Bab 2

56 11 5
                                    

Jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, namun Mila masih betah bergelung dalam selimut. Cuaca dingin selepas hujan semalaman dan matahari yang tidak menampakan diri sangat mendukung untuk bermalas-malasan ditambah lagi hari minggu, sempurna sudah. Tapi dari semua alasan diatas, bukan itu yang membuat Mila masih berada di atas kasur sampai jam segini. Pikirannya terus saja terngiang pada kejadian tadi malam.

Tanpa tedeng aling, Ares mengungkapkan perasaannya setelah acara dinner disalah satu resto terkenal, bukan saja karna kelezatan makanannya, tapi juga suasana romantis yang disuguhkan. Membuat banyak pasangan rela mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membahagiakan pasangannya.

Jadi ini alasan Ares membawanya kemari.

" Aku menunggu jawaban Mil, " Desak Ares lagi. Mila mendeguk ludah. Shock atas pernyataan cinta yang tiba-tiba. Mau tertawa dan menganggap ini hanya prank tapi Mila tidak bisa melakukannya, wajah serius Ares membuat dia yakin kalau pria itu tidak main- main dengan apa yang baru dia katakan.

" Aku tau ini sangat mendadak, tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama Mil, sudah terlalu lama aku memendam perasaan cinta sama kamu Mil, aku berusaha meyakinkan diri kalau kamu dan aku adalah sahabat dan cinta adalah yang gak mungkin untuk kita. Tetap saja aku gak bisa mengabaikan, semakin lama rasa itu semakin kuat, "

Mila menghela napas, berusaha mencerna situasi. Ares adalah pria yang baik, tampan pintar dan juga mapan. bahkan Mila tidak melihat kekurangan pada pria itu. Meski sedikit tertutup, Ares bisa jadi sosok yang menyenangkan saat bersama Mila. Selain itu Mila juga mengenal Ares sejak mereka masih bayi. Tidak ada yang bisa diragukan seperti apa Mila mengenal Ares.

Tapi sejauh ini Mila tidak merasakan perasaan layaknya seorang gadis yang mencintai seorang pria. Mila menyayangi Ares hanya sebagai sahabat. Tidak lebih. Lalu bagaimana Mila menjawab tidak ketika tatapan Ares menyiratkan pengharapan.

Mila dilema, disatu sisi dia tidak bisa menerima Ares, bagaimanapun dia juga mendambakan satu hari dimana jantungnya berdetak kencang saat bertemu dengan pria idamannya, disisi lain dia tidak tega melihat Ares kecewa. Apalagi sedari dulu Ares tidak pernah berpacaran ataupun dekat dengan seorang gadis selain dirinya. Pria itu terlalu kaku untuk urusan wanita, membuat Mila takut kalau penolakannya berujung Ares pada patah hati.

" Jujur aku gak menyangka kalau kamu punya perasaaan sejauh itu sama aku Res, kupikir kita sahabat sejati, " Mila mencoba memikirkan kata-kata yang tepat.

Ares tersenyum kecut," Maafkan aku Mil, sudah membuat kamu tidak nyaman, "

Mila menggeleng. " Gak perlu minta maaf Res, perasaan kamu wajar kok, itu artinya kamu normal dan tidak seperti gosip-gosip disekolahan waktu itu, "

Ares tertawa, " Aku tau banyak orang yang berpikir aku gay, karna tidak pernah menjalin hubungan dengan cewek, "

Mila ikut terkekeh mengingat bagaimana dia membela Ares mati -matian tapi yang dibela malah cuek.

" Jangan senang dulu, kamu sendiri juga masih diragukan, soalnya dari dulu sukanya menolak cowok, bahkan sekelas Adrian, cowok populer di kampus kamu aja kena tolak mentah-mentah, " Ares memutarbalikkan keadaan.

" Yee, aku normal kali, emang belum ketemu sosok yang tepat aja. " Mila membela diri.

" Iya percaya, trus gimana aku diterima gak nih? "Desak Ares kembali pada inti permasalahan.

Mila tidak bisa mengelak, mau tak mau dia harus segera memberi jawaban.

" Maafkan aku Res, sampai saat ini aku masih nyaman menjadi sahabat kamu.., "

The Last Diamond ( spin off Duo Inteligent Police )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang