🍁Rencana (2)

46 6 10
                                    

Di sini ada satu kisah
Cerita tentang anak manusia
Menantang hidup, hidup bersama
Mencoba menggali makna cinta

Tetes air mata
Mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita
Tak akan berhenti mengejar matahari

~•~•~•~•~Memgejar Matahari~•~•~•~•~
[ Keisya Levronka Ft. Andi Rianto]


" Simon, kedua putrimu sangat cantik."

Tanpa menoleh ke arah wanita itu papa membalasnya dengan senyuman.

" Terima kasih, Nena. Kau sudah melihat kedua putriku?"

" Ya, aku melihatnya di teras rumahmu Simon. Mereka melihatku dari balik jendela kamar mereka. Mereka sangat manis dan cantik. "

Wanita itu sedikit tertawa memperlihatkan gigi dan kedua lesung pipinya.

" Kadang kepribadian mereka mirip sekali dengan mendiang istriku, Ainur. "

Wanita itu sedikit mengerutkan kedua keningnya. Papa berhenti melangkah dan menoleh ke arah bingkai foto pernikahannya dengan mama, yang berada di ruang tamu, tepat dimana papa dan wanita itu berdiri sekarang.

Wanita itu pun menoleh ke arah bingkai foto yang berada di tengah ruang tamu. Menatap foto hitam putih itu dengan seksama.

"Simon, apakah wanita manis itu adalah mendiang istrimu? "

Papa menganggukkan kepalanya.

"Simon.. "

Tanpa menoleh ke arah papa, wanita itu melangkahkan kakinya mendekati bingkai foto pernikahan papa dan mama yang cukup besar. Wanita itu menyentuhnya dengan telapak tangan kanannya, lebih tepatnya ia menyentuh foto mama yang berada di sebelah kiri papa di dalam bingkai foto pernikahan papa dan mama.

Wanita itu menatap foto mama yang sedikit tersenyum, mama yang mengenakan pakaian pernikahan khas Belanda berwarna putih, tatanan rambutnya yang disanggul ke arah belakang dan terdapat rangkaian bunga disekitar surai hitam mama.
Tanpa mengalihkan pandangannya wanita itu kembali tersenyum menatap bingkai foto pernikahan papa dan mama.

"Simon, kau jahat sekali. "

Kini papa mengerutkan kedua keningnya menatap wanita itu. 'Apa maksudnya?'

"Aku? Jahat? "

Wanita itu mengangguk dan menatap papa yang berdiri tidak jauh dari tempat wanita itu berdiri sekarang.

" Ya, kau jahat Simon. Bisa-bisanya kau menikahi Ainur yang masih berusia delapan belas tahun. Sebelum aku kembali ke Netherland bukankah aku sudah memperingatimu untuk menjauhi Ainur?hmm? Aku menyuruhmu untuk menjauhinya tapi kau malah menikahinya Simon, Hah"

Papa sedikit menyunggingkan senyumannya dan berdeham.

"Khem. Maaf kan aku Nena, kau tahu bukan untuk mendapatkannya aku sampai rela menempuh perjalanan berkilo-kilo meter jauhnya. Hanya untuk meminta restu kepada kakeknya dan aku menikahinya karena memang aku mencintainya."

EMMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang