Ch. 4: Membangun Kafe Kembali.

32 10 82
                                    

"LAGIAN, ORANG bodoh mana yang ngide membangun kafe di tepi tebing begini?" tanyaku sembari bersedekap dan mengentak-entakkan kaki kanan.

Tsuna, Ace, dan Mery sontak menatap Cae, sedangkan yang merasa ditatap menggulir bola matanya.

"Orang bodohnya itu aku, kenapa?"

"Dan apa alasanmu ngide membangun kafe di tepi tebing?"

"Sepi. Biar enggak banyak pelanggan."

Jawaban Cae membuatku menepuk kening. "Yang benar saja! Kalian membangun kafe, tapi enggak ingin banyak pelanggan?" tanyaku enggak habis pikir.

"Sebenarnya, cuma Cae yang enggak ingin," timpal Ace.

"Tsuna sih, penginnya kafe ramai pelanggan!"

"Aku juga ...."

"Oh, ayolah. Apa kalian enggak berpikir, kalau kafe kita ramai pelanggan, bagaimana cara kita melayani pesanan 'spesial' pelanggan kalau kita sendiri hanya berlima?"

Semuanya, kecuali aku terdiam. Bahkan Clouchi yang sedari tadi terbang ke sana kemari pun mendadak berhenti dan menatap Cae.

"Maksudmu? Pesanan 'spesial' apa?" Aku menatap Cae, meminta penjelasan.

Bukannya menjawab, dia malah bertukar pandang dengan yang lainnya.

"Caerris ...." Ace memanggil nama Cae dengan penuh penekanan sembari bersedekap.

"Ya, ya, salahku." Cae berdecak, lantas mengalihkan pandangan padaku. "Kau tahu, kan, tujuan kami adalah untuk mengumpulkan 'lux'?"

Aku mengangguk.

"Ya sudah, it—"

Plang!

Tsuna tiba-tiba memukul kepala Cae dengan skateboard yang entah muncul dari mana.

"HEI!" Cae meringis sambil melotot ke arah Tsuna. Sepertinya lelaki otaku gim satu ini lebih banyak berekspresi jika berurusan dengan Tsuna, ya.

"Cae bodoh. Jelaskan yang benar." Tsuna balas memelototi Cae, sementara lelaki itu memutar bola mata.

"Oke, oke." Cae meletakkan nintendo-nya di atas paha. "Jadi, tujuan kami memang untuk mengumpulkan 'lux'. Caranya adalah dengan melayani menu 'spesial' yang dipesan pelanggan. Menu 'spesial' ini hanya untuk orang-orang tertentu yang memiliki permasalahan pelik. Namun, pelanggan yang memesan menu ini enggak perlu membayar dengan uang, melainkan dengan 'lux'. Sedangkan 'lux' sendiri didapat dari kebahagiaan dan rasa puas dari makhluk hidup, terutama manusia. Mengerti?"

Otakku mencoba memproses penjelasan panjang lebar dari Cae. Aku sudah cukup mengerti garis besarnya, tapi yang bikin aku kesal adalah, kenapa mereka enggak memberi tahuku dengan jelas—yang benar-benar jelas—tugasku apa sejak awal? Lagian, kenapa 'Chisa' menyetujui untuk membantu mereka jika dia—maksudku, aku—saja enggak mengerti apa yang sebenarnya harus dia lakukan?

"Oke, aku mengerti. Tapi kenapa kalian enggak mengatakan padaku sejak awal?"

"Kupikir kau mengetahuinya dari Clouchi."

Clouchi membalas perkataan Cae dengan gelengan. "Un, un, bukankah kalian yang seharusnya menjelaskan pada Chisa?"

Ace menepuk kepala Cae dengan tangan kanannya yang besar. "Ini kesalahan kami, termasuk anak ini, yang tidak memberi tahumu dengan jelas. Maafkan kami."

Setelah berkata demikian, Ace membungkukkan kepala dan badannya, begitu juga Mery. Kepala Cae yang berada dalam genggaman Ace juga ikut membungkuk, meski terlihat jelas rautnya amat kesal. Sedangkan Tsuna? Gadis mungil itu enggak memperhatikan obrolan kami lagi dan malah asyik bermain dengan kupu-kupu.

Cafe de LateraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang