Pemberitahuan

988 64 3
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡




"Kakak, ayah sudah memberitahu hal ini dari lama kan?"

Tiga anak yang sedang menikmati makan malam itu berhenti dan menatap si pemilik suara, satu lelaki dewasa lainnya ikut menyimak.

"Perihal apa ayah?" Tanya si sulung.

"Perjodohan kamu."

Hening.

Seketika ruang makan bagai tiada penghuni nya, sampai pada akhirnya sang kepala keluarga kembali bersuara.

"Kita sudah membahas nya dari lama kan, Bun?"

Lelaki disampingnya mengangguk. "Waktu kakak masih SMP itu loh, kakak bilang kan mau pikirin dulu."

Anak sulung dikeluarga itu terdiam, seolah tengah mencari ingatan yang terkubur waktu. Jelas sudah tertumpuk oleh hal lain, soalnya sekarang dia sudah menyandang status mahasiswa dan bukan lagi siswa SMP.

"Kakak lupa kayaknya." Hanya balasan itu yang terlontar.

"Tidak apa, tapi perjodohan tetap berlangsung." Ucap kepala keluarga itu. "Mungkin minggu depan, keluarga teman ayah akan berkunjung kesini."

"Loh, mas Yohan sama kak Harin udah ngasih kabar mas Aji?"

"Sudah, Ibun lupa pas ayah kasih tahu?"

"Iya kayaknya, haduh udah tua nih."

"Akhirnya, Ibun diberikan kesadaran." Celetuk salah satu anak bungsunya.

"Heh, kurang asem."

"Tambahin dong Bun kalo kurang !! Hahahaah."

"Jeann, jangan sampe Ibun timpuk timun ya !!"

Mendengar perseteruan itu, ayah dan kakak ikut tertawa, kecuali satu orang yang duduk di samping Ibun mereka.

Sibungsu yang sebenarnya, tengah menatap wajah kakak sulungnya. Pikiran dia merumit, bahkan perasaannya ikut terbelit.

"Juan, mau tambah lagi nak?"

Sosok yang sedari tadi diampun dipanggil, dia menatap raut cantik disampingnya kemudian menggeleng.

"Tumben jagoan ayah makan nya sedikit?" Si bungsu mengarahkan tatapan nya pada sosok lain.

Sosok yang tadi memberi kabar soal perjodohan kakaknya, lalu dia tersenyum hambar.

"Sedang banyak tugas ayah, jadi nafsu makan nya yang berkurang." Balas Juan.

Sang kembaran ikut menyetujui. "Sumpah, kenapa jadi maba setersiksa ini sih?" Keluhannya.

"Kalian anak ayah, pasti bisa ngelewatin itu semua." Tapi Jean mendengus.

"Tambahin uang jajan dong yah !! Biar Jean sama Juan makin semangat, iya gak bro?"

"Itumah lo, gak usah bawa-bawa gue !!"

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang