BAB 06 BERUBAH

1K 380 47
                                    


Sebenarnya, semua yang terjadi dalam hidupku memang sudah ditakdirkan. Tadinya, aku benci dengan keputusan orang tuaku yang menjodohkanku dengan Abimanyu. Musuh dari jaman aku masih kecil sampai sekarang. Tapi ternyata memang inilah caranya Tuhan untuk membuka mataku.

Kalau tidak ada pernikahan ini, aku masih wanita bodoh yang mencintai seorang Abimana. Bahkan aku tidak tahu kalau Abimana ternyata juga cuma manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.

Sejak mengetahui kalau dia menghamili kekasihnya itulah, pandanganku kepada Abimana mulai berubah. Aku yang memang kagum dengannya sejak dulu, kini mulai merasa risih kalau mengingat dia sudah melakukan hal yang melanggar itu. Karena sepolos itu aku mencintainya. Sejak aku beranjak remaja, dan sampai saat ini. Hatiku hanya ada dirinya. Jadi ketika menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan, maka rasa kecewanya sangat besar.

Lalu, aku melihat Abimanyu dalam persepsi yang berbeda. Aku baru tahu kalau Abimanyu itu selalu bangun sebelum subuh dan salat subuh di masjid dekat rumah. Aku tidak pernah tahu kalau dia sudah membersihkan seluruh rumah saat aku bangun. Aku juga tidak tahu Abimanyu ternyata sosok yang rapi dan sangat menyukai kebersihan.

Semua itu terbuka ketika aku mulai membuka hati untuk menerima pernikahan ini. Toh, Abimanyu tidak pernah kasar kepadaku. Hanya ucapannya saja yang masih sering mengejekku, dan aku maklum.

"Ca...astaga kamu ngapain di situ?"

Abimanyu hampir menjatuhkan gelas yang baru dibawanya. Aku memang duduk diam di dalam kamarnya. Catat ya, di dalam kamar Abimanyu. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.

"Ehmm, mau ngomong. Boleh?"

Abimanyu tampak bingung dan menggaruk rambutnya. Tapi kemudian dia menganggukkan kepala. Melangkah mendekatiku yang masih duduk di tepi kasur dengan seprai warna biru.

Abimanyu sepertinya baru saja dari dapur dengan membawa satu gelas kopi di tangannya. Malam ini, setelah aku pulang kerja, aku memang memutuskan untuk berbicara dengannya.

"Kenapa?"

Abimanyu menyesap kopinya dan kini duduk di sebelahku. Ah kenapa aku jadi canggung begini ya?

"Besok, Ibu mau nginep sini. Aku yang minta."

Aku menatap Abimanyu dan ingin melihat reaksinya. Tapi dia hanya menganggukkan kepala.

"Kamu setuju?"

Abimanyu kini meletakkan gelas kopinya ke atas nakas. Lalu kini berbalik untuk menatapku. Alis tebalnya bertaut dan membuat wajahnya malah terlihat manis.

"Ngapain aku nggak setuju?"

Dari kemarin dia sudah mengubah panggilannya yang biasanya 'gue-lo' jadi 'aku-kamu' dan itu malah membuatku sedikit kaku. Karena tidak terbiasa mendengarnya.

"Ya kali, ini kan rumah kamu, terus selama ini kita juga tidur terpisah. Kalau ibu ada di sini, nggak mungkin juga kita tidur berbeda kamar."

Kali ini ada pemahaman di wajah Abimanyu. Dia menopang dagunya dengan tangan tampak berpikir.

"Iya juga. "Dia melirikku "Tapi aku sih nggak apa-apa kita sekamar, kamunya tuh kali yang nggak mau sama aku?"

Abimanyu mengatakan itu dengan sangat santai, yang membuat aku memang langsung menganggukkan kepala.

"Memang. Aku takut kalau tidur sama kamu ntar ditendang."

Abimanyu langsung melotot "Enak aja. Aku nggak kasar ya, apalagi sama perempuan."

Wajahnya yang sangat serius itu membuatku tertawa. Dia lucu.

"Iya, iya, percaya. Bercanda kali. Maksudku tuh gini, " Aku menatap lekat Abimanyu "Kita beneran udah siap sekamar? Ibu di sini mungkin akan lama. Aku nggak tega Ibu ada di rumah sendiri. Kasihan."

Abimanyu menghela nafasnya, tapi kemudian menepuk kepalaku dengan lembut.

"Aku siap. Kalau Mama mau di sini terus juga nggak apa-apa. Aku malah tenang ada yang jagain kamu."

Aku kenapa jadi malu mendengar ucapannya? Ada apa denganku?


BERSAMBUNG

RAMEIN DONG BUTUH SEMANGAT NIH BIAR BISA NERUSIN CERITA

Jodoh TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang