Di sebuah kota metropolitan yang sibuk, hiduplah seorang wanita muda bernama Maya. Maya adalah seorang pekerja keras yang sibuk dengan pekerjaannya dan jarang memiliki waktu untuk urusan asmara. Namun, tekanan dari teman-temannya yang sudah menikah membuat Maya merasa terjebak dalam ekspektasi masyarakat tentang memiliki pasangan.
Suatu hari, Maya bertemu dengan seorang pria tampan bernama Raka di tempat kerjanya. Raka adalah seorang pria yang menawan, penuh dengan pesona dan sikap ramah. Keduanya mulai menghabiskan waktu bersama-sama, berbicara tentang berbagai topik, tertawa bersama, dan saling mengenal satu sama lain. Maya merasa nyaman bersama Raka, dan secara perlahan mulai merasakan perasaan yang lebih dalam terhadapnya.
Namun, dalam hati Maya, ada rasa ketakutan. Ia merasa belum siap untuk menjalin hubungan serius dan berkomitmen, dan merasa terbebani oleh ekspektasi masyarakat. Suatu malam, dalam sebuah pesta di kantor, Maya bertemu dengan teman lamanya, Mia, yang terkenal sebagai penggila pesta dan pecinta kebebasan.
Maya bercerita kepada Mia tentang perasaannya terhadap Raka, namun juga kekhawatirannya tentang tekanan yang dirasakannya untuk memiliki hubungan serius. Mia, yang dikenal bebas dan tidak terikat pada konvensi sosial, memberikan saran kepada Maya untuk pura-pura cinta. Mia mengatakan bahwa Maya bisa mengikuti aliran dan menjalani hubungan dengan Raka, namun tidak perlu terburu-buru dalam mengambil keputusan yang serius.
Maya akhirnya mengikuti saran Mia dan memutuskan untuk bermain pura-pura cinta dengan Raka. Ia mulai bertindak seperti pasangan yang serius, menghabiskan waktu lebih banyak bersama Raka, dan berbicara tentang masa depan bersamanya. Raka, yang juga merasa terpesona oleh Maya, merasa senang dan bersemangat.
Namun, seiring berjalannya waktu, Maya semakin terjebak dalam perannya. Ia merasa bersalah dan bingung, karena sebenarnya perasaannya terhadap Raka tidak sepenuhnya palsu, namun ia masih merasa belum siap untuk berkomitmen. Maya mulai merasa terjebak dalam kebohongan yang ia ciptakan, dan ia merasa semakin sulit untuk mempertahankannya.
Suatu hari, Raka mengajak Maya untuk bertemu dengan keluarganya. Maya merasa panik, karena ia tahu bahwa ia tidak bisa mempertahankan pura-pura cintanya lebih lama lagi. Ia merasa tidak bisa terus mempermainkan perasaan Raka dan keluarganya, dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia sebenarnya tidak siap untuk hubungan serius.
Maya memutuskan untuk berbicara jujur kepada Raka. Ia mengungkapkan bahwa perasaannya terhadapnya sebenarnya ada, namun ia belum siap untuk berkomitmen pada saat ini.
Raka awalnya merasa terkejut dan kecewa mendengar pengakuan Maya. Ia merasa bingung karena selama ini ia percaya bahwa Maya juga merasakan hal yang sama dengannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Raka mulai memahami keputusan Maya dan menghormati pilihan yang diambilnya.
Maya merasa lega setelah berbicara jujur kepada Raka. Meskipun awalnya sulit, ia merasa bahwa kejujuran adalah hal yang terbaik untuk dilakukan. Maya merasa bahwa ia tidak perlu lagi berpura-pura cinta dan menghadapi konsekuensi dari tindakan yang diambilnya.
Meskipun demikian, hubungan antara Maya dan Raka tidak terputus begitu saja. Keduanya tetap berteman dan berbicara satu sama lain. Maya merasa bersyukur karena Raka bisa memahami keputusannya dan masih bersedia berteman dengannya. Raka juga menghormati keputusan Maya dan tidak memaksanya untuk menjadi dalam hubungan yang ia tidak siap.
Dengan dukungan dari teman-teman dan keluarganya, Maya mulai menjalani hidupnya dengan lebih bebas dan tanpa tekanan dari ekspektasi masyarakat. Ia fokus pada karirnya, menjalani hobi-hobinya, dan mengejar impian pribadinya tanpa merasa terikat oleh konvensi sosial.