07. Modal Permen Karet

5 2 0
                                    

Jika tadi Bintang tidak membisikkan keinginannya di telinga Rara, mungkin sroe ini ia tak akan mau jalan berdua dengan lelaki yang sudah membuatnya darah tinggi. Berkedok ingin membelikan apa pun yang diinginkannya rasanya masih belum cukup, karena ia ingin sekali cepat sampai di rumah dan mengumpat sesuka hati atas aksi nekat Bintang yang berteriak penuh semangat di depan semua teman-temannya.

Meski begitu, hati Rara sedikit mendesir mengingat perbuatan manis lelaki yang sebenarnya ia itu berhasil membuatnya sedikit luluh. Tingkah konyol Bintang yang menyebalkan tidak membuat pandangannya beralih ke mana pun.

Apa yang dilakukan Rara beberapa hari lalu, membuat gadis itu jadi semakin dekat dengan idolanya, walau tahu status Bintang yang memiliki banyak mantan itu sudah bukan rahasia umum lagi. Akan tetapi, hal itu tidak membuatnya gentar untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sosok Bintang. Bahkan ia baru mendengar kabar kalau lelaki itu baru putus dengan mantannya.

Ia juga tahu saat Bintang diam-diam mengintip bersama temannya, bukan tanpa alasan Rara berperan sebagai sosok gadis menyebalkan di mata Bintang, karena ia ingin menjauh dari Reza yang sebenarnya hanya mantan.

"Kalau lo nggak teriak-teriak kayak orang gila, mungkin sekarang gue nggak akan jalan bareng sama lo."

"Biar gue kasih tempe."

"Oncom."

"Misro."

"Bodo amat!"

Perdebatan yang sejak tadi membuat Bintang .terkekeh saat melihat Rara cemberut. Beruntung mereka pulang lebih cepat dari biasanya, mengingat kalau di setiap hari Rabu akan ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh para guru setiap dua Minggu sekali, karena hal itu sedikit membuat Bintang bernapas lega, karena ia bisa menjalankan misinya untuk mengajak Rara jalan berdua sesuai kesepakatan yang dilakukannya beberapa jam lalu tepat di depan gerbang sekolah.

Kali ini mereka berdua menginjakkan kaki di sebuah mall yang tak jauh dari sekolah, status orang berada yang ada pada diri Bintang terkadang membuatnya sedikit sombong, bukan hanya sekadar memamerkan ketampanan, tetapi beberapa kartu kredit yang setiap bulan pasti akan ada saldo yang bertambah di dalamnya.

"Pilih semua yang lo suka, gue traktir."

"Dih, sok kaya, punya berapa Ferarri lo, sampai mau traktir gue?"

Bintang mendecih, ketika Rara menyepelekan dirinya yang padahal memang berniat untuk membayarkan apa saja yang gadis itu inginkan. Melihat ekspresi kagum yang terpancar pada kedua mata bulat milik Rara sontak membuat Bintang ikut menatap ke arah yang sedang Rara perhatikan sejak tadi.

Bintang hanya mengangguk-angguk, seolah mengerti tentang apa yang Rara inginkan. Ia pun melangkah sedikit maju untuk berbisik, sempat membuat Rara bingung, tapi gadis itu memilih melanjutkan langkahnya dan membiarkan Bintang pergi entah ke mana.

Cukup lama, Rara berjalan sendiri, ia pun memilih duduk di salah satu kursi kosong yang tersedia di dekat toko kue. Kedua matanya menjelajah, berharap Bintang memang sedang tidak membohonginya.

"Mana dia, katanya mau cari camilan, ini udah setengah jam gue muter sendiri kayak jomlo, batang idungnya belum keliatan, aja dasar iblis ganteng!"

Deham itu seketika membuat Rara melirik ke arah sepatu berwarna putih bergambar kucing manis di sisinya, lalu beralih ke arah kaki jenjang dan sampai pada wajah rupawan yang sedang menaikkan sebelah alisnya.

"Apa? Iblis ganteng?" ulangnya.

"Dih, jangan terlalu peka, bisa-bisa telinga lo bisa dengar detak jantung orang gila, baru tahu rasa!"

Tawa keras itu berhasil membuat Rara kesal, ia pun langsung memalingkan wajahnya begitu saja. Mengingat kalau bukan Bintang yang melakukannya, sudah pasti ia akan menendang tulang keringnya dengan kesal. Beruntung itu tidak terjadi, jika tidak sudah dipastikan kalau Rara akan pulang jalan kaki akibat ulahnya sendiri.

MANTAN KE SERIBU (Selesai) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang