"Kak? Bangun, udah pagi. Adeknya tolong bangunin ya."
Itu suara Olla—Mama Alea terdengar hingga ke dalam kamar. Sang pemilik kamar yang tak lain adalah Alea mulai mengerjapkan matanya. Menarik kembali nyawanya yang sedang asik berjelajah di alam mimpi.
"Ya, Ma," jawabnya sedikit keras.
Alea bangkit dari tidurnya, Ia sandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Tangannya meraih gelas di nakas sebelah kanannya, lantas meminum air yang ada didalamnya.
Setelah nyawanya terkumpul, Ia bangkit dan berjalan keluar kamar. Tujuan pertamanya adalah kamar adik pertamanya yang terletak tepat di depan kamarnya. Ia ketuk pintunya, lantas masuk ke dalam.
"Bang Eja, bangun. Udah pagi," ucapnya seraya menepuk bahu sang adik.
Namanya Alvaro Intezar, namun kerap disapa Eja. Karena Ia memiliki seorang adik, kini namanya mendapat imbuhan kata "Abang" awalnya Ia ingin dipanggil Kakak, tapi jika seperti itu akan sulit membedakan panggilan untuk Alea dan Eja.
Eja membuka sebelah matanya. Ia lirik seseorang yang membangunkannya.
"Pagi Kak," sapanya.
"Ya pagi. Ayo bangun, telat kamu nanti."
Tak menjawab laki-laki itu hanya mengangkat jempol tangannya. Namun ditepis oleh Alea. Ia menarik tangan adiknya untuk duduk.
"Adh, buset. Sabar kak," gerutu Eja.
"Melek makanya, masuk jam berapa kamu?"
"Ini jam berapa emang?"
"Ditanya malah balik nanya," cibir Alea.
"Masuk kayak biasanya," jawab Eja pada akhirnya.
"Pagi kan berarti, bangun ayo."
"Udah nih. Udah melek," ucap Eja dengan mata terbuka sedikit lebar.
Melihat respon sang adik, Alea lantas beralih ke kamar sebelahnya. Membangunkan adik bungsunya meski tubuhnya tak nampak seperti bungsu.
Ia ketuk kamar sebelah milik Eja dan masuk kedalam.
"Dey, bangun."
Tak ada jawaban dari empunya.
"Deey. Bangun ayoo."
"Hmm," sahut sang pemilik nama tetap dengan mata terpejam.
Tak ada cara lain. Salah satu cara paling ampuh untuk membangunkan si bungsu dengan memeluknya. Dey atau Alvero Adelard merupakan manusia yang tidak suka disentuh. Jadi saat ia disentuh atau lebih tepatnya di peluk, Ia akan berontak dan ketika tidur tentu akan bangun.
Alea naik ke ranjang milik Dey. Ia baringkan tubuhnya di samping sang adik. Tanpa basa basi Ia rengkuh tubuh Dey, memeluknya dengan erat.
Seperti mendapat sinyal bahaya, Dey sontak membuka matanya. Matanya mencari oknum yang sedang memeluk dirinya.
"Kaaak," rengeknya.
"Kamu sih nggak bangun bangun," ujar Alea seraya melepas pelukannya.
"Ini udah bangun kok," jawabnya dengan mata belum terbuka sempurna.
"Kalau udah bangun tuh duduk, beraktivitas nggak cuman goleran."
Dey lantas mendudukkan dirinya, mulutnya menguap menandakan bahwa Ia masih mengantuk. Matanya hanya terbuka sebelah yang tentu membuat Alea geleng geleng kepala.
"Melek gak? Mentang-mentang masuk siangan," cibir Alea yang tak mendapat respon apapun dari sang empu.
Alea memilih turun ke lantai dasar dimana mamanya berada. Tak langsung menuju dapur yang merupakan kandang sang mama, perempuan itu justru berkeliling rumah tanpa memiliki tujuan pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E N A P
Teen Fiction/genap/ penuh ; utuh ; lengkap Alea Anindira Daniela Anak pertama yang berteman dengan dua manusia berbeda. Anak tunggal dan anak terakhir merupakan temannya. Ia bisa memahami bagaimana menjadi anak tunggal juga memahami bagaimana menjadi anak terak...