A

7.4K 452 21
                                    

"Adek bangun!"

Suara teriakan yang sangat lantang di pagi hari membuat pemuda manis yang sedang bergelung didalam selimut bewarna beige itu menggeliat dan semakin mengeratkan gelungannya didalam selimut. Pemuda manis itu sama sekali tidak berniat beranjak dari kasurnya meskipun teriakan Mae-nya, Ten kembali terdengar dari lantai bawah.

Jangan terlalu terkejut jika suara lelaki cantik itu sangatlah menggelegar di kediaman Seo. Suara menggelegar itu sangatlah berguna untuk membangunkan seluruh penghuni rumah tanpa harus memasuki kamar satu persatu.

Tapi pada kenyataannya, teriakan Ten tidak berpengaruh untuk anak bungsunya, Haechan. Pemuda manis itu masih saja membungkus tubuhnya dengan selimut meskipun teriakan Ten sudah membangunkan suami serta kedua anaknya yang lain.

Karena kesal tidak melihat tanda jika putra bungsunya sudah bangun, Ten memutuskan untuk menghampiri Haechan di lantai atas. Ia mematikan kompor terlebih dahulu, meninggalkan masakan yang hampir matang demi membangunkan putra bungsunya itu.

Derap langkah penuh amarah Ten menuju kamar Haechan terdengar oleh suaminya, Johnny. Johnny yang baru saja mengenakan baju kerjanya, langsung keluar kamar dan mengecek keadaan istrinya itu.

"Ada apa sayang?"

Ten tidak menggubris pertanyaan suaminya. Ia terus berjalan menuju kamar paling ujung di lantai atas tersebut. Johnny yang merasa terabaikan, hanya bisa diam dan memilih untuk berjalan mengikuti Ten.

Klek!

Pintu kamar Haechan terbuka dengan mudahnya karena pemuda manis itu tidak pernah mengunci kamarnya, terkecuali sedang menonton video biru. Ten mendengus sembari berkacak pinggang saat melihat putra bungsunya masih tertidur nyenyak. Kemudian, Ten mendekat ke arah kasur Haechan dan berdiri di samping ranjang berukuran 120x200 tersebut.

"Echan! Astaga dek. Mae dari tadi teriak nggak denger hm?"

Ten menepuk pipi Haechan cukup keras barang hanya sekali. Johnny yang melihat hal tersebut meringis, ikut merasakan rasa sakit tepukan tersebut. Ia juga pernah terkena tepukan keras tersebut, ah bukan lebih tepatnya sebuah tamparan keras karena Johnny terciduk sedang membeli dildo untuk Ten.

"Adek bangun! Ya tuhan! Susah banget di banguninnya anak satu ini!"

Srek!

Mau tak mau, Ten menarik selimut Haechan secara paksa dan hal tersebut berhasil membuat Haechan membuka sedikit matanya dan mulai menggeliat. Ia mengusap matanya guna memperjelas pandangannya yang buram karena bangun tidur.

"Hungg kenapa selimut adek di tarikkk?"

"Udah pagi! Bangun adek!"

"Nda mau Mae... Adek masih ngantuk, semalem adek begadang."

"Iya begadang nonton film kan kamu! Mentang mentang libur semester, begadang terus kerjaannya! Ayo bangun! Mae ga suka kamu males-malesan gini!"

"2 menit lagi deh ungg adek ngantukk."

Ini adalah hal yang selalu Ten dan Johnny alami setiap pagi. Entah itu hari libur atau hari sekolah, Haechan sangat susah untuk di bangunkan. Dan hal tersebut berhasil membuat Ten naik darah di pagi hari. Melihat Haechan yang kembali menarik selimut tebalnya, Ten menatap penuh amarah kepada Haechan. Hingga akhirnya sebuah kecupan ringan di pipinya membuat Ten mengalihkan fokus dari putra bungsunya

"Udah sabar, jangan marah marah. Kamunya capek kalau gini terus. Biarin kakaknya aja yang bangunin. Ini udah masuk waktu kerja, akunya belum sarapan."

Ten menghela nafas berat sebelum menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan ucapan suaminya. Ia yang melihat tampilan Johnny yang belum sempurna langsung mengajak sang suami untuk keluar dari kamar putranya.

Bungsu Sulung (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang