Chapter 3 ⚠️🔞

503 39 1
                                    

"Ahjussi, kita mau nikah kapan?" tanya Peter, sebuah pertanyaan yang selalu dilontarkannya selama sebulan terakhir setiap kali dia bertemu Rhino. Laki-laki dewasa itu seperti biasa menghiraukannya dan merapikan jasnya sebelum berdiri dari meja makan dan mengecup pipinya sebelum pergi ke kantor dan Peter hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal.

"Cih... Nyebelin. Kenapa gak pernah mau jawab?" gerutu Peter kesal seraya memakan sarapannya. Lagi-lagi dia makan sendiri. Dia tidak mengerti kenapa kedua orang tua Rhino tidak pernah ada di rumah. Sekarang dia mulai berprasangka bahwa alasan kedua orang tua laki-laki itu tidak mengizinkannya untuk tinggal di kota, sendirian, adalah untuk menjaga rumah ini. Sungguh, rumah mewah ini tidak terasa seperti rumah.

"Mr. Park, gak bosen apa di rumah gede kayak gini? Dah mana orang-orangnya pada sibuk banget. Mr. Park mending ikut aku ke kampus yuk!" ucap Peter pada kepala asisten rumah tangga keluarga Rhino, laki-laki itu tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya.

"Mr. Park dilarang ngobrol ya? Cuma boleh senyum, ngangguk sama geleng kepala?" tanya Peter dan dia mendengar tawa pelan dari laki-laki paruh baya yang berdiri tak jauh darinya itu.

"Tidak, Tuan Peter. Tapi, tuan sedang makan jadi sebaiknya tuan tidak bicara dan selesaikan makan secepatnya karena tuan harus ke kampus segera," jawab Mr. Park dan Peter mengerucutkan bibirnya. Rasanya dia seperti anak kecil. Kenapa semua pegawai di rumah ini memperlakukannya sebagai anak kecil? Tidakkah mereka mendengar erangan dan desahannya saat bercinta dengan Rhino?

Tapi, kemudian Peter tersadar bahwa sudah sebulan lebih dia tidak berhubungan badan dengan Rhino, mereka hanya melakukannya satu kali. Apa laki-laki itu tidak puas dengan pelayanannya? Ataukah laki-laki itu sudah mendapatkan sex dari orang lain di luar sana?

Peter dengan segera meraih ponselnya di meja makan dan berdiri, berjalan dengan kaki menghentak menuju kamar, mengetikkan pesan untuk Rhino dengan begitu menggebu. Dan dia mengerang saat Rhino tidak langsung membalas pesannya. "Dah ah, ngampus dulu," ucapnya, melemparkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan keluar kamar, menuju lapangan yang berada di belakang rumah dan helicopternya sudah menunggu di sana, bersama dengan Mr. Park yang berdiri di sebelah helicopter itu, menyambutnya seperti biasa.

Peter masuk ke dalam helicopter, memakai headphone dan menyapa Mr. Lee, mereka pun terbang menuju kampusnya. Tapi, tidak seperti biasanya, suasana hatinya kini sedang kalut jadi dia tidak bisa menikmati pemandangan indah kota di pagi hari. Menyebalkan, suasana hatinya menjadi begitu buruk padahal ini masih pagi.

 Menyebalkan, suasana hatinya menjadi begitu buruk padahal ini masih pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Rhino masuk ke ruangannya setelah rapat yang cukup panjang pagi itu. Rasanya kepalanya hampir pecah mendengarkan laporan semua kepala divisi. Dia tidak habis pikir ayahnya menyerahkan semuanya padanya, apakah ini salah satu hukuman untuknya karena dia telah membangkang? Ah biarlah...

Dia pun mengambil ponselnya di laci, terdapat begitu banyak pesan dari Peter dan tanpa dia sadari senyuman tersungging di bibirnya saat membaca pesan itu. Dia bisa membayangkan ekspresi Peter saat mengatakan itu, juga suaranya seolah terdengar di telinganya.

God's Menu - MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang