Kuda besi berwarna hitam milik panglima GHAVEZAR memasuki pekarangan rumah dengan gerbang menjulang tinggi berwarna silver, lebih tepatnya rumah keluarga Hattala pantas disebut dengan mansion.
Mansion yang sangat luas dan tampak seperti istana di negeri dongeng, didominasi warna hitam dan abu-abu dengan jendela-jendela berukuran besar berbingkai kaca, pilar-pilar raksasa yang menjulang tinggi, bahkan beberapa bagian dinding terlapisi oleh emas. Keindahan mansion belum berakhir sampai disitu saja, di halamannya yang sangat luas terdapat air mancur ditengah-tengahnya, dibawah air mancur itu terdapat ikan hias dengan harga fantastis. Beberapa tanaman juga ikut serta memperindah halaman mansion keluarga Hattala, termasuk tanaman yang disukai ibunya yaitu bunga mawar putih berlambang kesucian dan kedamaian.
Beberapa pelayan menempelkan tangan kanannya didepan dada seraya membungkuk, sebagai tanda penghormatan. Ghazam meninggalkan kuda besinya dihalaman mansion, langsung saja seorang pria mengambil alih motor besar Ghazam dan membawanya menuju ke dalam garasi. Sedangkan Ghazam kembali melanjutkan langkah kaki jenjangnya memasuki mansion.
Dua orang pelayan menyambutnya dan membukakan pintu utama untuknya, terdapat beberapa pelayan berbaris lalu membungkuk ketika melihat tuan mudanya sudah datang.
"Selamat datang, tuan muda. Apa ada yang bisa kami bantu?" ujar salah satu pelayan yang sudah lumayan tua bernama Juminem atau yang biasa Ghazam panggil mbok Inem.
Mbok Inem adalah satu pelayan yang sangat dekat dengan tuan muda di mansion ini karena saat Ghazam masih bayi wanita tua inilah yang mengasuhnya hingga sekarang, kedua orangtuanya saat itu disibukkan dengan banyak tugas pekerjaan. Sama halnya dengan Dena, wanita ini juga yang mengasuh gadis itu hingga sekarang. Namun, jangan mengira jika kakak-beradik ini kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya, justru mereka sangat disayang dan dijaga.
"Ck, udah aku bilang jangan kaku-kaku kalau sama aku, Mbok," ujar Ghazam tidak suka melihat tingkah Mbok Inem yang memperlakukan nya layaknya pangeran.
Mbok Inem terkekeh kecil, lalu menjawab, "Yaudah, Den Ghazam mau makan apa?" tanya Mbok Inem, sedangkan pelayan yang lain sudah pergi untuk menyiapkan segala kebutuhan.
"Aku udah kenyang, Mbok. Tadi mampir ke warteg sama anak-anak. Aku pergi ke kamar dulu ya, Mbok," pamit Ghazam lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Kediaman keluarga Hattala sangatlah besar dan megah. Interior nya begitu indah dan jangan lupakan barang-barang yang berada di dalam sana semuanya bermerek. Ada sekitar 20 pelayan, 8 satpam, dan 5 koki handal, 3 diantaranya adalah koki dari luar negeri yang di pekerjakan di sini.
Ketika berjalan menuju ke ruang pribadi miliknya, Ghazam tak jarang berpapasan dengan beberapa pelayanan. Mereka membungkuk ketika melihat tuan mudanya, Ghazam hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Ghazam pulang!" ujar Ghazam ketika melewati ruang keluarga dan dia melihat kedua orang tuanya dan Dena sedang berkumpul yang entah membicarakan persoalan apa.
"Nah, ini yang jadi topik dateng juga," ujar wanita berkepala tiga yang masih terlihat muda seperti umur belasan tahun.
Ghazam memberhentikan langkahnya dan berbalik ke arah Yumna, Mommy-nya. "My name is ghazam, not Topik," ujarnya.
"Bukan itu maksudnya, sini kamu," titahnya sembari menepuk sofa sebelahnya yang masih longgar.
Ghazam melangkahkan kakinya malas menuju ketiga orang itu, begitu sampai dirinya mendaratkan bokong di sebelah Yumna, tanpa aba-aba panglima GHAVEZAR itu memeluk Yumna dari samping. "What's up?" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Guy (Hiatus)
Novela JuvenilGhazam Ravindra Hattala adalah sosok yang sulit diabaikan. Dengan pahatan wajah yang nyaris sempurna, lekukan tajam rahangnya, mata elang yang memancarkan karisma, serta kulitnya seputih vampir, ia menjadi idola banyak orang. Namun, di balik ketampa...