🍁RENCANA (1)

30 6 4
                                    

Di sini ada satu kisah
Cerita tentang anak manusia
Menantang hidup, hidup bersama
Mencoba menggali makna cinta

Tetes air mata
Mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita
Tak akan berhenti mengejar matahari

~~~~~~~~Mengejar Matahari~~~~~~~
[ Keisya Levronka Ft. Andi Rianto

"Simon!!"
Seorang pria melambaikan tangannya pada papa.

Papa yang sedari tadi di balkon membaca sebuah lembar koran berita, menoleh ke arah sumber suara itu. Setelah melihatnya Papa tersenyum lebar, ia segera menaruh selembar koran itu dan turun dari balkon.

Pria itu masih setia menunggu di luar gerbang rumah Papa, saling melambaikan tangan dan tersenyum lebar.

"Buka gerbangnya!"

Segera salah satu pelayan membukakan pintu gerbang rumah Papa. Dan setelah pintu gerbang terbuka pria itu melangkahkan kakinya diikuti oleh dua kereta kuda (andong) di belakangnya. Papa sedikit berlari mendekati pria itu, Papa segera memeluknya sangat erat. Mereka berpelukan cukup lama.

"Hahaha Simon! Kau tidak banyak berubah rupanya. Bagaimana kabarmu kawan? "

"Hahaha...kabar kami baik Ed, ngomong-ngomong kau juga tidak banyak berubah, kau masih setampan dulu sewaktu kita masih muda! "

"Jangan salah, aku memang masih muda! Haha! "

Papa melepaskan pelukannya dan kembali berjalan bersama pria itu yang ternyata dan bukan lain adalah kawan lama papa. Mereka saling merangkul satu sama lain sembari berbicara.

Aku melihatnya dari jendela kamarku.

Aku perhatikan pria itu baik-baik,
Berambut pirang,
Berhidung mancung,
Tinggi badannya sama dengan papa.
Ia mengenakan pakaian khas bangsawan sebangsa Papa. Tak lupa ia juga memgenakan topi di kepalanya. Sudah kupastikan, pria itu pasti dari kalangan kelas sosial tertinggi. Pria itu jelas orang Netherlands.

"Simon kau tahu, saat perjalanan kemari yang terus aku pikirkan hanya jamuan apa yang akan kau berikan padaku hari ini, Hahaha! "

"Apa? Jadi kau kemari bukan untuk bertemu dengan kawan lamamu ini, tapi untuk jamuan yang akan kuberikan kepadamu. Begitu? "

Pria itu menghentikan tawanya melihat ekspresi Papa yang datar.
Mereka saling pandang untuk beberapa detik, kemudian pria itu kembali tertawa.

"HAHAHA! Sungguh..kau tidak lucu sama sekali untuk mengecohku. Ekspresimu saat ini mengingatkanku pada anjing peliharaan bibiku saat kita masih remaja Simon. Haish aku masih ingat kau dan anjing bibiku saling berebut bola dan akhirnya bibi datang dan mengambil bola itu dari gigitan anjingnya. Dan kau tahu ekspresi anjing bibiku saat itu? Ya ekspresinya seperti sekarang kau memandangku, HaHa! "

"Menurutmu itu lucu?"

"eee~"

Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat topi di kepalanya sedikit bergerak maju dan mundur.

EMMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang