3. Salju dan kerinduan

96 13 1
                                    


"Tuanku.. Tolong lupakan diriku.. Kita akan bertemu kembali di masa depan, tenang saja... Dengan wujud---.."???
_Flashback Off_
"Ajax! Ap--" Zhongli
"Sensei!! Sensei??"Childe
" Huh?!" Zhongli terkejut
"Kau mengelamun hmm~?" Childe menggoda Zhongli. Zhongli serontak malu. "T-T-Tidak! Bukan.. Senyumanmu tadi sangat mirip dengan bocah rubah itu.... Ajax.." Zhongli "Aku merindukannya.. Tetapi.. Ia telah tiada saat Archon War.." Zhongli berkontak mata dengan Childe "Aku... Sangat merindukannya.. Childe.. Dia sangat mirip denganmu.." mata Zhongli mulai berkaca-kaca. Childe kaget Zhongli Mulai menangis"A-Ahh.. Sensei jangan menangis! Ayo kita ke serenitea pot ku, kau pasti suka dengan salju disana, saat di pagi hari, kita harus tidur dulu yahh?"Childe "hik.s..S-Sungguh?" Zhongli, Childe mengusap air mata Zhongli dan menjawab pertanyaan Zhongli dengan senyuman... Childe memeluk Zhongli. "Tentu." Childe
Childe mengeluarkan alat pintu masuk serenitea pot miliknya, alat tersebut menghisap tubuh Childe dan Zhongli
-
-
-
Saat sampai Childe langsung menutup mata Zhongli dan membawa berjalan pelan-pelan ke arah pintu masuk rumah miliknya, Zhongli bisa merasakan hawa dingin, "apa itu?" batin Zhongli

Saat didalam rumah Childe berhenti menutup mata Zhongli, Zhongli kaget, karena disana begitu mewah dan modern, berbagai alat-alat berwarna emas disana seperti pupil matanya yang berwarna emas..
"Sensei.. Mari ke kamarku" Childe mengajak Zhongli tetapi Zhongli mengabaikannya karena begitu fokusnya melihat barbagai koleksi peralatan emas dan warisan keluarganya Childe,.. Childe lihat Zhongli yang kagum hanya tersenyum tipis "...." Childe berjalan ke arah Zhongli dann..
Cupp~
Childe mencium dahi Zhongli dengan senagaja(dan sebentar). Serontak Zhongli kaget "Ahh?! Maafkan Aku Childe.. Aku telah mengabaikanmu.. Aku merasa ga enakan denganmu.. Maaf.." Zhongli "tidak apa-apa Sensei.. Mari kita ke kamar.." Ajak Childe. "Baik" Zhongli. Childe berjalan bersama Zhongli dan naik tangga untuk ke kamar Childe. Saat di lorong Zhongli melihat sekitarnya, itu sangat indah.. Sampai di kamar Childe, warna diluar berwarna emas, saat di kamar Childe warna biru dimana-mana.. "Sangat indah.." Zhongli tampa sadar keceplosan, "benarkah?" Childe menaikan alisnya, Zhongli bangun dari lamunannya dan menjawabnya dengan asal "iya.." Zhongli "terima kasih pujiannya Sensei~" Childe "a-ahh sama-sama" Zhongli, "apa kau mau mandi dulu sensei?" Childe "iya.. Sepertinya begitu.." Zhongli malu-malu "baik, sensei langsung masuk saja ke kamar mandinya, disana sudah ada handuk, aku akan menyiapkan baju yang pas untuk sensei" Childe " baiklah Childe" Zhongli hanya menurut dan langsung berjalan masuk ke kamar mandi, dann tidak lupa mengunci pintu,

Childe mencarikan baju yang mungkin pas untuk Zhongli tetapi itu tidak ada, kebanyakan baju Childe besar atau pas dengan tubuhnya, tetapi tubuh Zhongli lebih kecil dari pada tubuh Childe, Childe hanya pasrah saja, ia takut Zhongli tak mau memakai pakaian yang ia pinjamkan untuk Zhongli karena kebesaran, dan baju itu juga tak mirip dengan baju tidur khas Liyue melainkan Snezhnaya model,































Setelah Childe menyiapkan baju untuk Zhongli, Childe berjalan menuju dapur, dan menemui Ajax yang ada di sana.









"Ajax! Keluar dulu sebentar!" Childe. "Kenapa Childe?" Ajax. "Apa kau ada berfirasat Zhongli akan menanyakan sesuatu tentangmu?" Childe. "Hmm.. Iya.. Aku berfirasat iya" Ajax. "Oke, berarti aku harus menjawab pertanyaannya dengan berbohong begitu?" Childe. "Hah.. Iya Childee... Masa ga bohong? Tar aku gimana? Kalo Tuan Rex Lapis tahu aku masih ada di dunia ini, mungkin dia tidak mau kehilangan aku lagi... Hahh sudah lahhh.. Kasih makan aku pliss.. Nanti ini tubuh rubahnya kelamaan ga di beri makan bisa mati " Ajax sudah menahan laparnya sendari siang sampai malam. "Hahaha iya, tapi kau makan taman belakang ya, kalau nanti bisa saja Zhongli ke dapur dan melihat bekas makanmu." Childe. "Ya.. Cepat." Ajax.


















































































































































































































































Merindukan Bocah RubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang