5.Aku akan berusaha melupakanmu

60 14 0
                                    

"Tuanku.. Aku tahu kau merasa rindu denganku.. Setiap kali kau menangis karna ku atau sedang memikirkan tentangku.. Aku bisa merasakannya... Tuanku.. Ini sulit di mengerti..

Tapi.. Akankah lebih baik tuan jangan memikirkan ku.. Fokus dalam kehidupan yang sedang berjalan... Dan ada orang yang sudah mendamping mu selalu. Apakah mau ku sebutkan namanya? Sepertinya iya. Orang itu bernama Childe" Ajax memberikan suara dalam pikiran Zhongli sehingga Zhongli bisa mendengar perkataannya tersebut dengan jelas. "A-..a-ajax?.. Tapi.. Kenapa?" Zhongli..

















































































"Lupakan aku.. Kita akan bertemu kembali.. Aku janji." Ajax menutup pembicaraannya dengan kata 'janji'..

Zhongli sangat kebingungan. Mengapa ada suara Ajax? Dari mana suara itu muncul? Mengapa ada nama Childe di dalam perkataan Ajax tadi? Apa Ajax dan Childe adalah orang yang sama?.. Aku(Zhongli) tak dapat kesimpulan semua perkataan Ajax tadi.. Aku sangat bingung, kenapa ada nama Childe dalamperkataan Ajax tadi? Apakah Childe adalah orang utusan dari Ajax?

Zhongli mengusap air matanya dan berdiri menatap manusia salju yang ia buat menjadi hancur.. Childe merasa Zhongli bergerak, memindahkan penglihatannya ke arah Zhongli.. "Maaf membiarkan mu menangis. Kurasa kau butuh pelampiasan kerinduan.." Childe.. "Tapi.. Kenapa tidak ke aku.." batin Childe. Childe sangat ingin Zhongli yang memeluk nya duluan. Tetapi.. Itu tidak terjadi-jadi.

Memang mereka sudah berpacaran. Saling suka.. Tapi.. Zhongli hanya fokus ke Ajax. Entah? Mungkin Zhongli hanya mampu berfokus dengan 1 urusan saja
Dan Zhongli akhir-akhir ini sering memikirkan Ajax sehingga ia lupa dengan Childe. Seolah-olah Zhongli pilih kasih. Ajax ingin menyadarkan Zhongli... ((Yaa dengan kata² yg di bilang ajax tdi, moga aja si zhongli faham))

"Apa kita keluar saja? Jalan-jalan" Childe menawarkan idenya. "I-iya.."dipikirannya terus memikirkan kata-kata Ajax. Mencerna perkataan itu dan mendapatkan kesimpulan inti dari perkataan Ajax tadi

Kek ngehafalin aj deh

"Baiklah" Zhongli





Skip saat di kota Liyue

"Emm.. S-sensei.. Kita ke northland bank dulu boleh?" Childe. "Boleh.. Childe.. Kenapa kau seperti gugup begitu?" Zhongli. "Tidak!, aku tidak gugup." Childe. "Hmm.. Baiklah" Zhongli
.
.
.
.
.
.
.
Sesampai di northland bank.
"Selamat siang Tuan Childe dan Tuan Zhongli.. Tuan Childe, Ada surat untuk Anda." Ekaterina. "Ohh?. Benarkah? Dari siapa?" Childe mengambil surat itu. "Dari Nyoya La Signora." Ekaterina. "Tumben sekali dia mengirim surat untukku." Childe.

"Hallo anak muda.

Bagaimana kau dengan mantan archon itu? Merepotkan bukan? Kenapa tidak kau manfaatkan menjadi budak mu? Selagi dia menjual dirinya ke pada kau. Dan kau. Kau juga kekanakan. Cinta monyet kau dengan pak tua itu sangat amat menjijikan. Sangat aneh dengan selera mu ini. Banyak wanita cantik diluar sana. Dan kau malah memilih pria tua itu? Dia sangat merepotkan. Dan mungkin di sisi lain... Dia memanfaatkan mu. Dia menginginkan mora mu saja yang banyak.

Hahaha aku tau. Kau membaca awal sampai akhir dengan marah ya? Hahaha sayang sekali anak muda. Kau hanya di manfaatkan sebagai bank nya yang berjalan. Sungguh. Kenapa tidak kau perbudakan saja dia? Biar saja pak tua itu menangis dan meminta mohon kepada kau."

Childe membaca sampai habis dari surat itu. "Nenek tua bajingan. Mengatur hidupku saja. Mentang-mentang kau seniorku." batin Childe. Tapi ada benar juga yang dikatakan oleh La Signora. Atau kemungkinan? Ia di manfaatkan? Apa butuh percobaan untuk membuktikan?? seperti nya tidak perlu.

"Nenek tua brengsek itu, kenapa perkerjaan nya hanya memanas-manasi ku saja. Apa salahnya aku menyukai Zhongli? Apa nenek tua itu baru pertama kali melihat ada manusia menyukai sesama jenis?" batin Childe. Ia menggempalkan tangan sebelahnya yang tidak memegang kertas itu.

"Childe???.. Kau marah? Apa ada kata-kata yang membuatmu marah? Boleh ku lihat isi suratnya?" Zhongli

"Ahh.. Sedikit marah..... Tidak usah sensei.. Nanti kau juga marah. Lebih tepatnya kau sedih." Childe merobek surat itu dan membuat menjadi seperti bola dan membuang ke bak sampah. "Benarkah??..Eh? Kau tidak mau membalas surat itu?" Zhongli. "Tidak. Ayo sensei. Kita Jalan-jalan saja" Childe. "Eh?..Baiklah.." Zhongli





Childe dan Zhongli telah menghabiskan waktu setengah hari di kota. Tiba waktu matahari ingin tenggelam, Mereka berpamitan

"Selamat tinggal Childe. Terima kasih. Maaf merepotkan mu yang kemarin dan hari ini. Aku tak tahu harus berterima kasih seperti apa.. Terima kasih banyak Childe.. Lain kali aku akan mengajak mu ke serenitea pot milik ku.." Zhongli. "A-ahh.. Tidak apa-apa sensei.." Childe menggaruk pipinya meski tidak gatal.. "Emm.. Apa kau mau sesuatu dariku? Sebagai ucapan terima kasih banyak.. Aku tidak enakan.. Karna.. Telah meminjam bajumu, e-ehem.. Yang salju itu.. Aku sekarang seperti anak cengeng saja. Yang awalnya ingin bermain salju denganmu jadi ke kota.. Maaf.." Zhongli. "Tidak apa-apa sensei.. Aku faham kondisi mu sekarang, kau sangat merindukannya akhir-akhir ini. Tidak apa-apa sensei, santai saja, oh ya.. Sesuatu ya.. Hmmm... Apa kau mau menjadi milik ku seutuh nya?" Childe mendekatkan wajahnya lebih tepatnya telinga Zhongli dan berbisik. "Huh? Maksud mu? Umm bisa ulangi sekali lagi?" Zhongli. "Apa kau mau menjadi miliku se utuhnya?" Childe

Childe tak peduli dengan isi surat dari Signora tadi. Ia sudah terlanjur menyukai Zhongli. Biar pun dia laki-laki.

Tidak ada kemajuan dari Zhongli. Zhongli tetap ke bingungan. Apa yang di maksud Childe?

"H-huh..??" Zhongli. "Kau tak faham ya.." Childe sedikit menjauh dari Zhongli. "Bagaimana kalau begini? Iya atau tidak? Jawab saja Sensei" Smirk Childe. "Hmm.. Aku tidak tahu harus memilih yang mana.." Zhongli.

"A-aku memilih 'iya'" Zhongli menundukkan kepalanya. Jujur saja, ini pilihan yang rumit, dan ia tidak tahu apa yang di maksud Childe tadi. "Sungguh?!" Childe awalnya perpikir ini mustahil. Mana mungkin Zhongli menjawab 'iya'?

"I-iya.." Zhongli.. "Astaga! Apa aku bermimpi?!" batin Childe.

"Apa kau mau sekarang aku mengclaim mu, atau nanti?" Childe. Lagi-lagi Childe melontarkan pertanyaan yang harus di jawab oleh Zhongli. Tetapi untungnya pertanyaan ini kurang sulit ia jawab.

Childe pikir ini bukan waktu yang tepat untuk memiliki Zhongli seutuhnya. Tetapi jika Zhongli menjawab sekarang, mungkin itu sangat tiba-tiba

"Umm.. Nanti?" Zhongli. "Owh.. Oke. Yasudah ya Sensei. Selamat malam. Sampai jumpa lagi!" Childe pergi, meninggalkan Zhongli sendirian. "Sampai jumpa Childe.." Zhongli.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
"Hari yang lumayan melelahkan.." Childe. "Selamat datang Childe, bagaimana tadi? Ada masalah?" Ajax. "Tidak"Childe. " hmm ngomong-ngomong.. Apa Tuanku merasa sedih lagi karna mengingatku?"Ajax mengikuti Childe menuju kamarnya. "Hampir sebenarnya. Ia menanyakan 'kau ada mendengar suara Ajax tadi? Atau cuman perasaan ku saja?' seperti itu lah" Childe. "Ohh.. Berarti dia sudah kurang mengingatku lagi" Ajax. "Tetapi saat kami diluar kota, ia langsung berubah begitu saja gara-gara bisikan kau tadi. Apa dia mematuhi bisikan mu itu? 'Melupakan' maksudnya" Childe duduk di pinggir kasur. "Sepertinya memang iya. Ia mencoba melupakan ku. Tetapi begitu sulit juga melupakan ku. Makanya dia menanyakan sesuatu ke kau" Ajax.
-
End~

Maaf ceritanya ga nyambung
Maaf kalau ad typo atau kata² yg membuat klian tersinggung. Saya sekali lagi minta maaf

Merindukan Bocah RubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang