Bab 1

59 12 5
                                    

Jakarta, Indonesia

Dengan terburu-buru Mila turun dari mobil, tak lupa dia membawa sebuah buket bunga lily ukuran sedang. Segera dia mempercepat langkah menuju ruang auditorium tempat dimana seorang Ares Morgan dilantik menjadi Perwira. Satu jam telat dari waktu pelantikan, semoga dia tidak mendapat amukan dari sahabatnya itu. Banyaknya nasabah dikantor pusat yang ingin bertemu membuat dia tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja.

Menjadi Banker adalah profesi yang gadis itu geluti selepas wisuda dua tahun yang lalu, kecerdasan dan bakat yang dia miliki  membuat Mila di percaya menjadi Manager salah satu bank swasta  terkenal yang kini diakuisi oleh pemerintah.

" Tante, Om, maafin Mila baru datang jam segini, mereka tidak membiarkanku pergi, " ungkap Mila begitu menemukan Melina dan Morgan, orangtua Ares sekaligus karib orangtuanya.

Melina tersenyum dan memeluk gadis cantik itu hangat, "don't worry my sweety,, kamu bisa datang aja tante udah senang banget,"

"Apalagi akhir bulan begini, pasti kamu sibuk sekali," timpal Morgan maklum.

" Iya nih om, semua masalah nasabah harus di proses cepat kalau ingin pulang tenggo dan tidur nyenyak diakhir pekan. " Kekeh Mila. Melina dan Morgan sontak ikut tertawa

Ketiganya larut dalam perbincangan hingga tak menyadari sosok yang seharusnya menjadi pusat perhatian sudah mendekat dengan muka di tekuk.

"Hmm, apa ada yang mau minta maaf  sama saya?" ucap sosok berseragam menyela obrolan.

Melina dan Morgan saling melempar senyum penuh arti.

" Okay Mil, sepertinya tante harus mencari angin segar dulu," Melina undur diri sambil mengamit lengan sang suami. Memberi ruang pada anak-anak muda itu untuk bicara.

" Save your self girl," olok Morgan sambil mengedipkan sebelah mata, Mila tertawa mendengarnya. Dia mengerti apa yang sedang terjadi. Tidak mudah membujuk Ares Morgan yang terkenal dengan kedisiplinannya. Tapi bukan Mila kalau dia tidak bisa mencairkan suasana.

" For you!" Mila menyodorkan buket yang dipegang, Ares menerima dengan wajah datar tanpa ekspresi membuat Mila mengulum senyum. Sepertinya dia harus mengeluarkan senjata pamungkas, atau Ares akan mendiamkannya berhari-hari.

" Inspektur Ares, i am so sorry, aku datang terlambat, aku siap menerima hukuman, jangan marah ya! " Mila memasang puppy eyes andalan dengan kedua tangan menangkup depan dada.

Ares menggelengkan kepala, pria tampan itu mencoba untuk tidak terpengaruh.

" Karna ini hari spesial mu, jadi sahabat-mu ini akan memenuhi semua keinginan-mu , tanpa terkecuali, " Mila berusaha lebih keras. Biasanya kalau diiming-imingi begini Ares akan luluh.

Ares nampak berpikir, " Semuanya? tanpa pengecualian?"

Mila mengangguk antusias, senang umpannya sudah mulai menarik minat mangsa.

" Lumayan, akan aku pikirkan," Ares berusaha jual mahal.

" Eitss, gak boleh lama- lama,"

" Loh bukannya tanpa kecuali, "

" Bukan berarti tanpa syarat," Mila menaik turunkan alisnya.

Ares memutar bola mata, kalau Mila sudah berdiplomasi alamat dia juga yang akan mengalah. Tapi apapun itu dia akui tidak bisa berlama-lama marah dengan gadis cantik itu.

" Syaratnya harus sebelum jam 8 malam, karna tidak baik untuk kulit kalau aku tidur kemalaman, yang kedua gak boleh aneh - aneh, bla...bla.."

Ares hanya menjadi pendengar setia sambil memperhatikan bibir mungil yang terus menyerocos tanpa jeda.

The Last Diamond ( spin off Duo Inteligent Police )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang