Episode 3: Mengatasi Penghalang Sihir

2 0 0
                                    

Setelah beberapa minggu berlalu, Aria semakin terampil dalam mengendalikan sihirnya. Ia telah belajar berbagai macam teknik sihir dari Wati, termasuk teknik proyeksi api.

Pada hari itu, Aria kembali ke ruang pelajaran dan siap untuk belajar teknik proyeksi api yang lebih canggih. Wati sudah menunggunya di sana dengan buku-buku sihir terbuka di atas meja.

Wati memberi salam pada Aria dan kemudian memperkenalkan teknik proyeksi api yang lebih canggih. Teknik ini membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih banyak energi sihir, jadi Aria diminta untuk bersiap-siap.

"Untuk memulai, Aria, konsentrasikan energi sihirmu dan bayangkan api yang keluar dari tanganmu. Rasakan energi sihirmu mengalir melalui tanganmu dan keluar sebagai api. Fokuskan pikiranmu pada api itu, dan pikirkan di mana kamu ingin meletakkannya," kata Wati.

Aria mengikuti instruksi Wati dengan cermat. Ia mengalihkan perhatiannya pada tangannya dan merasakan energi sihirnya mengalir. Kemudian ia memvisualisasikan api keluar dari tangannya, dan merasakan kehangatan api tersebut.

"Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?" tanya Aria.

"Proyeksikan api itu ke arah targetmu. Bayangkan api tersebut menuju tempat yang kamu inginkan dan berhenti di sana," jawab Wati.

Aria mengikuti instruksi Wati dan memvisualisasikan api menuju targetnya. Ia merasakan energi sihirnya mengalir lebih cepat, dan kemudian api tersebut melesat keluar dari tangannya dan menuju target yang ia inginkan.

Api tersebut melayang di udara selama beberapa detik sebelum akhirnya mencapai targetnya. Aria merasa terkejut dan senang dengan keberhasilannya.

"Impresif, Aria! Kamu semakin terampil dalam mengendalikan sihirmu," puji Wati.

Aria merasa senang dengan pujian Wati, tapi ia juga merasa sedikit lelah setelah melatih teknik proyeksi api tersebut. Ia memutuskan untuk duduk dan beristirahat sebentar.

Setelah beberapa menit beristirahat, Aria merasa siap untuk melanjutkan latihan. Wati memberitahu Aria bahwa latihan selanjutnya adalah dengan memproyeksikan api dalam jumlah yang lebih besar.

"Untuk teknik ini, kamu harus bisa memproyeksikan lebih banyak api dan menempatkannya pada titik yang lebih jauh," kata Wati.

Aria mengangguk mengerti dan kemudian mulai memusatkan energi sihirnya. Ia membayangkan api dalam jumlah yang lebih besar keluar dari tangannya, dan kemudian memproyeksikannya ke titik yang lebih jauh.

Setelah beberapa kali mencoba, Aria merasa semakin terampil dalam teknik proyeksi api tersebut. Ia dapat memproyeksikan api dalam jumlah yang lebih besar.

Ketika latihan hari itu selesai, Aria merasa kelelahan, tapi juga senang dengan kemajuan yang telah dicapainya. Ia kembali ke kamar kosnya dengan perasaan gembira, sambil terus memikirkan latihan sihirnya tadi.

Namun, ketika ia masuk ke dalam kamarnya, Aria merasa ada yang tidak beres. Ia merasakan kehadiran yang aneh, seolah-olah ada seseorang di sana dengan dirinya.

Aria mencoba untuk menghilangkan perasaan itu dengan mengalihkan perhatiannya pada buku-buku sihirnya. Namun, ketika ia mengangkat buku itu dari meja, buku itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.

Saat Aria mencoba mengambil buku itu, ia melihat bayangan yang tidak terlihat di pojok kamar. Ia mulai merasa takut dan memanggil nama Wati.

"Tidak ada yang bisa membantumu sekarang, Aria," kata suara yang aneh dari sudut kamar.

Aria merasa sangat takut. Ia berusaha untuk menemukan sumber suara itu, tapi tidak dapat menemukannya. Ia mencoba mengeluarkan sihirnya, tapi sepertinya sihirnya tidak bisa keluar.

Aria mulai memohon pertolongan pada Dewi Matahari, Dewi yang ia pilih sebagai pelindungnya. Ia menutup matanya dan berdoa dengan penuh keyakinan dan kepercayaan.

Setelah beberapa saat, Aria membuka mata dan merasa ada sesuatu yang berbeda di kamarnya. Ia melihat sosok yang berdiri di depannya, seorang wanita cantik dengan sepasang sayap di punggungnya.

"Salam, Aria," kata wanita itu dengan suara lembut.

"Apa... siapa kamu?" tanya Aria dengan gemetar.

"Aku adalah Dewi Matahari, pelindungmu. Aku datang untuk membantumu," jawab wanita itu.

Aria merasa lega dan menangis bahagia. Ia merasa bahwa Dewi Matahari benar-benar mendengar doanya dan datang untuk membantunya.

Dewi Matahari mengambil tangan Aria dan memimpinnya ke arah bayangan yang misterius. Saat mereka mendekat, Aria merasa semakin takut.

Namun, saat mereka sampai di tempat itu, Dewi Matahari menunjuk pada sesuatu di dinding. Aria melihat sebuah lambang sihir yang terukir di atas dinding.

"Inilah sumber masalahmu, Aria. Ada seseorang yang mencoba memasuki rumahmu dan menempelkan lambang sihir ini di sini. Lambang itu menghalangi kamu untuk mengeluarkan sihirmu," kata Dewi Matahari.

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Aria.

"Kamu harus menghilangkan lambang sihir itu. Ini akan membebaskanmu dari penghalang sihirmu," kata Dewi Matahari.

Dewi Matahari memberikan petunjuk pada Aria tentang bagaimana cara menghilangkan lambang sihir itu. Aria mencoba mengikuti petunjuk itu, tapi ia masih merasa takut.

"Aku akan selalu bersamamu" 

Aria merasa lega ketika mendengar kata-kata Dewi Matahari. Ia merasa lebih tenang dan percaya diri karena tahu bahwa ada sosok yang selalu mendampinginya dalam menghadapi segala macam hal.

"Aku akan selalu bersamamu," ujar Dewi Matahari lagi.

Aria tersenyum. Ia merasa terhibur dan merasa seperti memiliki teman baru yang selalu dapat diandalkan. Ia menatap Dewi Matahari dan bertanya, "Bagaimana cara saya bisa memanggilmu kapan saja jika aku butuh bantuan?"

Dewi Matahari menjawab, "Kamu bisa memanggilku dengan memanggil namaku dalam hatimu. Aku selalu mendengarmu dan siap membantumu kapan saja kamu membutuhkanku."

Aria merasa sedikit bingung. Ia belum pernah mencoba memanggil seseorang hanya dengan memanggil namanya dalam hati. Namun, ia mencoba mengingat-ingat nama Dewi Matahari dan berusaha untuk memanggilnya dalam hati.

Tiba-tiba, ia merasakan kehangatan dalam hatinya. Ia merasa seperti ada seseorang yang mendengarkan setiap kata-katanya. Ia merasa seperti ada sosok yang selalu mendampinginya, bahkan ketika ia berada dalam kesulitan.

"Aku akan selalu bersamamu," ujar Aria dalam hatinya.

Dewi Matahari tersenyum dan berkata, "Aku selalu ada untukmu, Aria."

Aria merasa lega dan berterima kasih atas bantuan Dewi Matahari. Ia merasa lebih yakin dan percaya diri dalam menghadapi segala macam hal.

Setelah menerima bantuan dari Dewi Matahari, Aria berusaha untuk menghilangkan lambang sihir yang menempel di dinding rumahnya. Ia mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Dewi Matahari dan mencoba untuk memusatkan pikirannya.

Setelah beberapa saat mencoba, Aria merasa energi sihirnya terkuras habis. Ia merasa lelah dan kecewa karena gagal menghilangkan lambang sihir itu.

Dewi Matahari merasa khawatir melihat Aria yang kelelahan. Ia merasa sedih melihat Aria yang gagal menghilangkan lambang sihir itu.

"Aku tahu kamu bisa melakukannya, Aria. Kamu hanya perlu lebih banyak latihan dan percaya pada kemampuanmu," kata Dewi Matahari.

Aria merasa sedikit terhibur mendengar kata-kata Dewi Matahari. Ia merasa terdorong untuk mencoba lagi dan lebih giat berlatih untuk mengendalikan sihirnya.

Beberapa hari kemudian, Aria kembali berlatih dengan giat di bawah bimbingan Dewi Matahari. Ia mencoba untuk memperkuat kemampuan sihirnya dan menghilangkan lambang sihir yang menempel di dinding rumahnya.

Setelah berlatih selama beberapa hari, Aria merasa kemampuan sihirnya semakin kuat. Ia merasa lebih yakin dan percaya diri dalam mengendalikan sihirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crossing through darkness with magicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang