Jihan Jatuh Cinta

2 1 0
                                    

Mentari menampakkan diri, cahaya rembulan telah berganti. Terlihat pemuda tampan sedang berdiri di depan cermin besarnya.

Entah kenapa ia begitu semangat pagi ini, ia melihat dirinya dalam cermin. Merapikan sedikit rambutnya, terakhir ia berikan sedikit sentuhan parfume aroma mint pada tubuhnya.

"Perfect"

Mood Jihan sedang bagus hari ini, ia menuruni tangga dengan sesekali bersenandung.

Dari atas ia bisa melihat, kakknya sedang sibuk menata sarapan untuk mereka berdua.

"Pagi kak".

Ia menyapa Diana dengan nada yang ceria. Sedikit heran dengan adiknya pagi ini.

"Cerah banget mukanya, kenapa tuh?". Goda sang kakak.

"Ngga papa hehe".

Jihan masih belum cerita dengan sang kakak, sedikit malu. Ini adalah kali pertama ia merasakan perasaan berbunga.

Dulu saat pertama kali ia pacaran, justru sang gadislah yang menyatakan cinta. Ia hanya menerima dan menjalani begitu saja. Tapi kali ini ia merasakan debaran itu.

Setelah sesi sarapan Jihan pun segera berangkat kuliah. Mobil mewahnya membelah jalanan pagi ini.

.

Bina sedikit kerepotan membawa banyak berkas dan laptop di tanganya. Semalam setelah selesai rapat, Wandha menyerahkan beberapa proposal yang sudah di tanda tangani, untuk di serahkan kepada koordinator bidang.

Berat sekali pekerjaannya.

"Hai".

Bina terkejut dengan suara yang tiba tiba menyapanya.
Bina menoleh, menemukan Jihan di belakangnya.

"Heh lo masih inget gue kan?".

Bina mengangkat satu alisnya, semalam ia bertemu dengan banyak orang jadi sedikit lupa.

"Ck, yang dateng ke ruangan lo nyerahin proposal".

"Oh". responya singkat.

Jihan mendelik, apa tadi? hanya oh? oh god baru kali ini Jihan di respon gadis seperti ini.
Gadis itu kini berjalan menyusuri koridor, dengan susah payah ia membawa barang di tangannya.

"Sini gue bantu".

"Ngga-"

Sret

"-usah".

Dengan sekali tarik kini berkas itu sudah berada di tangan Jihan. Wajahnya terlihat santai tapi tidak dengan hatinya.

"Eh ini mau di bawa kemana?".

"Ruang BEM".

"Buset singkat banget dah".

"Ngomong ngomong nama lo siapa?".

"Lo bisa panggil gue Bina".

Hening.

Mereka tenggelam dalam pikiran masing masing. Jika biasanya gadis gadis akan mencari topik basa basi, hanya untuk sekedar mengobrol dengan Jihan.

Maka lain hal dengan gadis di sebelahnya, ia hanya menjawab apa yang Jihan tanyakan. Setelah itu tidak ada basa basi lagi. Ternyata apa yang Dewa ceritakan di kantin kemarin tidak bohong.

Tak terasa mereka sudah sampai di ruang BEM. Jihan membantu Bina membereskan berkas berkas tadi.

"Lo ngga mau nanya nama gue gitu?". tanya Jihan sambil bersandar di meja.

Bina menatapnya sekilas lalu mebuka laptopnya. "Siapapun pasti kenal lo tuan muda Jihan". ucap Bina dengan sedikit menekan kata tuan muda.

"Ternyata lo ngga kudet juga ya tentang berita kampus".

I LOVE YOU SABRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang