💌¹ | Hujan Pantas di Benci

3 0 0
                                    

Pada saat itu,hujan turun dengan deras.Aku melihatmu yang tengah berjalan menuju sekolah dengan seorang perempuan,dibawah payung yang dipakai bersama.Aku sudah tahu,bahwa dia adalah kekasihmu.

Yang paling menyedihkan dari itu semua adalah perasaanku.Perasaan sukaku padamu.

Aku iri pada perempuan yang tertawa disampingmu dengan bebasnya.Iri karena aku hanya dapat melihat punggungmu dari jauh.Bahkan hanya untuk sekedar menyapa aku pikir aku tak sanggup.

Kalau kupikir-pikir...sejak kapan perasaan ini mulai tumbuh?padamu yang bahkan tak mengenalku.

Padahal aku tahu segalanya tentangmu.Warna apa yang kau sukai,apa makanan favoritmu,apa film kesukaanmu.Ah..tunggu,aku bukan seorang penguntit!aku hanya gemar memperhatikanmu...tidak sama bukan?

Kalau saja pada waktu itu aku tau,bahwa penyebab kematianmu adalah karena dia,aku akan mencegah takdir kalian unutuk bertemu.Aku akan memberanikan diri untuk lebih dekat denganmu.Kalau saja...waktu bisa kuputar kembali.

"Ngelamun lagi?" aku sedikit tersentak saat mendengar suara itu.Dia Elmaya,sahabat yang juga menjadi teman kantorku saat ini.

Aku tersenyum tipis saat Elmaya mengambil alih kursi kosong disebrang meja kantin yang sudah sepi.Mengikuti arah pandangku yang melihat keluar jendela dengan tatapan sendu.

"Mikirin dia lagi ya?"

Aku hanya mengangguk tipis sebagai jawaban,lalu menenggak habis sisa kopi pada gelasku.Kali ini sudah tertebak apa yang akan ia bicarakan..pasti tentang-

"Aku punya kenalan,kakak kelasku waktu sd,sekarang dia sukses banget,ganteng lagi!mau....kenalan ga?"

Yah,Elmaya sering sekali tiba-tiba jadi Mak comblang seperti ini.Sudah berkali-kali aku menurutinya untuk ikut kencan buta kesana kemari.Tak ada satupun yang berhasil,semuanya kacau. Usaha Elmaya terbilang sia-sia. Aku masih menutup rapat diriku.

"Ngga mau,kenalanmu aneh-aneh"

Elmaya meringis seraya menggaruk sisi kepalanya,kebiasaan.

"Ngga kok,kali ini beneran waras,emang belum beruntung aja itu kamunya" elaknya dengan wajah tak merasa bersalah.

"Kenapa ngga kamu aja yang pacaran sama dia?"

Kulihat mata Elmaya yang semula masih menatap keluar jendela,melotot kearahku seraya memperlihatkan layar ponselnya.

"Kamu gila ya?aku kan udah punya Jendra!"

Aku tertawa seraya mengangguk-angguk tahu. Jendra,teman kelasku pada masa SMA dulu,yah..aku tak menyangka hubungan mereka akan sampai ke jenjang pernikahan seperti ini.

"lagian kenapa sih kamu ngebet banget pengen aku punya pacar?aku tuh udah nyaman sendiri"

Elmaya menggebrak meja dengan semangat "nah! itu masalahnya! kamu tuh udah terlalu nyaman sendiri!! kamu ini udah 28 tahun loh,udah waktunya buat cari pendamping hidup"

Menyebalkan sebenarnya,sebab wanita dihadapanku ini sudah mengatakan hal itu berulang kali.

"Males ah"jawabku singkat yang makin membuatnya berapi-api.

"Males apa sih?! pokoknya dateng ke cafe di jalan Samudra sabtu besok,harus ya! yang ini beneran waras kok! dah..aku mau balik keruangan"

Ya,pada akhirnya aku terpaksa datang pada pertemuan yang sudah sahabatku atur,lagi dan lagi. Mengenal orang baru tak ada salahnya sih. Lagipula,aku ingin sembuh dari luka ini,aku memang tak berniat untuk mengingatnya seumur hidupku.

-

Sabtu di akhir pekan..seharusnya aku pergi ke supermarket untuk belanja minggu ini. Tapi Maya merusak segalanya.

Dear First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang