Chapter 7 (END)

470 36 1
                                    

Peter duduk menatap langit gelap malam itu, menanti Rhino yang duduk di sebelahnya memulai pembicaraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peter duduk menatap langit gelap malam itu, menanti Rhino yang duduk di sebelahnya memulai pembicaraan. Sudah hampir setengah jam mereka hanya terdiam di balkon, menatap langit malam. Udara tidak terlalu menusuk kulit malam itu, justru cenderung segar dan Peter menikmatinya. Sebenarnya dia bisa menduga apa yang apa Rhino bahas, tapi dia tidak terlalu yakin. Baiklah, dia akan menunggu, karena sepertinya apa yang akan diceritakan calon suaminya itu adalah hal yang penting.

"Kakak kamu sekarang lagi nerima ganjaran atas perbuatannya selama ini," ucap Rhino akhirnya dan Peter anehnya tidak terkejut, dia memilih untuk diam. Dia sudah mendengar kabar itu. Teman-temennya banyak yang membicarakan tentang kasus yang dilakukan salah satu influencer instagram, yang tak lain dan tak bukan adalah kakaknya.

"Kalo suatu saat nanti kamu denger kabar dia meninggal, itu bukan aku yang bunuh. Tapi aku akan bikin dia untuk milih mati dari pada bertahan hidup di nerakanya dunia," ucap Rhino, Peter menelan ludahnya mendengar kalimat itu. Dia bahkan tidak berani untuk menatap Rhino.

"Peter, saat kamu menikah sama aku, kamu harus tau laki-laki macem apa yang kamu hadapi. Aku gak mau kamu bereskpektasi berlebihan ke aku. Aku punya prinsip bahwa aku akan balas dendam untuk semua perbuatan buruk yang orang-orang lakuin. Dan orang-orang jahat, berhati busuk itu bahkan gak sadar kalo mereka salah. Jadi, aku gak akan biarin mereka hidup dengan tenang. Dan Peter, banyak orang yang mati di tangan aku. Bukan karena aku bunuh mereka secara langsung, tapi aku siksa mental mereka sampe mereka milih untuk bunuh diri. Itu jugalah kenapa aku sampe detik ini masih bisa hidup bebas dan gak masuk penjara," ucap Rhino, menatap lurus ke depan.

Peter beringsut mendekat, tangannya bahkan melingkar di pinggang Rhino dan kepalanya dia sandarkan dengan nyaman di bahu laki-laki itu. Hal itu membuat Rhino mengangkat tangan kanannya hingga Peter bisa memeluknya dengan nyaman dan dia juga memeluk pinggangnya.

"Kamu pernah dibully?" sebuah pertanyaan yang akhirnya berani Peter utarakan karena luka di tubuh Rhino tidak jauh berbeda dengannya, tapi dia tau bahwa sepertinya laki-laki itu pernah hampir mati karena dia melihat luka jahitan di dada kirinya.

Rhino menghela napasnya, sedikit sesak dia rasakan di dadanya mendengar pertanyaan itu. Tapi, Peter memeluknya, mengecup tengkuknya, sepertinya laki-laki itu merasakan perubahan debar jantungnya. Tidak ada pertanyaan lagi dari Peter, hanya keheningan menemani mereka, hingga akhirnya Rhino menggenggam tangannya, merasakan detak jantung laki-laki itu, begitu tenang, hingga perlahan dia mulai mengatur napasnya mengikuti detak jantung Peter.

"Banyak orang yang berpikir kalo jadi anak konglomerat itu enak, masuk top school mahal, bergaul sama anak-anak konglomerat lainnya, punya pengetahuan di atas rata-rata, melek teknologi, dan jadi penerus bangsa yang brilian, punya masa depan cerah. Itu bener, Peter. Aku juga berekspektasi kayak gitu awalnya, sampe akhirnya aku difitnah hamilin anak orang dan aku dibully. Gak ada yang percaya sama aku karena sikap aku yang dingin dan gak suka bergaul. Aku lebih suka urus urusan aku sendiri," ucap Rhino, akhirnya memulai ceritanya, menggenggam tangan Peter ternyata membantunya. Tidak pernah dia ceritakan hal itu kepada siapa pun selain kepada psikiaternya.

God's Menu - MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang