#2 Menatap kekosongan

66 18 4
                                    

Kafe libur, sengaja diliburkan karena Sunwoo. Dia mendadak ada urusan penting yang mengharuskannya untuk pergi ke luar kota. Awalnya kafe akan buka seperti biasa, tapi Sunwoo mengancam jika kafe tetap buka selama dia pergi ke luar kota maka dia akan mogok bekerja. Han dan Seungmin tidak mungkin membiarkannya bukan? Sedikit mereka akui bahwa jika urusan kafe dilakukan berdua saja tanpa Sunwoo akan terasa lebih berat.

Jadi disinilah mereka, duduk berdua di dermaga menikmati senja yang sebentar lagi menghilang ditelan lautan. Keduanya hanya diam memandangi lautan dan menikmati semilir angin laut.

"Pada akhirnya Sunwoo berhasil membujuk kita ya." Seungmin memecah keheningan, menatap langit yang berwarna oranye. Benar, Sunwoo berhasil membujuk mereka berdua untuk tidak membuka kafe. Harus menunggunya pulang dahulu jika ingin membuka kafe.

"Benar, dia selalu memiliki banyak cara agar kita menurut." Han merogoh kantong baju miliknya. Menemukan sebuah foto yang telah usang.

"Orang tua itu memang benar-benar ya, eh kau masih menyimpannya?" Seungmin langsung melihat foto yang dibawa oleh Han.

Itu foto terakhir Han dan Minho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu foto terakhir Han dan Minho. Saat itu mereka berdua sedang berkencan di pasar malam dan menemukan stand photobooth. Tidak disangka lima hari setelahnya Minho pergi meninggalkan Han.

"Pastinya masih ku simpan. Kenang-kenangan terakhir yang masih bisa ku lihat." Han tersenyum simpul, jarinya mengusap debu yang ada pada potret Minho.

"Bagaimana denganmu? Jika kau rindu dengan Bangchan, apa yang kau lakukan?" Han menatap Seungmin, dia penasaran bagaimana Seungmin jika merindukan kekasihnya.

"Tidak ada. Aku sudah merelakannya." Seungmin menjawab dengan tenang.

"Eyyy. Tidak perlu berbohong untuk terlihat tegar. Tidak masalah jika kau belum merelakannya, wajar saja. Kekasih pertama memang yang paling membekas." Han mengusap pelan punggung Seungmin.

"Tidak, aku harus merelakannya agar dia tenang." Seungmin membuang pandangannya. Ia tak lagi menatap lagi ke arah lautan.

Fakta yang tidak bisa ditepis oleh keduanya adalah kekasih mereka berdua yang sama-sama meninggal. Bangchan meninggal tiga tahun yang lalu, sedangkan Minho setahun setelahnya. Dengan kondisi yang sama, mobil yang mereka kendarai keluar jalur dan menabrak pembatas tebing hingga terjun ke lautan. Anehnya jasad mereka berdua tidak pernah ditemukan, laut benar-benar menyembunyikan jasad mereka berdua.

"Andai aku bisa setegar dirimu, mungkin aku akan mudah merelakannya." Han termenung.

"Tidak apa-apa jika belum bisa merelakannya, suatu saat kau akan terbiasa." Sekarang gantian Seungmin yang mengusap punggung Han.

Hening beberapa saat melanda mereka berdua, tidak ada percakapan diantara keduanya karena mereka berdua juga sama-sama merenungi masa lalu. Hingga secara tiba-tiba suara Seungmin memecah keheningan.

"Ah, tenggorokanku kering. Aku ingin membeli air mineral, sebentar ya." Han mengangguk dan Seungmin pergi meninggalkannya.

Pikirannya berkecamuk, dia masih terbayang-bayang bagaimana kejadian waktu itu. Dia masih mengingat jelas bahwa Sunwoo berlari dan menggedor pintu rumahnya tengah malam saat Minho kecelakaan. Sirine polisi dimana-mana, Han terkena serangan panik. Chaos adalah kata yang menggambarkan kehidupan Han saat itu.

Seminggu kemudian Tim SAR dan pihak kepolisian memutuskan untuk memberhentikan pencarian Minho, dunia milik Han seakan berhenti. Minho dianggap telah meninggal. Tangisnya meraung-raung mendengar pernyataan dari pihak berwajib, bahkan baik Sunwoo maupun Seungmin tidak berani mendekat karena Han benar-benar seperti orang gila. Kejiwaannya bahkan sempat terganggu dan baru bisa sembuh beberapa bulan kemudian. Ingatannya begitu segar akan kejadian saat itu.

Lamunannya terhenti ketika bising ombak yang menubruk batuan karang menyapa pendengarannya. Kemudian ia mendongak, merekam detik-detik mentari tenggelam di ingatannya.

Namun dalam sepersekian detik fokusnya teralihkan. Ada seseorang yang tengah duduk membelakanginya di batu karang besar. Batunya tidak begitu jauh dari dermaga. Sontak Han berdiri.

Orang yang duduk di atas batu karang itu merupakan seorang laki-laki. Tidak mengenakan baju bagian atas dan tubuhnya begitu atletis. Rambutnya ungu berkilauan, persis seperti rambut Minho dulu.

Han begitu fokus mengamati laki-laki itu, dia tidak berkedip. Hingga saat laki-laki itu menolehkan kepalanya, nafas Han tercekat. Figur laki-laki itu. Tubuh atletis, rambut ungu berkilauan, hidung bangir, rahang yang tegas. Han mengenalnya, dia begitu mengenal figur laki-laki itu.

Laki-laki itu adalah Minho.

Itu adalah Minho-nya. Minho kekasihnya yang menghilang sejak dua tahun yang lalu. Kekasih yang teramat dicintainya, kekasih yang begitu ia sayangi.

Maka tanpa berpikir panjang, Han berlari dari dermaga. Ia hendak menghampiri Minho, ia harus membawa Minho pulang. Minho sudah ada di depan matanya, Minho harus pulang. Pulang ke pelukannya. Dia siap melompat ke laut untuk menggapai Minho.

'grab'

"Han! Jangan gila! Kau mau melakukan apa hah?!" Seungmin menarik lengannya, padahal ia hampir bisa menggapai Minho kembali. Tangannya berusaha melepaskan cengkraman Seungmin di lengannya.

"Lepas! Seungmin lepas!" Han menarik jari Seungmin yang melingkar di lengannya, Seungmin berusaha untuk tetap mencekal tangan Han.

"Kau memikirkan apa Han?! Jangan gila! Kau mau menyusul Minho?! Aku tau kau belum merelakannya, tapi tolong coba berpikir rasional!" Seungmin membentak Han, dia menyeret Han dari ujung dermaga ke pinggir pantai.

"Kau tidak mengerti Seungmin! Kau tidak mengerti! Aku mau menjemput Minho, dia sudah kembali! Dia akan pulang! Minho akan pulang bersamaku!" Han menjawabnya dengan histeris, dia masih terus berusaha melepaskan cekalan tangan Seungmin. Seungmin tidak mengerti, Minho telah kembali. Minho kembali untuk pulang bersamanya, Minho akan kembali ke pelukan hangatnya.

"Han, tolong! Minho sudah tidak ada. Minho sudah meninggal! Dia tidak ada disini, kau hanya berhalusinasi! Itu tidak nyata!" Seungmin masih menaikkan nadanya, dia masih panik ketika melihat temannya hendak terjun ke laut.

"Ada! Minho masih ada! Dia ada di batu karang disana, aku melihatnya. Dia menunggu untuk ku jemput sekarang juga!" Han berbalik menunjukan batu karang yang dimaksud, namun disana hanyalah batu karang kosong.

"Dimana? Tidak ada. Sekarang pulang Han!" Seungmin benar-benar menarik Han dengan kencang, dia membawa Han pulang ke rumahnya.

"T-tidak! Minho masih disana, dia pasti masih disana. Dia mungkin bersembunyi. A-ayo kembali kita periksa. Seungmin! Ayo kesana!"

>>> #3 Malam kelabu

Yeux Violets [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang