Sabrina Ayu Wulandari

17 2 1
                                    

Sabrina Ayu Wulandari, atau akrab di panggil Bina.
Gadis yang memiliki paras ayu ini, adalah mahasiswi semester lima fashion design.

Hampir semua mahasiswa mengenalnya karena dia juga salah satu anggota penting di BEM.
Tak hanya itu dia bahkan mendapat julukan Ice princes. Sifatnya yang dingin, wajahnya terkesan cuek dan kurang ramah pada siapa saja yang tidak dekat dengannya.

Padahal Bina adalah gadis yang memiliki senyum manis dan cantik. Siapa saja pasti akan terpaku ketika melihat senyum indahnya.

Hanya orang tertentu yang bisa mendapatkan senyum darinya.
Seperti, keluarganya atau teman dekatnya.

Ayah Bina atau biasa di panggil abah, adalah orang Yogyakarta, Sedangkan ibunya asli bandung.

Bina, gadis yang lahir di Yogyakarta dan besar di sana. Setelah lulus SMA ia dan keluarga pindah ke Jakarta, karena abah pindah tugas sebagai dosen disana.
Ibunya merintis usaha cake dan roti, yang kini sudah berkembang.

Keluarga Bina terdiri dari Abah, Ibu, kakak lelaki dan adik perempuan.

Ganesa Leksmana Abimanyu, biasa di panggil aa' Nesa, dia dua tahun lebih tua dari Bina.
Anak lelaki satu satunya dalam keluarga, tinggi, tampan, penyabar, baik, dan sayang dengan keluarga.

Dekat dengan keluarga terutama sang ibu, apapun akan ia ceritakan kepada sang ibu.
Tidak ada hari yang ia lewatkan, sekedar bercengkrama dengan sang ibu.

Jika Bina itu cuek, maka Nesa kebalikannya.
Dia baik, ramah, tegas, murah senyum dan hampir tidak pernah meninggikan suara.

Idaman para ibu ibu kompleks kalau kata pak RT.

Entah sudah berapa orang yang meminta ibunya Bina menjadi besan.
Tapi Nesa belum ingin menikah, dengan alasan belum ada yang cocok dengannya.

Nesa adalah panutan, dan pelindung bagi keluarganya. Dia sosok kakak yamg pekerja keras, penyayang, dia juga tegas terhadap adik adiknya, apalagi menyangkut pendidikan.

Mari tinggalkan kedua kakak ini dan kita kenalan dengan adik Bina, sekaligus bungsu di keluarganya.

Adinda Denaya Wulansari, biasa di panggil Naya. Bucinnya Cimoy alias kucing tercinta. Satu satunya anabul yang ada di rumah.

Kucing oren yang tidak sengaja ia temukan di parkiran sekolah. Merasa lucu dan gemas, Naya memutuskan untuk merawatnya.

Naya seperti sinar mentari di kelurganya. Sifatnya yang ceria, tengil, usil, kadang pecicilan menimbulkan gelak tawa bagi siapapun yang dekat denganya.
Bestienya satpam komplek karena sering main gaplek sama catur tiap malem minggu.

Naya sosok gadis yang sedikit tomboy, ia menyukai olahraga terutama basket. Bahkan sekarang, ia adalah kapten basket di sekolahnya.

Di banding kedua kakaknya, bisa di bilang Naya adalah gadis yang berani dan sedikit nakal. Nakal dalam artian sewajarnya sebagai remaja. Selalu ada saja tingkahnya yang membuat Bina ngomel dan pusing.

Meski sedikit nakal, Naya tidak pernah lupa kewajibannya sebagai siswa. Ia giat belajar, membanggakan keluarga adalah tujuannya. Naya di kenal sebagai anak yang aktif di kegiatan sosial, berpresatasi dalam bidang akademik maupun non akademik.

Bina juga mengakui dan bangga dengan si bungsu, yang selalu menjadi garda terdepan ketika siapun berani mengusik keluarganya.

Meski memiliki keadaan ekonomi yang bisa di bilang cukup, namun mereka tinggal di rumah sederhana. Rumah teras satu lantai, yang terdapat halaman kecil dengan berbagai jenis bunga, milik Bina.

Kolam ikan kecil milik Naya, dan dua kursi di teras rumah tempat favorit Abah dan Nesa ketika sore hari. Memandangi jalanan depan rumah sambil minum dan makan cemilan buatan Ibu.

Rumah sederhana yang di isi dengan canda tawa, dan kehangatan bagi siapun yang masuk kedalamnya.

🐈🐈

"Weh, enak kali pagi pagi udah di apelin ya, ku cariin malah mojok".

Ibu ibu yang tadinya sedang sibuk belanja, atensinya tertuju pada Naya.
Naya berdiri depan pagar sambil ngomel ngomel.
Mereka yang melihat pun ikut tersenyum  melihat tingkah laku bungsunya bu Risma.

"Naya itu tiap hari ada aja tingkahnya, terus anaknya juga lucu".

"Yah gitu lah bu, anaknya teh nteu bisa diem".

Setelah membayar belanjaan ibu pamit dulu dengan yang lain.
Senyum tercetak di bibir manisnya, melihat Naya jongkok di depan pagar mengawasi kegiatan dua kucing di depannya.

Tak lama Naya berdiri dengan Cimoy dalam gendongannya.

"Kau masih kicik mau pacar pacaran" omel Naya.

"Kenapa atuh dek ngomel wae". tegur ibu.

"Lihat nih bu, Cimoy udah pinter pacaran, entah jantan mana yang dateng ngapel pagi pagi gini". heran Naya.

Ibu dan Naya masuk rumah bersama. Di halaman terlihat Bina yang sedang menanam bunga mawar, pemberian dari tetangga kemarin sore, sedangakan Nesa sedang mencuci mobil.
Abah sedang duduk di teras, membaca koran di temani secangkir kopi.

Bina sedang menata bunga di sekitar kolam, tidak sengaja ia melihat ikan hias milik sang adik yang mengambang.

"Dek ikanmu mati". ucapnya

"Ha! yang bener aja, bu tolong masukin cimoy kerumah ya, WOI IKAN KU!".

Naya bergegas menuju ke kolam, ibu cuma bisa gelengin kepalanya sambil memperhatikan Naya yang heboh di depan kolam.

"Ya allah Marjuki mati, kok bisa sih hueeee" ucapnya dramatis.

"Hah Marjuki?" heran Bina.

"Nih ikan namanya Marjuki, yang ada garis item kepalanya jenong itu Ferguso, yang warna merah Marimar, nah paling gede warna kuning, yang cakep tuh Paula namanya"

Bina menepuk jidatnya, tidak habis fikir dengan kelakuan adiknya yang terlalu ajaib.

"Lupa nda di kasih pakan yo dek?" tanya Abah.

"Ngga mungkin adek lupa ngasih makan, apa gara-gara ni kolam ngga di kuras seminggu ya?" 

"Makanya punya kolam itu di bersihin dek, di kuras kek kasih apa gitu biar ngga mati ni ikan". ucap Nesa.

Mendengar ucapan sang kakak terlintas ide dalam benak Naya.

"Teh boleh tolong bersihin ngga?"

"Boleh, tapi nanti tinggal airnya".

"Ikannya?".

"Teteh goreng kasih ke Cimoy".

"Idih engga jadi deh, adek bersihin sendiri aja kalau gitu". ucap Naya lalu bergegas membersihkan kolam.

Nesa tertawa melihat kedua adiknya yang kadang akur, kadang ribut. Meskipun sebenarnya yang suka jail itu Naya.
Tapi itu lah yang membuat Nesa bahagia, melihat adik adiknya tumbuh.

Setelah selesai dengan urusan bunga, sempat juga membantu sang adik membersihkan kolam. Dengan sedikit bumbu bumbu drama sanga adik, akhirnya selesai juga kegiatan bantu membatu.

Tapi bukan Naya namanya kalau tidak membuat Bina ngomel sehari saja. Seperti sekarang Bina yang mengemas semua peralatan, membersihkan pekarangan, membuang sampah.
Naya? gadis itu bahkan langsung lari ke dalam rumah, tidak menghiraukan Bina yang sudah mengomel.

......

Tbc.





Hai guys,,

Sambil menunggu book promise yang lagi aku revisi, sebagai gantinya aku publish book ini.

Udah lama banget di draft, kan sayang sampai berdebu.

Disclaimer dikit ya, cerita ini hanyalah fiksi. Jadi jangan bawa bawa sifat tokoh disini dengan dunia nyata ya.... :)

Adapun kesamaan nama dan tokoh dan tempat semua adalah kebetulan.

Sekali lagi ini hanya cerit fiktif karangan dari aku dan pemikiran ku.

So hope u like it guys.

I LOVE YOU SABRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang