Terungkap

246 37 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











Sesuai dugaan, kepulangan Juan sudah dinanti oleh kedua orangtuanya. Untung sebelum pulang, dia lebih dulu menguruh Davin untuk duluan kerumah.

Juan hanya tak ingin Davin ikut dimarahi, karena dia tahu kakaknya adalah sosok penurut, jadi kecil kemungkinan kalo Davin terkena dampak masalah ini.

"Juan pul..."

PLAK

Tamparan kencang itu mendarat tepat di pipi kiri Juan, tanpa ada niatan melawan, Juan hanya menatap ayahnya.

"Apa-apaan kamu? Sudah merasa jagoan?"

"Maaf ayah."

"Maaf? Setelah membuat anak orang lain masuk UGD, kamu baru minta maaf?" Juan nunduk. "Kamu juga bawa kakak kamu bolos, dari mana kalian?"

Juan diam. "Apa sekarang mulut mu tidak berpungsi, Juan Mahesa?"

Anak yang sedang dihakimi itu hanya menunduk, maniknya tak sanggup menatap raut kecewa sosok Ibun kesayangannya.

"Jelaskan !!"

"Maaf ayah, Juan bertindak diluar batas saat melihat dia berciuman dengan lelaki lain."

"Kalo cuma itu, kenapa sampe kamu main hakim sendiri?"

"Maaf ayah."

"Jawab !! Jangan menjadi pengecut yang bersembunyi dibalik kata maaf."

Seketika wajah datar Juan terpampang, bekas tamparan tercetak jelas dikulit bersihnya.

"Juan tidak suka orang yang dengan gampangnya merusak kepercayaan orangtua." Zidan berdecih kencang.

"Kau tidak berkaca?" Juan natap ayahnya heran. "Bukannya kamu melakukan hal itu karena cemburu?"

Juan terkejut, tapi rautnya masih datar seolah hal itu bukan berita besar.

"Jawab !! Kamu menyukai kakak mu sendiri?"

"Iya ayah."

BUGH


Tinjuan menghujam tubuh Juan secara berurutan, rasanya sakit tapi lebih sakit saat dia mendengar suara bergetar sosok yang sedari tadi diam.

"Adek..." Juan natap wajah Ibun yang sudah basah. "Tolong... Tolong bilang kalo itu gak bener kan nak?" Tanya Ibun ditengah tangisnya.

"Maaf, bun." Lirih Juan ditengah ringisannya.

Layaknya diserang dari berbagai arah, Jazlin merasa tak kuat menahan tubuhnya. Dia menangis karena merasa gagal dalam mendidik sang buah hati, bagi lelaki itu hal ini terjadi karena kesalahannya.

"Ibun..." Tubuh Juan kembali menjauh, dia sangat ingin mendekap tubuh ibunya jika saja sang ayah tidak melarang.

"Ayah, tapi Ibun...."

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang