Pria berpostur tinggi memakai setelan putih dengan rambut panjang warna galaksi itu berdiri di hadapannya. Zora melangkah mundur perlahan. Akan tetapi, pria misterius itu terus saja maju perlahan. Senyumannya tampak berbahaya di mata Zora.
"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda. Apakah Anda mengenal Gloria Stellard?"
Zora merasa terkejut bukan main. Ia sempat menduga bahwa orang ini mengincar nyawanya. Seperti yang dikatakan oleh Tuan Fredikson. Tapi, bagaimana bisa orang ini menanyakan tentang istrinya?
"Apa urusanmu dengan mendiang istriku?" tanya Zora curiga.
Pria itu tertawa kecil sambil menutup mulut. Simpul rambutnya yang meliuk-liuk itu tampak mengkilat bak galaksi yang sedang bergerak.
"Oh, ternyata Anda suaminya! Maaf kalau saya lancang, tiba-tiba menanyakan tentang istri Anda. Padahal kita baru pertama kali bertemu."
Pria berjas putih itu menggerakkan jemari tangan kanannya yang tertutup sarung tangan putih. Muncul hologram dari telapak tangan dan kemudian memindai seluruh tubuh Zora. Selesai memindai, ia terlihat sedang menekan sesuatu di telapak tangan. Semacam perangkat pintar rahasia.
"Sudah saya duga. Anda adalah Zora Stellard." Pria berpenampilan serba putih itu tersenyum.
Mendengar hal itu, Zora seketika menelan ludah. Keringat di dahi bercucuran. Sekujur tubuhnya terasa gemetar. Hendak melangkahkan kaki pun terasa berat. Kalau sanggup, ia ingin segera kabur dari gang sempit ini.
Bayangan kematian Tuan Fredikson dan beberapa anggota rekannya masih muncul dalam pikiran.
"Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Tapi sepertinya, ini bukan tempat yang tepat." Si pria putih menatap sekeliling. Hanya ada dinding berwarna pasir yang senada dengan kontur tanahnya. Memang bukan tempat yang layak untuk membicarakan sesuatu.
Zora masih bergeming. Matanya tak lepas dari sosok serba putih ini. Bahkan si pria besar serba hitam yang diduga sang bodyguard malah diabaikan. Tanpa sadar, si pria besar serba hitam sudah berada di belakangnya dan menepuk sebelah pundaknya. Hal itu membuat Zora tersentak.
"Ekspresimu sungguh tidak menyenangkan," ujar si pria besar kepada Zora, "bagaimana kalau kita paksa saja, Tuan Cruze?"
"Tahan dulu, Kawan! Kita harus menyambut tamu kita dengan ramah," jawab si serba putih lembut.
Si serba putih membalikkan badan. Tiba-tiba muncul sebuah portal dengan pemandangan galaksi abstrak. Mungkin ini seperti kejadian yang Zora lihat semalam.
Akhirnya Zora angkat bicara. "Apa hal penting yang ingin kau bicarakan denganku?"
Si serba putih berbalik kembali dan meunjukkan seringainya. Sabuknya terlihat menyala. Begitu pula portal yang menyambut untuk dimasuki.
"Pertanyaan yang bagus." Senyumannya sungguh misterius. "Jika Anda bersedia ikut dengan kami, maka saya akan memberitahukan semua tentang rahasia istri Anda."
"Tidak." Entah mengapa, Zora langsung menolak permintaan itu.
"Cepat sekali membuat keputusan." Si serba putih yang dipanggil 'Tuan Cruze' itu mengurut dagu. "Atau jangan-jangan, Anda sudah tahu tentang pesan terkenkripsi itu?" tebak Cruze, lalu terdiam sejenak.
Tiba-tiba, seseorang datang. "Hei, Zora! Apa yang kaulakukan di si- ...?" Orang itu langsung terkejut begitu melihat si pria besar serba hitam, si serba putih, dan portal yang masih terbuka tak jauh dari Zora berdiri.
Tak ingin membuang kesempatan ini, Zora langsung berlari sekuat tenaga. Si pria besar pun mengejar. Bahkan ia harus sesekali menabrak orang-orang yang lalu-lalang di sepanjang jalan. Zora terus berlari tanpa henti. Selain memikirkan keselamatan diri sendiri, ia juga memikirkan tentang anak-anaknya. Zora juga ingat pesan terakhir yang diucapkan Tuan Fredikson.
Percayalah padaku, Zora! Kau harus pergi bersama anak-anakmu.
Tak lama kemudian, Zora tiba di sebuah tempat kerumunan. Tempat ini mirip stadion dengan tribun gua-gua batu yang berlapis-lapis. Bukan hanya manusia, seluruh ras yang berada di planet ini turut hadir memeriahkan acara tersebut. Masing-masing ada yang berperan sebagai penonton. Ada juga yang berperan sebagai peserta dengan kendaraan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.
Zora baru ingat bahwa hari ini adalah perayaan Festival Balap Expire.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST MESSAGE FROM STELLARD
Science FictionKasus pembunuhan yang melibatkan para ahli mekanik pesawat luar angkasa di planet Expire membuat Zora Stellard merasa terancam. Ia memutuskan untuk pindah ke planet Transpire bersama dua orang anaknya, Galileo dan Riana. Namun, tiba-tiba Zora pergi...