Part 3

0 0 0
                                    

Author pov

Seusai kejadian insiden kepeleset tadi, laki-laki itu pun segera pergi ke kelasnya untuk mengikuti les yah walaupun sudah terlambat dia akan tetap mengikutinya agar tidak ketahuan mamanya. Meskipun dia masih merasa nyeri sakit dipantatnya.

Laki-laki itu mengendap-endap di depan ruang kelas untuk memastikan guru lesnya lengah dan dia akan masuk ke ruang les itu tanpa diketahui. Dengan terbungkuk-bungkuk dia mencoba menilik dibalik jendela kaca ruang les tersebut untuk kembali memastikan keadaan di dalam.

Di dalam ruang les itu pun teman dari laki-laki itu ikut membantunya memberi arahan untuk masuk ke dalam. Saat dirasa waktunya pas temannya itu pun memberi aba-aba dengan melambaikan tangannya meminta laki-laki itu segera masuk mumpung sang guru les sedang mengerjakan soal di papan tulis.

Secepat kilat laki-laki itu berjalan mencoba untuk masuk, bahkan rasa sakit di pantatnya seakan tak ada apa-apanya untuk saat ini.

Tapi..

"Dari mana saja kamu Ahan?" tanya guru les itu dengan dingin namun tetap dengan posisi awal dan tangannya pun masih mengerjakan soal yang ada di papan tulis.

Laki-laki bernama Ahan tadi pun berhenti mendengar pertanyaan gurunya itu. Belum juga dia duduk eh sudah kepergok.

Ahan pov

"Dari mana saja kamu Ahan?" tanya guru les ku.

Deg! secara otomatis aku pun menghentikan langkah ku.
Mati aku ketahuan sama nih guru les, punya mata berapa bu? bisa liat aku padahal kan ibu lagi gak liat ke aku.
Jangan-jangan dibelakang kepalanya ada sepesang mata yang tak kasat mata. Atau jangan-jangan nih guru les punya indera keenam. Hebat bu!! eh gue mikirin apaan sih.

"Eh? anu bu.. itu.. saya.. " jawabku terbata-bata karena gugup dan ditambah lagi kenapa nih otak ku gak bisa berpikir dengan cepat buat nyari alasan yang pas, akurat, terpercaya dan tajam setajam silet. Loh? okeh aku mulai ngawur gak jelas *abaikan.

"Alasan apa yang kali ini ingin kamu kasih ke ibu?" tanya bu Nissa sambil membalikkan badan menghadap aku dan murid-murid yang lain serta melipat kedua tangannya di depan dada. Namun, tatapannya intens kepada ku. Mampus lo Han! batin ku ngomong nih kayanya.

"Hehe.. tadi saya....." aku nyengir gak jelas dan gak tau harus ngasih alasan apaan.

Bu Nissa melangkah mendekati ku dengan angkuh berjalan bak model Cianjur, dan kini tepat di depan ku beliau berkata "Alasan apa kali ini Han? Jalanan macet, terus kamu di tilang polisi karena gak punya SIM, terus kamu lari-larian ke tempat bimbel? atau jalanan macet, ban kamu bocor, nyari angkot penuh semua, terus lari-larian ke tempat bimbel? Oh! atau kali ini jalanan macet terus motor kamu mogok nyari angkot gak ada tapi adanya becak terus eh gak disangka becaknya nyungsep ke got jadinya kamu basah begini?" tanya bu Nissa panjang lebar sambil melihat celana ku yang basah gara-gara tadi - kalian tau lah.

Buset dah nih guru les hapal kayanya sama semua alasan yang pernah aku kasih. Tapi jangan panggil aku Ahan Saputra kalau urusan begini saja gak bisa. Okeh kayanya Tuhan sudah ngasih aku ilham buat bikin alasan yang gak pernah aku kasih tau sama guru les satu ini. Tau dah ilhamnya marah apa kagak karena idenya aku ambil hehehe...

"Hehe ibu tau aja, tapi kali ini bukan itu bu gara-garanya. Saya punya alasannya kok bu." jawabku mantap. Dan bu Nissa nampak mengkerutkan keningnya. Dan sohib ku yang ngebantuin tadi cuman geleng-geleng kepala ngelihat tingkah ku yang ajaib bin banyak akal ini hahaa...

"Jadi gini bu, tadi itu sayakan naik motor terus gak sengaja liat ada anak kucing yang mau nyebrang yah saya bantuin, kan saya baik hati bu. Terus saya naik motor lagi lanjut jalan buat ke sini kan yah, eh pas saya mau parkir bukannya ngerem saya malah ngegas dan entah suatu takdir dari Tuhan di depan saya ada got dan jadilah saya nyemplung di sana. Begitu bu ceritanya hehe." jawab ku sambil tertawa iseng.

Bu Nissa membenarkan letak kacamatanya setelah mendengar jawaban ku yang entah apa maksudnya. Itu juga ide asal dapet saja yah semoga saja bu Nissa bisa percaya sama alasan ku yang absurd itu.

"Baiklah, alasan kamu saya terima. Cepat duduk dan ikuti pelajaran les ini dengan baik." kata bu Nissa sambil berlalu dari hadapanku.

Dalam hati aku bersorak-sorai karena berhasil lolos dari situasi yang cukup menegangkan saudara-saudara!!
Dan akhirnya pun aku bisa bernafas lega sambil segera duduk di samping sohib ku namanya Jion Putra, sama-sama punya nama Putra nya.

"Habis dari mana saja lo sob? Gue gak percaya sama alasan lo barusan deh." tanya Jion sambil berbisik ke aku takut kalau bu Nissa tau.
"Ntar deh gue ceritain yang sebenarnya. Udah mending les aja dulu." jawabku dengan berbisik pula.

Jion itu tau semua tentang gue begitu pula sebaliknya. Gue sama dia itu udah sohiban dari kecil atau kalau perlu dari orok dah, soalnya orang tua kita juga sahabatan. Jadi dia pasti tau kalau tadi itu aku bohong. Meski aku sama Jion banyak memiliki kesamaan namun satu hal yang berbeda yaitu Jion anaknya rajin sama pintar. Lah aku kebalikannya, aku pemalas tapi gak bodoh-bodoh amat lah yah. Tapi meski begitu aku sama Jion tetap sohib bray saling melengkapi.

Selain itu aku pun mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, memastikan sesuatu. Namun tak ku temukan, syukurlah Dia gak ada. Aku pun mengikuti pelajaran les dengan malas-malasan kalau bukab karena terpaksa aku gak bakalan mau datang.

*****

"Hahahahaha...." tawa Jion menggelegar di dalam ruang les yang telah usai. Puas banget kayanya Jion menertawakan aku. Yap! aku sudah menceritakan semuanya ke Jion tanpa dikurangi satu huruf pun tapi ada satu hal yang tidak aku ceritakan.

Flasback on

"Ah sudah-sudah, kapan selesainya masalah ini kalau begini terus. Saya masih banyak pekerjaan, dan masnya kan juga mau les serta ada urusan yang lebih pentingkan yah? Jadi saya anggap masalah ini selesai sampai disini saja. Sini biar saya bantu berdiri." kata cewe itu untuk mengakhiri perdebatan ini, sambil meraih tangan ku dia membantu ku untuk berdiri.
Aku pun berpikir membenarkan perkataannya itu. Namun ku lihat raut wajah khawatir darinya tapi untuk apa aku gak tau.

"Baiklah. Benar juga kata lo, ada urusan gue yang lebih penting dari ini." kata ku sambil menyerahkan tanganku padanya.

Dia pun membantu ku berdiri dengan sekuat tenaganya yang ku tau badannya itu kecil bahkan tingginya pun hanya sampai bahuku. Tapi ada satu hal yang ku sadari dari cewe ini dia wangi banget untuk ukuran seorang cleaning service. Wanginya itu seperti vanilla tanpa sadar aku menutup mata dan menghirup aroma badannya yang membuatku terbuai.

"Bisa berjalan sendiri gak?" tanya cewe itu yang seketika membuat ku sadar dan segera mengusir pikiran-pikiran tadi dan ada satu hal lagi yang baru ku sadari yaitu wajah ku dan wajah cewe ini dekat sekali. Mungkin karena cewe ini menyadari aku memandangnya lekat segera dia melepaskan tangan ku yang dari tadi ada di bahunya.

Flashback off

Menurut ku hal ini gak perlu ku ceritakan, cukup ku simpan sendiri dan Tuhan. Aku gak mau panggilan "Penakluk Wanita" yang melekat didiriku tercoreng karena aku ketahuan terbuai oleh wangi seorang cewe yang aku gak kenal. Aku cuman tau kalau namanya Aira Mutia nama yang cukup manis menurutku.

»»»»»»»»»»»»»»»»»»
Holaaaa I'm back hehehe...
Sebenarnya aku sedih gak ada yang mau baca ceritaku.. *ngelap ingus
Tapi gak papa kok aku akan tetap melanjutkan nulis cerita abal-abal ini ada ataupun tidak adanya readers.
Soalnya ide di otakku memberontak demo pengen dikeluarin.

Gak mau banyak bacot toh gak ada yang mau dengerin bacotan aku juga hehe..

Tapi tetep aku harap ada yang mau baca ceritaku ini, silahkan tinggalkan vomentss kalian yah guys *kalau ada

See u again..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang