C

3.7K 300 30
                                        

Absen dulu bang 👉🏻👌🏻💦

***

Haechan sudah duduk di sofa dengan kepala menunduk dan tangan menyatu tanda ia sedang gugup bercampur dengan ketakutan. Bagaimana tidak? Ia sedang di tatap oleh manusia yang paling seram di dunia (menurutnya) siapa lagi selain San Seo yang sedang duduk tenang di sofa seberang Haechan bersama Hendery yang berada di samping San.

Hendery sedari tadi menahan tawanya melihat wajah adiknya yang ketakutan seperti itu. Haechan yang merasa dirinya diejek oleh Hendery hanya bisa menahan kekesalannya dengan sesekali meremat jemarinya. San menonton televisi dengan sikap tenang namun tidak dengan aura yang ia keluarkan. Bahkan Haechan tidak berani hanya sekedar untuk menyamankan duduknya karena terlalu takut dengan San saat ini.

"Kak-Loh si adek kenapa?"

Namun di tengah ketegangan suasana (menurut Haechan), Johnny muncul dengan setelan pakaian yang tampaknya lelaki berumur itu akan pergi menjemput Ten yang masih berada di luar bersama Taeyong. Ketiga putra Seo itu mengalihkan atensinya kepada sang Daddy, sang empunya yang ditatap pun menampilkan raut penuh tanya kepada putranya. Johnny akhirnya duduk dan bergabung bersama Haechan yang sedang duduk sendiri.

"Kenapa dek?"

Haechan hanya diam sembari menggeleng pelan, kepalanya kembali menunduk. Johnny semakin bingung dengan Haechan yang tiba tiba diam seperti itu, matanya melirik ke arah paperbag chocobi Haechan kemudian menggulirkan matanya menatap San yang sedang diam menonton televisi. Hendery yang menyadari kebingungan Johnny langsung memberi kode Daddynya itu melalui pembicaraan tanpa suara. Johnny menyimak gerak bibir Hendery dan pada akhirnya ia paham dengan situasi sekarang.

Johnny mengangkat tangannya untuk mengusap surai dark brown milik Haechan kemudian mengecup rambut putra bungsunya itu. Johnny paham betul jika Haechan sangat takut dengan kakak sulungnya. Seakan-akan ucapan putra sulungnya itu adalah perintah mutlak untuk Haechan. Johnny tersenyum hangat memandangi Haechan yang setia dengan kepala menunduknya.

"Adek ada buat kesalahan ya?"

"Uhm."

Haechan mengangguk pelan membuat Johnny mempertahankan senyuman hangatnya. San mengalihkan pandangannya dari televisi ke Haechan. Ia menatap secara seksama bagaimana Daddynya berbicara dengan adik bungsunya itu.

"Coba ceritain adek ada buat kesalahan apa."

Sebelum menjawab Johnny, Haechan memberanikan diri untuk mendongak dan menatap kakak sulungnya, San. San tetap dalam kondisi tenang dan memasang telinga untuk mendengar cerita sang adik. Haechan yang dibalas tatapannya pun semakin gugup tetapi dirinya berusaha untuk sebaik mungkin mengatur dirinya agar saat berbicara suaranya tidak bergetar.

"Jadi, tadi adek main sama Kak Mark sama Nana, Renjun, Jeno sama Guan. Terus itu Nana udah ngingetin adek buat pulang jangan terlalu sore tapi adek ngga turutin. Terus adek di telpon sama Kak Dery tapi ternyata Kak Sannie yang ngomong. Adek langsung pulang sama Kak Mark tapi pulangnya mampir beli chocobi dulu."

Johnny beralih menatap San dan berusaha membujuk putra sulungnya itu untuk memberi Haechan nasehat. Namun San sepertinya tidak melihat Johnny yang sedang memberinya kode tersebut. Mata San masih terpaku pada adik bungsunya itu. Lelaki tampan itu menyamankan duduknya lalu mulai berbicara.

"Adek udah diingetin sama Nana kenapa ngga nurut hm?"

Haechan kembali menunduk dan tidak berani menjawab sang kakak. San yang merasa terabaikan pun kembali mengintrupsi agar adiknya itu mendongak menatap dirinya.

"Kakak lagi ngomong sama adek. Bisa tatap Kak San dulu?"

Haechan perlahan mendongak dan mencoba untuk melawan ketakutannya untuk menatap sang kakak. Pupil Haechan bergetar saat matanya sudah bertemu dengan manik mata sang kakak. Mata hitam legam tersebut bahkan tidak memancarkan sulutan amarah, tetapi mengapa bayi beruang itu sangat takut? Melihat adiknya yang menatapnya dengan sirat ketakutan, San berusaha untuk memberi tahu si bungsu jika ia tidak marah.

Bungsu Sulung (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang