DA 1.1

334 38 5
                                    

Sebuah pintu berwarna putih menjadi pusat perhatian Nana. Dengan cepat Nana menyelesaikan sarapannya.

Sebuah nampan berisikan jus, susu, soup, sepiring nasi telur dan juga daging panggang siap Nana bawakan untuk sang Ayah.

"Habiskan sarapan mu, Buna mau kasih ini untuk Gepa" perintah Nana pada anaknya.

Semalam Yuta pulang dalam keadaan mabuk, Jeno yang membawanya ke kamar. Yuta tidak hentinya mengumpat keluarga Jung, terutama Jeno.

Knock knock~

"Ayah? Ayah sudah bangun?" Panggil Nana.

"Masuk Na," Yuta menahan pusing akibat terlalu banyak alkohol yang masuk dalam tubuhnya. Padahal ia berjanji tidak akan minum terlalu sebanyak alkohol, namun emosinya semakin tidak terkendali saat itu.

"Sarapan untuk ayah, sama obat pusing" meletakan nampan tersebut pada meja dekat tempat tidur agar Yuta mudah menjangkaunya.

Tidak langsung kembali, Nana memilih duduk di dekat ayahnya.

"Na, ayah mabuk ya semalam?" Memijit keningnya yang terasa berat.

Nana hanya memberikan senyum, "Ah, ayah ingat semuanya sekarang" Yuta berkata frustasi.

"Untung saja Jie tidur lebih cepat semalam."

"Jie tidak melihat ayah kan?" Bisa-bisanya Yuta lupa ada Jisung. Jika anak itu melihatnya seperti semalam, Yuta tidak akan memaafkan dirinya.

"Tidak, ayah tenang saja..." Yuta tersenyum lega.

"Ah satu lagi, jangan bilang Bunda."

Nana tersenyum, "Bunda masih tidak suka ayah minum?"

"Begitulah Bunda mu," meminum obat yang Nana berikan untuk meredakan pusing di kepalanya.

Nana bangkit dari kursi yang ia duduki saat Yuta mulai memakan sarapannya,

"Na, ayah minta maaf sudah membatalkan janji makan malam kita," tangan Nana berhenti di handle pintu.

Ia memilih berbalik melihat Yuta yang sedang menatapnya, "Bukan salah ayah,"

Yuta menggeleng tanda tidak setuju, menurutnya ini kesalahannya dan ia harus minta maaf pada Nana.

"Tetapi ayah harus tetap minta maaf sama kamu atas semuanya," ucap Yuta.

Nana menarik napasnya, "Sudahlah yah, lupakan."

Mengetahui sang ayah sangat khawatir padanya, setiap hari merasa bersalah atas masa lalu anaknya. Yuta tidak berhenti meminta maaf pada Nana.

"Ayah jangan terlalu banyak pikiran, Nana dan Jie baik-baik aja disini. Ayah tidak perlu khawatir."

Yuta masih menatap anaknya dengan tatapan sendu. 'Ah, Nana benci tatapan itu!'

Nana menghampiri Yuta untuk memberikan sebuah pelukan, "Nana harus tau bahwa kamu tidak sendiri, ada ayah yang akan selalu sayang sama kamu" ujar Yuta.

Mereka berpelukan untuk menumpahkan segala jenis emosi. Yuta berjanji akan menjaga Nana sampai kapanpun, karena hanya dirinya yang mengerti Nana.

"Ayah bau, Nana pengen muntah. Hoeek!!" Bukannya melepaskan, Yuta mempererat pelukannya.

"Ayah sayang Nana."

**

Yuta memasukan koper miliknya ke bagasi, ia hanya membawa satu koper berukuran sedang dan tas lainnya.

Hari ini ia pulang ke Korea setelah satu minggu berada di Sydney untuk urusan bisnis dan bertemu dengan Nana dan Jie.

Nana meyakinkan Jie dengan pilihannya, Jie memilih untuk tidak ikut mengantar Yuta ke bandara. Ia lebih memilih untuk diam di rumah, lagi pula sekolah sedang libur.

Daddy Announced (Vol. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang