA.

Shea menghela napas panjang, malas berdebat. Tanpa banyak bicara, dia langsung mengambil ponselnya, mengetik beberapa kali, dan memberikan transfer yang diminta. “Udah, sana pergi! Hush hush!” katanya sambil melambaikan tangan seperti mengusir kucing liar.

Bara tersenyum sumringah. Sebelum pergi, ia mendadak mencium pipi kanan Shea dengan keras hingga Shea terkejut. “Makasih, Kakak cantik!” ujarnya dengan nada manja sebelum kabur keluar kamar.

Shea mendelik, wajahnya kesal tapi bibirnya tersenyum kecil. “Dasar bocah! di sekolah doang sok-sokan cool, tapi kalo udah di rumah kayak bocil” gumamnya sambil menggeleng pelan.

Ketika suasana kembali tenang, Shea duduk di depan laptopnya lagi. Ia menarik napas dalam, mencoba membuang distraksi yang tadi muncul. Dengan cepat, tangannya mulai mengetik beberapa catatan untuk presentasi nanti. Namun, di sela-sela kesibukannya, sesekali pikirannya melayang lagi pada foto Kaizen yang terpajang di dinding kamarnya dengan senyum yang terus mengambang di pipinya.

“Shea, fokus,” katanya sembari memegang pelipisnya untuk kembali fokus dengan pekerjaannya.

-To be continued-

thanks to all readers, Thank you for taking the time to read my story. don't forget to vote, comment, follow and share.

thank you!!

see you next chapter!















Fatia Laila, 16 November 2024

UNREACHABLE STAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang