Bab 3

51 10 4
                                    

Kevin mengetuk ngetuk jemarinya diatas meja, sudah satu jam berlalu dari waktu yang dijanjikan. Bukan kebiasaannya menunggu seperti ini. Dia tidak suka dengan jam karet. Kalau di negaranya dia pasti sudah mengamuk dan melampiaskan amarah. Tapi karena dinegeri orang dia berusaha menahan sabar. Terlebih Orion terus memintanya untuk tenang.

Selain jenuh, dia juga jengah menjadi pusat perhatian para perempuan yang sedari tadi mencuri pandang padanya termasuk para petugas bank.

Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa sebuah bank ternama tidak menyediakan ruangan untuk nasabah prioritas seperti dirinya, dia malah harus menunggu di ruangan yang sesak.

Kevin dan Orion memang hanya datang berdua tanpa pengawalan agar tak menarik perhatian, namun sekarang justru dia menjadi magnet bagi para kaum hawa. Siapa yang tidak terkesima dengan penampilan seorang pria seperti Kevin. Bukan saja tampan namun kharisma dan penampilan necis bak seorang pangeran membuat banyak mata tak berkedip.

Kevin tidak salah tingkah, baginya hal biasa jika dikagumi. Hanya saja Kevin tidak suka apabila ada yang memandangnya dengan tatapan penuh hasrat. Seperti tatapan seorang wanita paruh baya yang duduk dihadapannya. Benar-benar memuakkan.

Tak lama  pintu terbuka dan seorang wanita muda masuk dengan langkah tergesa, tanpa melihat sekitar dia bergegas kedalam. Semua itu tak luput dari pandangan Kevin, ada satu keyakinan bahwa wanita itu adalah manager bank yang dia tunggu.

Tunggu dulu!

Kevin merasa pernah melihat wanita itu, tapi dimana?

Tak sempat berpikir panjang, Kevin yang sudah habis kesabaran segera menyusul wanita itu tanpa sempat dicegah Orion.

Tulisan yang ada dipintu sudah cukup bagi Kevin untuk mengetahui dimana ruangan wanita muda tadi.

" Saya tidak punya banyak waktu,  segera proses pengajuan kami untuk membuka brankas nomor 05," ucap Kevin sambil duduk di kursi depan meja dengan santai. Orion tidak punya pilihan dia ikut duduk disebelah Kevin agar tidak mengundang kecurigaan. Peran mereka adalah ayah dan anak, bukan atasan dan bawahan.

Mila yang baru saja menarik napas lega setelah keluar dari kemacetan panjang sepulang menghadiri pembukaan kantor cabang mengerutkan kening, tidak suka dengan sikap pria tersebut. Namun demi profesionalitas dia tetap tersenyum.

Dina, asisten Mila tanggap dengan situasi.

" Maaf Pak, sebaiknya anda menunggu dipanggil baru bisa menemui bu Mila, " ucapnya sopan.

Rahang Kevin mengeras.

" Saya sudah menunggu satu jam, dan anda masih meminta saya untuk menunggu? " ujar pria itu penuh penekanan.

" Kami minta maaf untuk itu, tapi.., "

" Kata maaf tidak menyelesaikan urusan saya, tidak usah berbasa-basi,  saya mau pengajuan ini segera diproses. Hanya itu! " Tegas Kevin memotong ucapan Dina membuat gadis itu diam dan tak bisa berkata-kata, tatapan tajam Kevin menciutkan nyalinya untuk membantah. Mila menghela napas berusaha mengontrol emosi yang terpancing oleh sikap pria di hadapannya itu, baru kali ini dia bertemu nasabah arogan.

" Baik Pak, kami akan segera proses pengajuan anda, saya akan mempelajari terlebih dahulu, bapak harus menunggu selama tiga hari kerja, barulah kita lanjut melangkah pada proses berikutnya, " Mila menjelaskan.

What? Kevin ternganga mendengar hal tersebut, apakah negara ini masih hidup di zaman batu sehingga untuk proses membuka brankas saja rumit sekali.

"  Harus selama itu nona? kami adalah nasabah prioritas dan setau saya sistem disini sudah sangat modern, mengapa harus menghabiskan waktu berhari-hari hanya untuk membuka satu brankas saja, " Sela Orion mewakili Kevin yang hampir meledak karna menahan emosi.

The Last Diamond ( spin off Duo Inteligent Police )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang