Chapter 2

191 15 2
                                    


Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa Vote dan Komen
(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

Pagi harinya Matahari tampak masih malu-malu untuk muncul dan memancarkan sinarnya yang begitu indah untuk di pandang seperti melihat dia yang lagi tersenyum bercanda, seorang anak kecil yang masih terlelap dalam tidurnya perlahan mulai menggeliat karena sinar matahari yang begitu terangnya dan sedikit mengganggu penglihatannya, Alvaro yang sudah mulai membuka matanya  untuk menyesuaikan penglihatan.

Setelah bangun dari tidurnya Alvaro menuju ke kamar mandi umum di dekat sana, sehabis mandi Alvaro menuju rumah pak Dodit untuk mengambil koran yang akan di jual kan, setelah dari situ Alvaro pun menuju lampu merah.

Saat menunggu di trotoar seorang pria menghampiri Alvaro dan berkata.

"Ikutlah bersamaku" kata pria tersebut dengan nada dingin

"Kemana paman tempat tinggal ku disini dan lagi pula aku tidak mengenal paman" ucap alvaro dengan nada sedikit ketakutan dan juga takut akan kejadian sekitar 6 bulan lalu.

Fyi, sekitar 6 bulan yang lalu saat ia masih tinggal di sekitar jembatan tempat anak-anak lain yang mengalami nasib yang sama seperti dia tapi dengan kasus yang berbeda ia hampir di culik oleh preman yang suka mengambil uang hasil mereka ngamen, karena Alvaro tidak mau memberi uang tersebut ia hampir diculik dan di siksa oleh preman tersebut dan bahkan lebih parahnya setelah berhasil kabur dari preman itu Alvaro mendengar beberapa orang yang berkata bahwa preman itu ternyata suka melecehkan anak kecil apalagi dia tidak pandang bulu mau itu perempuan ataupun laki-laki, Alvaro pun bersyukur karena bisa melarikan diri.

Back to topik

Pria yang menghampiri Alvaro pun membuka kacamata nya dan Alvaro pun mulai memicingkan matanya dengan dahi yang sedikit berkerut jangan lupakan bibir yang maju beberapa centi dan pipi yang menggembung lucu tapi sial nya ekspresi tersebut membuat pria yang menatap Alvaro  pun harus menahan diri untuk  tidak menggigit pipi Alvaro dan memasukkan karung untuk di bawa pulang, beberapa menit kemudian Alvaro pun bisa mengingat siapa pria di hadapannya.

"Bukan kah paman orang yang kemarin membeli semua koran yang Varo jual?" tanya Alvaro dengan ekspresi lucu.

"Ya"

"Lalu paman mau mengajakku kemana? "tanya alvaro dengan ekspresi yang masih sama.

"Tidak usah tanya dan ayo aku tidak punya waktu banyak"jawab pria itu dengan nada yang sama dari awal.

"Maaf paman aku tidak bisa, lagipula kita juga baru kenal satu sama lain" jawab Alvaro dengan nada sedikit ketakutan.

Pria tersebut pun merasa geram karena baru pertama kali perintah nya di tolak oleh seseorang dan lebih parahnya orang tersebut adalah anak kecil, tapi dia masih punya hati untuk tidak membuat Alvaro terluka, karena Alvaro tidak sabar saat pria itu mengkode bawahan nya untuk menyuntikan cairan bius agar anak tersebut bisa langsung di bawa, setelah drama penolakan dan perbiusan selesai  Alvaro pun di bawa menuju mension pria tersebut.

                                     (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

Sampai mension si pria Alvaro pun di mandikan serta di ganti baju dengan merek brand terkenal oleh maid yang berada di sana setelah selesai maid tersebut pun turun untuk menyiapkan menu makanan yang akan di makan oleh keluarga majikannya dengan maid lainnya.

ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang