"Adek... kenapa diem aja dari tadi?"
Haechan tidak menggubris ucapan Hendery. Ia memalingkan wajahnya dan terus menatap ke arah luar jendela. Ketiganya sedang berada di perjalanan pulang menuju mansion setelah menghantarkan Wooyoung pulang.
Biasanya, Haechan akan mengoceh, bernyanyi atau menanyakan hal random kepada kakaknya. Tetapi kali ini, lelaki manis itu bungkam dan tidak mau berbicara setelah keluar dari cafe. Hendery yang biasanya menjadi bahan ejekan pun merasakan jika adik bungsunya itu tengah dalam suasana hati yang tidak baik.
Sedangkan San, ia hanya bisa menghela nafas pasrah. Sebenarnya, dirinya dan sang kekasih memberi tahu Hendery dan Haechan tentang perencanaan pernikahan keduanya jauh jauh hari agar, kedua adiknya itu tidak terkejut. Namun, San justru mendapatkan wajah masam adik bungsunya. Itu wajar dalam hubungan kakak beradik. Tetapi bagaimanpun keadaannya nanti, siap tidak siap; Haechan dan Hendery harus ikhlas melepaskan San membangun kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.
***
"Halo sayang?"
"Halo babe, aku baru sampe rumah."
"Baguslah kalau gitu. Gimana si adek? Masih ngga mau ngomong sama kamunya?"
San menghela nafas panjang sebagai jawaban untuk kekasihnya. Sulung Seo itu sudah duduk di atas kursi kerjanya sembari berbicara dengan Wooyoung melalui ponsel. Mendengar helaan nafas tersebut, Wooyoung langsung memberikan kalimat penenang untuk dominannya dan meminta lelaki tampan itu untuk tidak terlalu khawatir. Mungkin Haechan akan menerima keputusan ini cepat atau lambat.
San melanjutkan pembicaraannya dengan Wooyoung sembari menyelesaikan tugas kantor yang sempat terbengkalai karena menghantar kedua adiknya itu. Ia bekerja dengan ditemani Wooyoung yang sesekali melontarkan lelucon agar calon suaminya itu tidak terlalu tegang saat mengerjakan pekerjaannya. Cukup lama keduanya melakukan sambungan telepon, hingga akhirnya Wooyoung meminta izin untuk mematikan panggilan karena harus melanjutkan design baju clientnya.
Wooyoung memang tidak kuliah, namun ia bekerja sebagai perancang busana di butik Ten. Ten sendiri yang mengajarkan tentang perancangan busana kepada Wooyoung. Bukan hal sulit karena Wooyoung termasuk lelaki yang cepat tanggap dan bisa dalam melakukan hal apapun. Bahkan ada perancang busana yang menginginkan collab bersama Wooyoung namun lelaki manis tersebut menolak karena dirinya merasa belum cukup mumpuni untuk melakukan kerja sama. Sangat disayangkan.
"Arhhh selesai juga akhirnya."
San meregangkan tubuhnya ketika dirinya selesai menuntaskan semua pekerjaan yang Johnny berikan untuknya. Ia sekaligus menyelesaikan beberapa tugas kuliah yang memang perlu ia kerjakan untuk pengumpulan tempo dekat. Manik legam lelaki tampan itu melirik jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 3 sore. Sudah berapa jam dirinya duduk, waktu berjalan begitu cepat.
"Huft."
Lagi lagi, helaan nafas terdengar dari mulut San. Lelaki tampan itu menatap keluar jendela yang menampakkan langit senja dengan indahnya; membuat siapapun akan merasakan ketenangan saat melihatnya. Tidak terlalu lama menatap langit senja tersebut, San mengalihkan pandangannya pada satu bingkai kecil dimana ada dua orang beranjak remaja tengah memangku seorang bocah kecil yang tengah tersenyum gembira.
Senyuman kecil terpatri di wajah San. Tangannya terulur untuk meraih bingkai foto tersebut dan menatapnya lebih dekat. Ibu jarinya mengusap perlahan bingkai tersebut untuk menghilangkan sedikit debu yang yang menempel pada sisi sisinya. Tanpa ia sadari, air matanya jatuh begitu saja tepat diatas kaca bingkai foto tersebut.
"Kakak sayang kalian, gimana cara kakak pantau kalian kalau sudah nikah nanti? Kalau kakak sudah nikah nanti, kakak pasti bakalan kangen kalian yang sering berantem..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu Sulung (Johnten)
FantasiaKisah kehidupan Haechan Seo, sebagai putra bungsu dari pasangan Johnny Seo dan Ten Seo. Daily life seorang Haechan Seo membuat orang tua serta kakak keduanya darah tinggi akan kelakukannya. Tapi, bukan berarti Haechan tidak mempunyai seseorang yang...