05 › when he talked to him about treatment.

502 65 8
                                    

Damian sampai dirumah tepat pukul setengah sepuluh malam bersamaan dengan sebuah mobil yang juga masuk ke dalam garasi, diparkir tepat disebelah motornya dengan jarak dua meter.

ketika melepas helm, Damian melihat Demian keluar dari mobil tersebut dengan tampang datar. Ah, Damian lagi-lagi tidak akan terkejut jika adik kembarnya itu pulang larut alias sudah seperti rutinitasnya dan lagi Damian juga tau kemana adik kembarnya itu pergi sampai selarut ini.

Damian meletakan helmnya dimeja pojok garasi. Ketika ia hendak memasuki pintu rumah yang terhubung, ia berbalik melihat Demian yang masih berdiri disamping mobil pemuda itu. Damian mengrenyit heran ketika bersitatap dengan adik kembarnya itu, "ada apa?" pertanyaannya tampak membuat Demian tersentak dan membuang pandangan dari Damian.

"apa kamu tidak mau masuk rumah, Na?" tanya Damian lagi sebab melihat adik kembarnya itu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, bahkan pintu mobil pun belum ditutup olehnya.

Demian berdehem lalu menutup pintu mobilnya sebelum berjalan mendekati sang kakak yang berdiri diambang pintu rumah, "terima kasih." ujarnya pelan namun masih bisa didengar Damian.

"untuk apa?"

"saran yang lo bilang kemarin-kemarin tentang kalau mau dia lebih terbuka sama gue maka gue harus introspeksi kesalahan gue yang bikin dia nutup diri dan kaku sama gue."

"lalu? dia bagaimana?"

"dia sebel tapi gue udah minta maaf, Dam."

Damian mengangguk paham dan masih menatap Demian, "dia memaafkan kamu?"

"gak tau." balas Demian dengan tampang lesu dan pasrah dihadapan Damian setelah beberapa tahun terakhir selalu memperlihatkan tampang cuek dan acuh.

"be patient, ya? dia butuh waktu lebih untuk membiasakan diri dengan perubahan kamu, Dem."

"Is it true that after a month or two it's still not used to me?"

Damian menepuk bahu Demian guna menyemangati adik kembarnya itu, "aku sudah bilang dari dulu untuk jangan meledek dia kan? I know your jokes sound cute, but you don't know if it sounds sweet to him or not."

"hm, lo bener." Yang dikatakan Damian itu masuk akal dan Demian baru sadar sekarang, "he is still short and looks like a bocil, cute." celetuknya membuat Damian tertawa.

"mungkin kalau kamu mengatakan seperti itu tepat dihadapannya, dia akan langsung memukul kamu."

Demian tau itu, "gak masalah daripada gue didiemin." dan caranya untuk menarik perhatian sosok Narey memang berbeda.

"kamu dipukul lalu dia mendiamkan kamu, that's a double kill."

"gak jadi, siapa juga yang mau coba kayak gitu." decak Demian meskipun dirinya ingin sekali mencoba trik itu, "Dam."

Damian mengangkat alisnya, "hm?"

"terlepas jauh dari sebelum pertunangan. Jujur, gue emang udah naksir dia sih." ungkap Demian tanpa beban dihadapan pemuda yang jelas-jelas ia ketahui lebih dekat dengan tunangannya.

"that's good, kamu tinggal membuat dia berbalik menyukaimu." Damian melempar senyum yang membuat Demian termenung sesaat.

"Dam."

"kenapa?" balas Damian yang masih senantiasa berdiri ditempatnya dan menjawabi ujaran Demian yang sepertinya masih belum selesai atau habis. Tak apa, lagipula jarang-jarang juga Demian berbicara panjang lebar dengannya seperti sekarang meskipun topiknya adalah seorang pemuda bernama Rasha Delnarey.

"how do you treat him?"

Damian tertegun, bahkan nafas pemuda itu sempat tercekat karena pertanyaan Demian dan hal itu menyebabkan keheningan selama beberapa saat sebelum Damian berdehem untuk menghentikan keheningan yang terjadi, "kamu harus memperlakukan dia dengan cara kamu sendiri, Dem. Bukan apa, aku hanya tidak dia merasa deja vu. I don't want when he's with you to think he's with me because of the treatmentㅡ"

Treat You (onhold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang