Aria terbangun dari tidurnya yang pendek di pagi hari. Ia memijat kepala dan menggosok matanya untuk melawan rasa kantuk yang masih menghinggapinya. Di sebelahnya, ayahnya, Joko, sudah bangun dan sedang menyeruput minuman keras dari botol.
"Ayo bangun, Aria. Kamu harus pergi mencari makanan," kata Joko dengan suara kasarnya.
Aria merasa letih dan takut, tapi ia segera bangkit dan mulai merapikan tempat tidurnya. Kemudian, ia memakai pakaian kotor yang sudah disiapkan Joko untuknya. Ia lalu keluar dari kamarnya dan melangkah ke ruang tamu.
Di ruang tamu, Joko sudah menunggunya sambil merokok. Ia melirik Aria dengan tatapan sinisnya, membuat Aria merasa tidak nyaman.
"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?" tanya Joko.
Aria mengangguk pelan. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Sejak ibunya meninggal beberapa tahun lalu, Aria harus membantu ayahnya mencari nafkah. Namun, pekerjaan itu sangat berat dan berbahaya. Kota kecil di mana mereka tinggal dipenuhi dengan para penjahat dan perampok.
Aria melangkah keluar dari rumah dan menuju pasar terdekat. Di sepanjang jalan, ia melihat banyak orang yang sibuk melakukan pekerjaannya masing-masing. Ada tukang roti yang sedang menyiapkan roti untuk dijual, tukang sayur yang sedang menjual sayuran segar, dan pedagang baju yang sedang menggantungkan pakaian di etalase.
Saat sampai di pasar, Aria langsung mencari tempat yang cocok untuk mencari makanan. Ia melihat beberapa penjual yang menawarkan makanan, tapi harganya terlalu mahal untuk kantongnya yang pas-pasan. Ia lalu berjalan lebih jauh dan menemukan seorang pedagang kecil yang menawarkan makanan dengan harga yang lebih terjangkau.
Aria lalu membeli beberapa makanan dan membungkusnya dalam kantong. Ia lalu berjalan kembali ke rumahnya. Namun, saat melintasi sebuah gang yang gelap dan sepi, ia tiba-tiba merasa seperti diikuti.
Aria mulai berjalan lebih cepat, tapi ia terjatuh dan makanan yang dibawanya jatuh dan berserakan di tanah. Saat mencoba bangkit, ia melihat sekelompok penjahat yang berjalan mendekatinya.
"Kami akan mengambil semua yang kamu miliki, bocah," kata salah satu dari mereka.
Aria merasa ketakutan. Ia berusaha mempertahankan makanannya, tapi salah satu penjahat menyerangnya dan membuatnya terjatuh lagi.
Saat Aria sudah merasa hampir menyerah, ia merasakan sebuah kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya. Ia kemudian melihat tangan kanannya yang sudah berubah menjadi bola api. tak percaya pada awalnya, namun ia segera menyadari bahwa ia telah berhasil menguasai teknik sihir api yang diajarkan oleh Wati.
Aria merasa begitu senang dan bersemangat. Dia merasa seperti telah menemukan tujuannya di dunia. Setelah berbulan-bulan hidup dalam ketakutan dan keputusasaan, ia merasa seperti hidupnya kembali diberikan arti.
Dengan kekuatan barunya, Aria segera melompat dari pohon dan berlari ke arah rumahnya. Saat ia sampai di sana, ia melihat ayahnya sedang duduk di teras, mabuk dan mengeluh tentang sesuatu.
"Apa yang kamu inginkan, Aria?" tanya ayahnya dengan nada yang kasar.
Aria mengambil nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tidak takut. "Saya ingin menjadi bagian dari Klan Ember, ayah," jawabnya dengan tegas.
Ayahnya tertawa garing. "Kau? Seorang perempuan? Tidak ada tempat untukmu di sini."
Namun, Aria tidak mau menyerah begitu saja. Dia menatap ayahnya dengan tekad yang kuat. "Saya telah belajar sihir dan saya bisa membantu Klan Ember melindungi wilayah ini dari ancaman luar. Berikan saya kesempatan untuk membuktikan diri."
Ayahnya terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum sinis. "Baiklah, saya akan memberimu kesempatan. Tapi jika kamu gagal, jangan harap ada tempat untukmu di sini lagi."
Dengan izin ayahnya, Aria segera mulai melatih kekuatan barunya. Ia melatih teknik sihir api setiap malam dan semakin hari semakin terampil. Ia menghabiskan berjam-jam berlatih dan menemukan cara untuk mengendalikan kekuatan sihirnya dengan lebih baik.
Tidak lama kemudian, sebuah berita buruk datang ke kota kecil tersebut. Sebuah pasukan monster telah menyerang wilayah sekitarnya, dan warga desa dihantui oleh ketakutan dan kepanikan. Klan Ember segera berkumpul dan memutuskan untuk melawan monster tersebut.
Aria, dengan kekuatan sihir barunya, memimpin Klan Ember dalam pertempuran. Ia mengendalikan bola api dengan keahlian yang luar biasa dan menghancurkan monster-monster tersebut dengan mudah. Klan Ember berhasil mengusir monster-monster tersebut dan melindungi warga desa dari bahaya.
Setelah pertempuran berakhir, ayah Aria akhirnya memberikan pengakuan padanya. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam melindungi wilayah Klan Ember dan memberikan penghormatan padanya sebagai anggota resmi Klan Ember.
Aria merasa begitu bahagia. Dia akhirnya telah diterima oleh keluarganya dan diberikan tempat yang layak di Klan Ember. Dalam hatinya, dia tahu bahwa ia telah menemukan tempatnya di dunia dan ia siap untuk menghadapi setiap tantangan yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossing through darkness with magic
FantasíaAria hidup dalam keluarga yang konservatif dan sangat menghargai tradisi. Keluarganya berasal dari sebuah klan yang terkenal di dunia sihir dan dihormati oleh banyak orang. Namun, di balik reputasi itu, keluarganya sangat patriarkal dan tidak meneri...