Tertekan

2 1 2
                                    

Seolah di permainkan oleh situasi, Jihan masih mencerna apa yang di lihat. Dia masih mematung begitu juga Bina, hingga intruksi abah menyadarkan keduanya.

"Dek temannya di ajak masuk kok di biarin depan pintu to." ucap abah.

Bima juga sama seperti Bina, terkejut melihat kedatangan Naya dengan dua orang lelaki, yang salah satunya ia sangat mengenalnya.

"Kak masuk sini duduk dulu, bentar ya Naya ganti baju dulu".

Bina melihat adiknya masuk kamar, dia pun langsung memberikan teh hangat untuk abah dan Bima. Bina dengan pakaian rumahan rambut di kepang, sungguh pemandangan yang menurut Jihan luar biasa indah.

"Teh tolong buatin minum buat temen adek sekalian ya". pinta abah.

Bina mengangguk lalu meninggalkan ruang tamu.

"Kok lo bisa bareng Naya?". tanya Bima penasaran.

"Loh kalian saling kenal?". tanya abah.

"Satu kampus bah, cuma beda prodi". Jelas Bima.

"Namanya siapa?". Tanya abah.

"Saya Jihan, ini adik sepupu saya namanya Raka, satu sekolah dengan Naya."

"Oh berarti kelian ini juga temannya teteh sama adek".

Bina datang dengan membawa dua cangkir teh hangat dan beberapa camilan. Tatapan beralih, menatap Jihan yang sedari sepertinya fokusnya terus tertuju pada putri keduanya.

"Jadi Naya tadi kok bisa bareng sama kalian?". Tanya abah.

Jihan yang mendengar pertanyaan tersebut,mengalihkan tatapannya dari Bina, Ia lalu menceritakan kejadian tadi. 

"Owalah iya tadi motornya teteh bannya kempes, untung tadi ada nak Bima yang belum pulang".

Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dari dapur. Mendapati ada tamu ia pun menyapa mereka.

"Aya si Bima, eh ini teh saha? eleuh kasep pisan". seru Ibu Bina.

Abah dan Bina yang mendengar itu pun menggelengkan kepala, ibunya selalu begitu dengan siapapun yang datang kerumah.

"Saya Jihan tante, satu kampus dengan Bina".

"Raka tante, temen sekolah Naya".

"Oh temennya si eneng jeung adek. Eh ulah panggil tante, panggil ibu wae nyak". 

Mereka pun tersenyum, Jihan suka bagaimana ibu Bina menyambutnya. Beliau ramah dan sangat ceria, tutur katanya lembut. Jihan jadi iri dengan Bina.

"Abah ajak temannya eneng sama adek makan dulu, ibu teh udah masak banyak".

"Bu jangan repot repot bentar lagi kita mau pulang kok". ucap Raka tidak enak.

"Eh, ibu teh ngga repot, lagian hujan masih belum reda, bahaya kalau nyetir waktu hujan lebat gini". tutur ibu.

Raka mentapa Jihan seolah meminta persetujuan, Jihan mengehela nafas lalu mengangguk. Tidak sopan juga kalau mau menolak, lagi pula hujan masih lebat.

Mereka menuju ruang makan, disana sudah tersaji banyak sekali lauk. Ngomong ngomong soal makanan rumah, Jihan jadi sesikit rindu dengan masakan sang mama, dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia memakan masakan sang mama.

Naya datang dengan piama bermotif doraemon, rambut di cepol asal membuat dia terlihat lucu.

"Waaahhhh asik ada rendang". ucap Naya senang.

Mereka yang berada di sana hanya menggelengkan kepala, kecuali 2 orang pria yang tadi pulang bersama.

Yang satu menggit pipi dalamnya karena terlalu gemas dengan Naya, sedangakan satu lagi heran dengan tingkah Naya yang berbeda dengan Bina.

I LOVE YOU SABRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang