Bab 08 Kisah Klasik

923 323 20
                                    

Aku menghela nafas lega karena ibu sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela nafas lega karena ibu sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Artinya drama kemesraan kami, sudah selesai. Aku dan Abimanyu sejak tadi terus bersikap lembut di depan ibu. Bahkan makan malam pun Abimanyu sengaja menyuapiku beberapa nasi. Padahal aslinya juga kita makan nggak pernah barengan. Siapa yang lapar dia yang makan.

"Huft."

Aku mengipas-kipas wajahku dengan tangan karena merasa gerah. Kamar Abimanyu ini memang kecil. Ditambah dengan ada aku dan beberapa barangku yang aku pindahkan dari kamar.

"Kenapa?"

Abimanyu menatapku bingung saat masuk ke dalam kamar. Dia baru saja mengunci gerbang depan.

"Panas. AC kok nggak bisa dinyalain?"
Aku menunjuk Ac yang ada di kamar ini. Abimanyu melirik Ac itu tapi kemudian menggelengkan kepala.

"Rusak."
Dia menjawab sambil melangkah ke arah lemari pakaian. Begitu membukanya dia nampak terkejut.

"Buset, muat nih Neng?"
Dia menyindir baju-bajuku yang aku sumpelin asal di lemari bajunya. Habisnya memang tidak ada tempat lagi. Masa ya baju tetap di koper. Nanti ibu pasti curiga.

"Gimana lagi, nggak muat ya udah."
Jawabanku membuat Abimanyu berdecak. Dia mengeluarkan semua baju-bajuku yang membuat aku protes.

"Ih kenapa dikeluarin lagi?"
Aku beranjak dari dudukku dan kini mendekati Abimanyu.

"Mau aku rapiin."
Dia menjawab tanpa menatapku dan sibuk melipat-lipat baju yang diturunkannya ke lantai. Aku ikut duduk berselonjor.

"Udah ih tadi. Kamu nggak lihat tadi udah aku rapiin."

Abimanyu hanya melirikku sekilas, tetap meneruskan pekerjaannya.

"Udah sana kalau capek tidur."

Dia malah mengatakan hal itu yang membuat aku beneran menguap.

"Ntar aku jadi istri durhaka kalau tidur duluan."

Seketika itu juga Abimanyu langsung menghentikan pekerjaannya dan menatapku.

"Kamu udah durhaka tahu."
Dia menyentil dahiku dengan jarinya yang membuat aku mengaduh.

"Dih, aku berbakti kali. Beresin semuanya sendirian tadi sementara Mas suami kerja."
Tentu saja ucapanku membuat Abimanyu terkekeh. Dia kembali melipat baju-bajuku.

"Capek ya? Kasian."

Dia mengejekku lagi dan membuatku memberengut.

"Iih beneran capek tahu. Mana pegal semua ini badan. Pijitin."

Padahal aku cuma bercanda, tapi tahunya Abimanyu beneran beralih mendekat ke arahku. Dia mengulurkan tangan untuk memijat kakiku yang membuat aku refleks menariknya.

"Eh, mau ngapain?"

Tentu saja aku panik. Kami belum pernah skinship sampai seperti ini. Abimanyu malah mengulas senyumnya lagi.

"Katanya mau dipijitin. Sini, dengan senang hati."

Aku menatapnya dengan canggung. Ini beneran Abimanyu? Kenapa dia jadi baik gini sih?

"Enggak deh. Aku mau tidur aja."

Salah satu cara menghindar darinya yaitu menjauh. Aku beranjak naik ke atas kasur dan langsung memunggunginya. Abimanyu hanya tergelak tapi tidak menanggapi ucapanku.

Saat kantuk tiba-tiba benar terasa, aku merasakan Abimanyu menyelimutiku dan mengatakan sesuatu tapi aku sudah tidak mendengarnya.

*****

"Iya, Ma. Nggak apa-apa. Kasihan masih ngantuk."

Aku bisa mendengar beberapa kalimat itu saat aku mulai terbangun. Hari ternyata sudah pagi. Aku yang sedang tidak salat subuh karena sedang berada di periodeku tentu saja merasakan bangun jam segini tuh anugerah. Apalagi ini hari minggu dan libur kerja.

Saat aku benar-benar sadar, tempat tidur di sisiku sudah rapi. Eh tapi Abimanyu beneran udah bangun? Dia semalam tidur di sini kan?

Aku melangkah turun dari kasur dan membuka lemari pakaian. Terkejut karena semua bajuku masuk ke dalam dan dilipat dengan begitu rapi. Ini beneran kerjaan si Anyu?

Dengan cepat aku mengambil baju dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar ini. Baru selesai mandi, aku keluar dari kamar dan menemukan meja makan sudah penuh dengan hidangan enak.

"Baru bangun? Kamu itu tetap aja malas ya."

Ucapan ibu yang menyambutku membuat aku tersenyum.

"Enggak, Bu. Ini aku lagi nggak salat jadi bangun jam segini. Biasanya juga subuh."

Aku menuangkan air putih dari dispenser ke gelas.

"Abimanyu rajin ya? Salat subuh di masjid, sekarang udah bersihin halaman depan juga."

Ucapan ibu membuat aku kini mengernyit. Memang biasanya juga seperti itu, tapi karena ibu yang memuji Abimanyu aku jadi ikutan bangga.

"Iya. Rajin banget."

"Sana, diajakin sarapan. Tadi ibu nyuruh makan dulu katanya nungguin kamu."

Ibu mengatakan itu saat aku meletakkan gelas di atas meja makan. Tentu saja kuanggukan kepala. Ini pasti Abimanyu sedang syuting drama romantis lagi. Dia berpura-pura di depan ibu.

Aku melangkah keluar dari rumah dan mencari keberadaan Abimanyu. Ternyata dia sedang mencuci tangan di kran air yang ada di samping rumah.

"Disuruh sarapan sama ibu."

Ucapanku membuat Abimanyu mendongak dan menegakkan diri. Dia sudah mandi sepertinya karena wajahnya terlihat segar.

"Udah bangun?"

Aku menganggukkan kepala. Abimanyu kini mendekat dan menepuk kepalaku.

"Ya udah yuk."

Eh dia kenapa?

"Nggak usah syuting drama lagi. Aku jadi geli."

Aku mensejajari langkahnya yang membuat Abimanyu kini menoleh ke arahku. Dia menghentika. Langkahnya.

"Syuting drama?"

"Iya. Ini maksudnya kamu romantis sama aku. Geli tahu."

Aku mengatakan itu sambil melangkah mendahuluinya. Tapi tiba-tiba tanganku ditarik dari belakang dan membuat aku menoleh.

"Kalau aku inginnya begini nggak boleh?"

Heh? Dia ngggak ngelindur kan?

Bersambung

Yuk ramein dulu biar updatenya lancar.

Jodoh TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang