Dey tengah asik menyantap makan siangnya di ruang tengah. Mamanya yang melihat Dey duduk sendiri segera menghampirinya.
"Kakak mana?" tanyanya.
Dey menoleh, "Loh? Emang belum turun?" jawabnya balik bertanya.
Olla menggeleng sebagai jawaban.
"Habis makan aku ke atas deh," putusnya.
"Iya tolong ya, tumben banget kakak kayak gini," ujar Olla kemudian.
Setelah menyelesaikan makan siangnya, Dey segera menuju lantai dua di mana kamar kakaknya berada.
Ia ketuk pintu kamar kakaknya sambil memanggil sang pemilik kamar. Entah kakaknya tidur atau suaranya kurang keras karena tak kunjung ada sahutan dari dalam kamar.
"Kak, boleh masuk nggak?" ucapnya lagi dengan suara yang lebih keras.
"Masuk Dey," sahut Lea dari dalam kamar dengan suara kecil.
Dey lantas membuka pintu kamar kakaknya dan masuk ke dalam. Tak lupa Ia tutup kembali pintu tersebut.
Terlihat Alea sangat berantakan di atas ranjang. Yang Dey tangkap dari wajah kakaknya adalah sembab? Oh, muka setelah menangis.
"Kakak kenapa?" tanyanya sedikit panik.
"Hah? Kenapa?"
"Kakak habis nangis ya?" tembaknya kemudian.
"Enggak, sotoy kenapa sih."
"Bohong. Matanya keliatan."
Lea hanya tersenyum kecil. Seberantakan itu kah wajahnya? Sampai adik kecilnya menyadari bahwa dirinya habis menangis.
"Keluar, makan dulu," ucap Dey.
Lea menggeleng di tempatnya.
"Jalan jalan deh kita, cari makan di luar. Lagi pengen apa?" tawar Dey kemudian.
"Nggak pengen ap---
"Ice cream?"
"MAU, hehe" sahut Lea dengan semangat.
"Ayo makanya, kakak siap-siap. Aku panasin mobil dulu, nggak papa kan bawa mobil? Panas soalnya."
"Bebas Dey," jawab Lea dengan kekehan.
"Oke deh, aku tunggu di bawah," pamit Dey lantas keluar dari kamar Lea.
Lea segera bersiap agar adik kecilnya tidak terlalu lama menunggu. Ia sedikit memoles wajahnya agar terlihat tidak terlalu berantakan.
10 menit waktu yang diperlukan Lea untuk bersiap. Kini dirinya telah masuk ke dalam mobil yang Dey kendarai. Ia hanya duduk di kursi samping kemudi dan membiarkan Dey membawanya.
Ia sangat menikmati perjalanan ini. Dey sengaja melajukan mobil dengan kecepatan sedang cenderung lambat. Entah apa yang membuat kakaknya seperti ini yang penting Ia sudah berusaha menghiburnya.
"Mau ice cream mana?" tanya Dey kala lampu lalu lintas berwarna merah.
"Bebas, tapi yang ada donatnya hehe," jawab Lea dengan cengiran di akhir kalimatnya.
"Oke boleh. Meluncur," ujar Dey kala lampu telah berubah hijau.
"Ini yakin nggak cari nasi?" lanjut Dey.
"Yakin. Oiya ntar makan disana aja ya Dey," jawab Lea.
"Oke siap."
[] [] []
Jihan tengah merapikan barang-barangnya. Ia bersiap untuk pulang, beberapa temannya juga telah meninggalkan sekolah.
Sejauh mata memandang yang dapat Jihan temukan hanya siswa dengan kaos panitia, tandanya hanya sedikit siswa biasa sepertinya yang masih berada di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E N A P
Roman pour Adolescents/genap/ penuh ; utuh ; lengkap Alea Anindira Daniela Anak pertama yang berteman dengan dua manusia berbeda. Anak tunggal dan anak terakhir merupakan temannya. Ia bisa memahami bagaimana menjadi anak tunggal juga memahami bagaimana menjadi anak terak...