"Hai. Boleh masuk?"
Seorang laki-laki yang sedang mengetik di komputer terkejut melihat perempuan muncul di pintu ruangannya yang setengah terbuka.
Pertanyaan perempuan itu disambut sunyi. Tidak kunjung mendapat jawaban, perempuan tersebut kembali bertanya. "Ah! Aku ganggu istirahat kamu, ya?" sambil melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.
Melihat reaksi itu, laki-laki tersebut pun segera membukakan pintu, "Tidak mengganggu. Silakan masuk."
Perempuan itu melihat sekitar. Tampak terkesan. Matanya lalu berlabuh pada sebuah papan nama bertuliskan 'Azzam Taksa Putra Adyatama—ketua OSIS'
Sunyi lagi. Sunyi yang lebih mencekam, atau tepatnya mencekik, seketika memberangus keduanya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Azzam si ketua OSIS—tiba-tiba memecah sunyi.
"Nama gue ... eh ... maksudnya, nama saya Sherlly. Saya datang ke sini atas perintah Ibu Made."
"Jadi, kamu yang direkomendasikan Bu Made untuk membatu mempersiapkan acara tahunan sekolah. Divisi seni musik?"
Sherlly mengangguk, matanya memperhatikan wajah laki-laki di depannya. "Iya."
Mengetahui dirinya sedang diperhatikan, Azzam hanya memandang lurus ke komputer—sudah terbiasa dengan perhatian seperti ini dari perempuan.
Azzam berdehem, "Bisa minta tolong. Coba kamu jelaskan, konsep seperti apa yang ingin kamu buat?"
Mendadak kerongkongan Sherlly seperti tercekat. Sherlly berpikir keras. Betul kata orang-orang, lelaki di depannya ini memiliki aura yang sangat kuat. pikirannya seketika buyar, tidak tahu harus berkata apa.
Azzam menoleh. Memandang heran ke arah Sherlly. "Santai aja."
Dua kata sederhana yang keluar dari mulut Azzam mampu membuat wajah Sherlly merah padam.
Sherlly berpikir sejenak. "Konsep yang ingin saya buat adalah menciptakan suasana kebersamaan. Kalau biasanya pertunjukan musik dilakukan beberapa kelompok murid saja ... itu pun hanya yang minat. Tahun ini saya ingin membuat semua murid ikut berpartisipasi," Sherlly langsung duduk tegak dan menjelaskan dengan semangat.
Azzam berpikir sejenak. "Hmm, semua murid berpartisipasi?"
"Iya. Kira-kira, seperti itulah penjelasannya secara umum."
"Oke. Untuk lebih detailnya bisa kamu presentasikan pada rapat besok, sepulang sekolah di auditorium."
Kedua mata Sherlly terbuka. "Rapat besok?"
Azzam menganggukkan kepala.
"Presentasi?"
Azzam mengangguk lagi. "Bisa, kan?"
"Bisa banget!" seru Sherlly mantap.
"Oh, ya, presentasinya menggunakan PowerPoint. Jangan lupa."
"Hah ... PowerPo—"
Tok ... tok ... tok ...
Terdengar pintu diketuk dari luar. Sebuah kepala menyembul dari baliknya.
"Zam, lu dipanggil kepsek. Disuruh ke ruangannya sekarang." kata Brandon, salah satu anggota OSIS.
"Gue beres-beres dulu, lima menit lagi gue ke sana." kata Azzam sambil mematikan komputer dan merapikan dokumen yang berantakan di mejanya.
Dengan perasaan bingung Sherlly memandangi kegiatan Azzam dari tempatnya. "Mmm ... Azzam, kalau begitu saya pamit, ya."
"Iya. Besok jangan lupa." sahut Azzam tanpa menoleh ke arah Sherlly, karena masih fokus dengan apa yang ia kerjakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kontradiktif dan Ironis
Fiksi RemajaBanyak dari kita menghabiskan seluruh hidup kita di dalam gelembung yang sama. Mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang berbagi pendapat, berbicara seperti kita berbicara, dan melihat penampilan kita. Hal tersebut justru membuat kita takut me...