Bab 04 Move on

1.3K 385 19
                                    

Cinta.

Arti cinta yang sebenarnya itu merelakan dan mengikhlaskan orang yang kita cintai menjadi milik orang lain. Itulah yang terjadi kepadaku.

Baru saja kemarin ditinggal sosok Ayah yang menjadi tumpuanku. Kini aku mendengar berita kalau Abimana akan segera menikah. Sungguh, itu membuat aku tidak bisa melakukan apapun.

Aku sudah kembali ke rumah yang kami tempati bersama. Abimanyu juga disibukkan oleh pekerjaannya. Sama sepertiku. Tapi sore ini, rasanya tidak bersemangat lagi saat sebuah undangan masuk ke dalam grup keluarga.
Di sana tertera jelas nama Abimana dan Melati. Kekasih Abimana.

Jadi memang benar selama ini, Abimana sudah mempunyai seorang kekasih dan hanya menganggapku adik saja. Aku yang terlalu percaya diri. 

Dering ponsel terdengar saat aku menyesap kopi yang baru saja aku pesan. Harusnya aku sudah sampai di rumah, tapi senja ini aku memilih untuk menepi di sebuah cafe yang dekat dengan kantor tempat kerjaku.

Nama Abimanyu terlihat di layar ponsel. Dengan malas aku mengangkat ponsel. Abimanyu pasti akan menyampaikan berita yang sama juga. Sebenarnya, selama satu minggu ini, kami minim bicara karena kesibukan kami berdua. Canggung memang.

"Halo..."

"Kamu di mana?"

"Ehmmm aku pulang telat."

"Jangan main-main, Ca. Ini udah mau malam. Apalagi nanti kena macet juga. Pulang."

Aku memberengut mendengar nada perintahnya. Tidak suka.

"Pulang buat apa? Kamu ajak ke rumah  buat bahas pernikahan Kak Abimana kan?"

Ah kenapa aku mengatakan hal itu? Pasti Abimanyu akan mengejekku. Dia tahu cintaku kepada Kakaknya itu.

"Pulang, Ca. Atau aku jemput. Kamu di mana?"

"Enggak usah. Iya aku pulang."

Aku tidak mau dijemput oleh Anyu. Dia pasti akan memarahiku dan mengejekku lagi. Suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja.

******

Benar saja, sampai di rumah ternyata Abimanyu belum sampai di rumah. Dan perkiraanku dia pasti sedang ada di rumah keluarganya. Aku memutuskan untuk mandi dan segera naik ke atas kasur. Lebih baik kugunakan untuk beristirahat daripada terus menerus bersedih. Saat aku baru saja akan membaringkan tubuh ke atas kasur, suara mobil terdengar. Itu pasti Abimanyu. Aku ingin berbicara dengannya.

Beranjak turun, aku keluar dari kamar dan menuju ruang depan, tepat saat Abimanyu masuk ke dalam rumah.

"Udah pulang?"

Aku menganggukkan kepala dan melihatnya kesusahan membawa bungkusan di tangannya.

"Dari mama, ini makanan dari pengajian."

Kukernyitkan kening.

"Pengajian?"

Abimanyu menganggukkan kepala dan meletakkan tas kerjanya di atas meja. Lalu duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu. Dia tampak begitu lelah.

"Buat nikahannya Bang Abi..."

Jawabannya langsung membuatku paha. Aku ikut duduk di sebelahnya dan mulai membuka bungkusan yang dibawa Abimanyu. Ada berbagai macam kue di sana. Sebenarnya semua ini kue kesukaanku, tapi entah kenapa aku tidak nafsu makan lagi.

"Besok jangan nangis pas mereka nikah. Malu-maluin."

Ejekannya tentu saja membuatku keki. Aku melirik Abimanyu yang kini tengah menggulung lengan kemejanya.

"Aku nggak mau datang."

Jawabanku tentu saja membuat Abimanyu kini menatapku. Ada senyum mengejek lagi dari bibirnya. Dia ini memang sejak kecil selalu seperti itu kepadaku.

"Ca, kamu itu udah gede. Jangan kekanak-kanakan. Masa nikahan kakak ipar kamu nggak mau hadir?"

Aku sebal dibilang anak kecil dan cengeng terus. Abimanyu memang kalau ngomong kadang membuatku sakit hati.

"Terserah. Suruh siapa dia nikah."

Ah another sikap kekanakanku lagi.

"Aku juga nggak nyangka, kalau Kak Melati udah hamil makanya mereka harus nikah segera."

"Ha....hamil?"

Aku hampir memekik mengulang ucapan Abimanyu. Maksudnya siapa yang hamil?

Abimanyu kini mendekat dan menjentik keningku yang membuatku menjauh.

"Ih sakit. Apaan sih?"

Abimanyu kini menggelengkan kepala.

"Ca,Ca...lo itu terlalu polos dan lugu. Cintamu sama Bang Abi itu hanyalah kekaguman. Dan sekarang pun dia nggak mungkin kamu bilang bersalah, padahal kelakuannya buat Mama sama Papa bingung."

Abimanyu berdecak sebal dan membuatku terdiam. Ini yang diomongin Abimana kan?

"Calon istrinya Kak Abi hamil?"

Abimanyu tidak menjawab. Dia melepas  sepatu yang sejak tadi masih dipakainya. Lalu beranjak berdiri dan melangkah masuk ke dalam.

"Makanya jangan bucin, Ca. Move on lah."

Aku masih bisa mendengar ucapan Abimanyu saat dia masuk ke dalam kamarnya. Ah aku memang bodoh. Mencintai orang yang ternyata tidak sebaik yang aku kira.

Bersambung

Hai hai ramein yuk..

Mau baca cerita ceptybrown lainnyq tentang perjodohan aku bisa spill ya

Ada

RAHASIA JODOH

INSHAALLAH JODOH

SARANGHAE IMAMKU

THE BITTER SWEET ICE

SURPRISE WEDDING

BISA DIDAPAT PDFNYA YANG MASIH PROMO 50 K YA CUZZ KE WA 081255212887

Jodoh TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang