Kembali Bertemu

1.4K 16 1
                                    

Keesokan harinya aku tetap berusaha menghubungi Jessica Tetapi Dia tetap tidak mau menerima telponku. Begitu pula hari esok dan lusa tetap tidak menghubungiku. Aku sendiri merasa sangat sedih dan mempengaruhi performaku di tempat kerjaku. Beberapa kali atasanku menegurku karena pekerjaanku berantakan.

Seminggu setelah insiden tersebut tiba-tiba Jessica mengirimkan pesan WA padaku meminta kami bertemu di apartemenku dengan syarat ia ingin melihatku sebagai Tiffany. Aku agak kaget mengetahui permintaannya. Tapi tidak butuh waktu lama aku langsung menyetujuinya. Aku ingin tetap menjadi tunangannya dan siap melakukan apapun untuk menyelamatkan hubungan kami. Aku mempersiapkan kedatangannya justru dengan berdandan secantik mungkin. Aku pikir kepalang tanggung, sekalian aku inggin memperlihatkan betapa cantiknya Tiffany tak kalah dengan kecantikan Jessica.

Aku sengaja minta ijin tidak masuk kerja di hari kedatangannya dan mempersiapkan diri dengan lebih mendetil. Dari pagi sampai sore hari aku mempersiapkan diriku bahkan aku menyiapkan hidangan yang romantis sebagai wujud keinginanku untuk kembali dengannya. Sore hari seusai jam kerja Jessica mengirimkan pesan memberitahukan bahwa Dia sudah dalam perjalanan menuju ke tempatku. Aku sudah siap menyambutnya dengan jantung agak berdebar. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku tentang apa yang akan terjadi. Tiba-tiba.....

"Ding" bell pintu apartemenku berbunyi.

Dengan sedikit menghela nafas karena tegang aku membuka pintu menyambut Jessica. Inilah pertama kali Jessica akan bertemu dengan Tiffany. Saat aku membuka pintu aku melihat wajah cantik Jessica dan sudah tidak terlihat kemarahan di wajahnya. Aku agak sedikit lega, tapi saat aku ingin mengecup pipinya Jessica tetap menghindar. Dia langsung duduk di sofa dan menjulurkan tangannya.

"Namaku Jessica, nama kamu siapa?" tanyanya.

"A...aku Tiff...any " Aku menjawab sambil agak ragu menerima uluran tangannya.

Jessica kemudian berdiri dan melihat penampilanku dengan lebih seksama. Ia mengitariku sambil memperhatikan pakaianku. Saat itu aku mengenakan mini dress warna merah, yang meperlihatkan lekuk tubuh dan kaki jenjangku. Saat menatap wajahku ia terlihat mengamati dengan lebih seksama.

"Coba pejamkan mata kamu." Ia memintaku menutup mataku.

Aku menuruti dan dapat merasakan bahwa ia sedang mengamati makeup-ku lebih seksama.

"Wow, Tiffany ternyata cantik juga ya." Ia berkata sambil agak tersenyum. Aku merasa sangat lega mendengar nada suaranya dan membalas senyumannya.

"Jess, aku minta maaf karena nggak jujur dengan kamu dari awal." Aku berusaha memperbaiki hubungan dengan mengajukan permintaan maaf kepadanya.

Jessica tidak menjawab malah langsung berdiri, "Aku lapar nih makan yuk."

"Aku sudah siapin koq Jess." Aku langsung berjalan menuju ruang makan.

"Nggak mau aku mau kita makan keluar."

"Oh ya udah aku ganti baju dulu."

"Jangan. Aku mau kamu keluar dengan aku sebagai Tiffany."

"Hah?!...." aku terkejut mendengan permintaannya. Seakan sedang bermimpi...Walaupun aku sudah cukup sering keluar sebagai Tiffany tapi tetap ada perasaan tidak aman ,canggung dan takut. Apalagi kini aku pergi sebagai Tiffany bersama dengan Jessica.

Jessica mengetahui kebingunganku tapi tetap berkeras ingin pergi makan di luar denganku sebagai Tiffany. Akhirnya aku menyetujui dan kita pergi makan keluar. Selama perjalanan Jessica menyetir mobil tanpa banyak bertanya. Bahkan sampai kami menyantap hidangan Dia mengalihkan obrolan ke topik yang enak tanpa menghakimiku. Aku merasa agak lebih lega dan mengira bahwa ia sudah memaafkanku. Dalam perjalanan pulang aku dan Jessica sudah bisa agak saling tersenyum dan tertawa.

Sesampainya kami di apartemenku Jessica mengajukan pertanyaan yang lebih serius, " kamu sebenarnya lebih nyaman tampil sebagai Tian atau Tiffany? Aku sama sekali tidak mempersiapkan diri menerima pertanyaan ini darinya. Aku benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan itu dan Jessica mengetahui bahwa aku tidak bisa melepaskan Tiffany dari dalam diiriku. Tiba-tiba ia mencium bibirku dengan penuh nafsu. Ia menciumi bibirku dan tangannya mulai meraba badanku sambil menyingkap mini dressku. Saat tangannya mencapai putingku ia mulai meraba dan mengelusnya sambil ciumannya terus menyerang bibirku.

Jika sebelumnya saat kami berhubungan sexual aku yang lebih aktif menciumi dan "menyerang"-nya, kali ini Dia yang berbalik lebih berkesan dominan. Ia membaringkan diriku di sofa dan terus menciumi bibirku sambil tangannya membelai puting, pinggang dan pahaku. Sungguh aku tidak menyangka ia akan bertindak seperti ini.

"Jes.... s....sss sebentar....." aku berusaha menahan gejolak hasratnya tapi ia justru makin bernafsu dan mulai juga melepas pakaiannya sampai akhirnya kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam kami.

"Ssst......diam......" katanya sambil terus menciumi dan merabaku, "pasrah saja....."

Aku hanya terbaring merasakan ia mulai merangsang diriku dengan menciumi serta menghisap putingku sambil tangannya meraba pahaku. Aku mulai merasa geli dan hanya bisa mendesah serta menggelinjang kenikmatan.

Jessica kemudian mulai melucuti bra dan panties-ku sementara aku melepas pakaian dalamnya sehingga kami benar-benar tanpa busana selembarpun. Ia merenggangkan kakiku dan sambil terus menciumiku ia menjepit penisku di antara kedua pahanya. Sesaat kemudian ia menggerakkan pinggulnya naik turun sambil terus menjepit penisku di antara kedua pahanya. Jika ada orang yang melihat kami saat itu pasti orang itu akan berpikir bahwa aku yang sedang disetubuhi oleh Jessica dan bukan sebaliknya.

Aku makin merasakan penisku sangat menegang tetapi saat aku ingin membalas menciumi Jessica Dia menghindar dan tetap menghendaki Dia yang mencumbuku dan bukan sebaliknya. DIa begitu dominan sambil memegangi tanganku dan terus menggerakkan pinggulnya di atasku sementara kakiku justru dalam posisi mengangkang. Semakin cepat.....dan cepat sampai aku akhirnya memuntahkan spermaku di pahanya, tapi ia masih belum berhenti dan seperti mempercepat gerakannya kali ini dengan menggesekkan vagina-nya ke pinggulku. Jessica mempercepat gerakan pinggulnya dan memejamkan mata menikmati sensasi yang ditimbulkan oleh gesekan pinggulku di vaginanya. Nafasnya mulai memburu dan gerakannya makin cepat sampai.......ia mencapai klimaks....... dan mendesah kencangggg berulang "Awhhhhh ohhhhh.....Awhhh....sssshhhhhh "

Aku tidak pernah melihat ia begitu bernafsu dan bertindak seperti ini. Tapi aku juga menikmati kebersamaan kita ini. Kami berdua tergeletak kelelahan di ruang duduk apartemenku, dan sejak saat itu semuanya berubah.

Sejak saat itu Jessica sedikit demi sedikit menjadi makin dominan dalam hubungan kita berdua. Ia menginginkanku lebih banyak tampil sebagai Tiffany tiap ada kesempatan. Dia bahkan memilihkan pakaian dan gaun serta dandanan yang ia ingin untuk aku kenakan.

Tiga bulan menjelang pernikahan kami Dia bahkan mulai mengatur agar aku minum pil hormon wanita seperti Premarin dan Estradiol serta menambahkan Testosterone Blocker agar produksi hormon pria-ku terhambat. Awalnya tidak ada tanda-tanda berarti dalam fisikku tapi setelah 2 bulan aku mulai merasakan adanya benjolan di dadaku dan pinggulku agak membesar. Akupun harus menggunakan chest binder agar menahan tonjolan di dadaku.



Menjadi TiffanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang