••••
Rencana malam ini untuk bersenang-senang tidak terealisasikan karena tiba-tiba saja badan Jillian panas. Meskipun beberapa kali dia bilang baik-baik saja tapi Kay tidak ingin mengambil resiko. Lebih baik untuk menunggu sampai Jillian mendingan, karena masih terdapat beberapa hari lagi sebelum mereka pulang.
"Ayolah Kay, aku baik-baik saja," Jillian terus mengoyangkan tangan Kay yang berada di sebelahnya. Posisi mereka saat ini adalah berbaring di atas ranjang hotel.
Kay tidak merespon tindakan Jillian karena dia juga sedang memantau pekerjaannya. Kay tidak bisa lepas tangan begitu saja meskipun sudah ada Elger yang menggantikannya.
"Kau tidak asik." Jillian melipat tangannya di depan dada lalu melihat sekitarnya dengan pandangan bosan. Tidak ada hal yang bisa dia lakukan selain mengganggu pria yang ada di sampingnya. Sialnya segala usaha yang dia lakukan tidak di respon sama sekali.
Menggigit pipi bagian dalamnya, Jillian berpikir harus apakah dia karena demi apapun dirinya merasa bosan. Meskipun Kay mengatakan dia demam tapi Jillian merasa tubuhnya baik-baik saja apalagi setelah tadi meminum obat. Tidur? Jillian belum merasa ngantuk sama sekali.
Melirik ke sampingnya, Jillian menemukan ponsel Kay yang tergeletak di nakas lalu mengalihkan pandangannya pada Kay yang sedang fokus pada iPad kemudian dia lihat lagi ponselnya.
Dengan ragu-ragu Jillian memanggil Kay, "Kay,"
"Hm." Jawab Kay tanpa mengalihkan pandangannya dari benda yang ada di tangannya. Sebenarnya Kay tahu apa yang diinginkan Jillian tapi dia ingin melihat apakah wanita itu bisa mengatakan keinginannya langsung atau tidak.
"Emm, tidak jadi," saat akan menjauh, tangan Jillian di tahan Kay hingga membuatnya duduk kembali di sampingnya.
"Katakan." Tatapan Kay yang menusuk membuat Jillian susah untuk menelan ludahnya sendiri.
"Boleh aku pinjam ponselmu?" tanya Jillian dengan ragu, kepalanya menunduk tidak berani menatap Kay langsung.
"Ya."
Jillian mengangkat kepalanya, "Maksudnya? Boleh?" Dia takut salah mengartikan perkataan Kay.
"Silahkan Jillian." Jawab Kay seraya memandang Jillian membuat wanita itu berdehem untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba datang.
Jillian mengambil ponselnya. "Apa sandinya?" lalu menatap Kay dengan ponsel yang dia sodorkan ke hadapan wajahnya.
"VIIXIV." Setelah ponsel itu terbuka Jillian mengigit bibir bawahnya sendiri. Apalagi ketika dia sadar jika Kay menggunakan tanggal lahirnya sebagai kata sandi. Meskipun dia sendiri tidak tahu tanggal yang pastinya karena sepertinya itu dibuat pamannya dengan asal.
Jillian mulai menggulir layar untuk melihat apa yang bisa menarik perhatiannya. Satu-persatu ikon aplikasi dia buka. Tidak ada yang menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTHINE [Editing]
RomanceBertahan atau menyerah? Hanya dua kemungkinan itu yang bisa Jillian pilih. ❗ D A R K R O M A N C E 21+ Kedatangannya ke Indonesia membuat seorang Kay Cyrano Agesislou, pemilik perusahaan pelayaran terbesar di Yunani terobsesi terhadap seorang g...