DA 1.4

180 22 3
                                    

Suasana pagi seperti biasa. Jie yang tidak terlepas dari tv, sedangkan Nana memasak sarapan di dapur.

"Jie," panggil Nana. Jisung sama sekali tidak mendengarnya,

"Jisung~" panggilan kedua tidak juga didengar.

"NAKAMOTO JISUNG!" Jisung langsung melompat dari tempatnya, ia segera menghampiri Nana yang berada di dapur sebelum mulut cantik Nana berubah menjadi siulan burung.

"Lama-lama Buna jual tv-nya! Kamu dari kemarin susah banget Buna panggil." Jisung masih menundukan kepala.

"Sudahlah kamu lanjutin nontonya, sedikitlagi Buna selesai."

Jisung terus mengekor dibelakang Nana, bahkan saat Nana menyiapkan bekal.

"Kenapa ikutin Buna? Mandi sana! Kamu mau telat masuk sekolah?" Jisung menuruti perkataan Nana dengan wajah cemberut.

Pagi ini Nana sedikit terburu-buru karena ia mengejar penerbangan pagi menuju Canberra. Namun Jie dengan santai melanjutkan sarapan dengan duduk di depan televisi. Sedangkan sekolah Jie tidak searah dengan bandara.

Dengan sedikit tangisan drama, Jie berhasil Nana bawa ke dalam mobil untuk segera berangkat ke sekolah.

Selama perjalanan Jie diam duduk di belakang dengan tangan melipat di depan dada, Nana hanya melirik anaknya melalui kaca.

Setelah sampai, masih tanpa suara Jie menarik tas miliknya keluar dari mobil.

"Hari ini Buna pulang telat, nanti pulang sekolah dijemput Gema!" Teriak Nana karena Jie sama sekali tidak menoleh ke belakang.

Setelah Jie masuk gerbang, Nana baru menjalankan mobilnya menuju bandara.

**

Ibu Bangchan sudah menunggu Jie di depan sekolah bersama orangtua lainnya dan juga bus sekolah.

Saat bell berbunyi nyaring, beberapa anak mulai terlihat keluar gerbang sekolah.

Jisung terlihat berjalan lambat keluar dari gerbang, Ibu Bangchan melambai kearah Jie.

"Cucu Gemma kenapa cemberut?" Mengusap bulir keringat dikening Jie.

Jie sama sekali tidak membuka mulutnya, "Bekalnya habis?"

Jisung menyerahkan kotak bekal yang sengaja Nana bawakan untuknya.

Jisung menatap mata Gema, "Boleh Jie main ke rumah uncle Jeno?"

Ibu Bangchan hanya mengusap surai lembut milik Jie, "Uncle mu itu sedang sibuk, nanti saja mainnya. Sekarang Jie harus makan dulu."

Wajah mungil itu kembali ditekuk, "Jie mau ramyeon? Ayo kita makan itu, Gemma janji ga bilang Buna." Menyerahkan jari kelingkingnya untuk berjanji.

Dengan berat hati Jie mengikuti langkah seseorang yang menyebut dirinya Gema.

Sedangkan tidak jauh dari tempat Jie, ada seseorang yang sedang mengintip interaksi keduanya.

***

Mark memijat keningnya yang terasa ingin pecah melihat istrinya yang terus berjalan tanpa henti mengelilingi ruangan.

"Shit!" Teriak Haechan saat operator yang terus menjawab panggilannya.

"Language! Ingat kamu sedang mengandung," Mark berkali-kali memperingatkan Haechan tentang umpatan yang terus dikeluarkannya.

"Angkat telponnya sialan!"

Haechan benar-benar tidak bisa berpikir jernih, ia sangat takut Renjun melakukan hal buruk.

Daddy Announced (Vol. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang